webnovel

2. Pemakaman Ratu dan Tumbuh Dewasanya Putri Sekarwati

Tiba-tiba bayangan Dewi Larasati itu menghilang dan aura wangi di kamar sang prabu juga ikut menghilang. Sang Prabu duduk termenung dan menangis dengan kejadian ini. Cinta yang tulus membuatnya berat untuk kehilangan istrinya, ingin sekali sang Prabu bertapa dan langsung mati, agar bertemu langsung dengan Dewi Larasati, tapi bagaimana jika dia meninggalkan kerajaan, rakyat dan anaknya yang membutuhkan sang Prabu. Ini adalah dilema paling sulit yang di alami sang prabu, karena harus memilih rakyat atau cinta. Tapi bila saatnya tiba sang Prabu akan bertemu lagi dengan istrinya, setelah ada ahli waris yang bisa menggantikan kepemimpinannya.

Semua persiapan pemakaman sudah siap, tinggal membawa jenazah sang Ratu ke pemakaman.

"Teng...teng...teng, acara pemakaman sang Ratu akan segera di laksanakan, harap semua menghadiri pemakan sang Ratu," ujar staf istana kerajaan sambil membunyikan lonceng.

Jenazah sang Ratu akhirnya di gotong dan di makamkan ke pemakaman khusus kuburan darah biru, jadi kuburan darah biru di khususkan untuk keturunan darah biru. Tiba‐tiba saja sang Prabu keluar dari istana dan memberi peringatan berhenti kepada staf istana.

"Berhenti, jangan memakamkan sang Ratu di kuburan," ucap Prabu Kamandanu sambil menghentikan langkah acara pemakaman.

"Kenapa berhenti Prabu, kita menguburkan jenazah Ratu bukan kuburan biasa, tapi di kuburan khusus darah biru Prabu, kalau bukan di situ, di mana lagi kita semayamkan jasad ini sang prabu, kita sudah menggali tanahnya di sana ," kata salah satu staf istana.

"Aku akan memakamkan istriku di dekat telaga Pringsewu, tempat itu juga berada di dekat gua Pringsewu, sisihkan sebelah kanan nanti untuk memakamkanku  jika aku mati, aku ingin kita berdua di kuburkan di sana," jawab sang Prabu.

"Tapi sang prabu, kalian adalah darah biru, apa nanti kata kerajaan tetangga jika mengetahui jenazah Ratu hanya di semayamkan di tanah biasa, seharusnya jenazah Ratu di tempatkan di pemakaman terbaik Prabu, sesuai aturan kerajaan yang lain," sanggah salah satu staf istana.

"Sudahlah, ini perintah sang Ratu sebelum dia meninggal, saya hanya menuruti kemauannya saja," jawab sang Prabu.

"Baiklah Prabu, saya akan menjalankan sesuai instruksi Prabu, akan kuperintahkan bawahanku untuk menggali lubang di dekat dengan telaga Pringsewu." jawab salah satu staf istana.

"Baiklah terima kasih, lebih didekatkan dengan gua Pringsewu, karena letak Goa Pringsewu di samping telaga Pringsewu juga," kata sang Prabu.

"Siap Prabu, akan kami laksanakan," jawab salah satu staf istana.

"Teng...teng...teng, batalkan pemakaman sang ratu, sang ratu akan dimakamkan di dekat telaga Pringsewu, sesuai instruksi sang Prabu," kata salah satu staf istana sambil membunyikan lonceng.

Akhirnya pemakaman di pindahkan di dekat telaga Pringsewu sesuai instruksi Prabu Kamandanu, pemakaman itu berjalan dengan lancar. Di telaga itu airnya sangat jernih dan menjadi sumber mata air untuk masyarakat Pringsewu, sumber air itu mengalir di tujuh pancuran dari tebing atas, di tepi telaga banyak di tanami Bambu dan bunga-bunga liar yang tertata alami. Memang tidak hanya di telaga dan gua Pringsewu saja yang ada bambunya, daerah kerajaan itu juga banyak ditanami bambu, makanya tidak heran jika tempat ini dinamakan Pringsewu. Setelah pemakanan semua kembali ke Istana.

Teng...teng...teng, nama putri akan di umumkan sesuai titah sang Prabu, namanya Roro ayu sekarwati, atau panggilannya Putri Sekarwati," ucap staf kerajaan sambil membunyikan lonceng kerajaan.

Setelah dua puluh tahun berlalu, Putri Sekarwati tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik, tubuhnya tinggi semampai, warna kulitnya kuning langsat, menjadikannya idaman bagi kaum pria, tak bisa dipungkiri kecantikan ibunya menurun kepadanya, bahkan kecantikannya sudah terdengar seluruh penjuru daerah Pringsewu dan kerajaan tetangga, tetapi setiap kali sang Prabu memandang Putri Sekarwati, dia selalu teringat pada mendiang istrinya yaitu Dewi Larasati, bagi sang Prabu wajah cantik putrinya mengingatkannya pada bidadari itu, terkadang Prabu termenung ketika memandang putrinya. Selama ini sudah banyak kestria dan Para Raja muda yang ingin melamar Putri Sekarwati, tetapi belum ada satu pria yang cocok dengan hati sang Putri.

Putri Sekarwati mempunyai hoby menari,memasak dan memiliki kecerdasan yang bagus, kecerdasannya berpotensi mirip dengan ibunya, Dewi Larasati, kecerdasan sang putri berpotensi bisa memimpin suatu kerajaan. Di istana Putri Sekarwati juga di bimbing pembelajaran yang bertujuan untuk menjadi seorang ratu, pembelajaran itu meliputi kepemimpinan, perekonomian , dan keuangan kerajaan. Sang Putri dinilai mempunyai bakat untuk menjadi Ratu di kerajaan Pringsewu. Itulah yang membuat bangga Prabu Kamandanu, karena sang Putri tak hanya cantik tapi juga cerdas.

Sementara keadaan Prabu Kamandanu tetap awet muda dan tampan, padahal anaknya sudah besar penampilannya tidak bisa menjadi tua, semua itu berkat kekuatan susuk pemberian istrinya, yang nantinya menjadi syarat untuk bisa bersama bidadari itu dalam wujud sang dewa. Setiap kali sang Prabu dan Putri Sekarwati berjalan bersama dan lewat di kerajaan lain banyak mengira keduanya adalah sepasang kekasih dari kerajaan Pringsewu, padahal hubungan mereka adalah anak dan bapak. Hal itu juga membuat penasaran seluruh istana, Kenapa Raja mereka tidak bisa tua?, Bahkan ketika Prabu Kamandanu bergaul dengan teman seusianya, sang prabu jauh lebih muda dari teman sebayanya, rambut masih hitam pekat, kulit masih kencang tanpa ada keriput, dan badannya masih kokoh, hal itu jauh berbeda jika dibandingkan dengan teman seusianya yang sudah tua, rambut putih dan keriput, itulah yang membuat penasaran publik. Ketika di tanya sang prabu hanya menjawab, semua itu anugerah. Itulah jawaban singkat sang prabu ketika di tanya banyak orang.

"Romo, aku ingin bertanya kepadamu, kenapa Romo tidak bisa tua?," tanya Putri Sekarwati

"ha...ha...ha...! Apa kau senang melihat Romomu ini tua dan jelek?," jawab sang Prabu tertawa sambil melontarkan pertanyaan kepada putrinya.

"Oh...tentu saja tidak Romo, Aku ingin Romo selalu sehat, hamba sudah bersyukur, tapi dengan keadaan Romo yang awet muda ini banyak pertanyaan di luar sana yang menghampiriku, seperti pertanyaan ini, dia itu kekasihmu apa romomu, kalau romomu tidak mungkin anaknya sebesar kamu," jawab Putri Sekarwati.

"Romo tidak bisa tua karena ada kaitannya dengan mendiang ibumu, Dewi Larasati, ibumu telah pergi ketika melahirkanmu, tapi sebenarnya beliau tidak meninggal, hanya berubah wujud menjadi bidadari, Romo akan menceritakan semuanya pada saat waktu yang tepat," ucap Prabu Kamandanu.

"Kalau tidak meninggal, kenapa makam bunda ada, dan hanya di makamkan di dekat telaga Pringsewu, kenapa tidak dimakamkan di pemakaman khusus bangsawan?" tanya sang Putri.

"Belum saatnya engkau mengetahuinya putriku, Romo berjanji akan mempertemukanmu dengan Ibumu, dia sekarang sudah menjadi sesosok bidadari," jawab Prabu Kamandanu.

"Baiklah Romo," kata putri Sekarwati.

"Sosok ibumu cantik seperti dirimu, terkadang jika Romo memandang wajahmu, Romo selalu ingat dengan mendiang ibumu, wajahmu mengingatkanku pada ibumu nak," kata Prabu Kamandanu.

"Iya romo," kata Putri Sekarwati.

Bersambung.

次の章へ