webnovel

Chapter 3 : Titik Awal

Begitu Akuji membuka matanya, dia dapat melihat kerumunan pemain yang menumpuk padat hingga membuatnya harus berdesakan untuk dapat keluar dari titik spawn.

Duduk di suatu tempat yang lebih sepi, Akuji mulai melihat-lihat sekeliling.

Dia melihat bahwa meski seluruh pemain yang hadir bukan seluruhnya pemula, beberapa pemain dengan set pakaian persis sama dengan dirinya muncul tiap beberapa menit sekali— menunjukkan seberapa populer game ini sebenarnya.

"Kota Leszl," gumam Akuji membaca nama kota yang muncul dalam peta di sudut kanan atas pandangannya.

Menutup peta yang muncul, Akuji mengalihkan pikirannya kembali ke masalahnya sendiri, membuka panel dan mulai melihat detail karakternya.

—•—

(tidak ada) ✱ Akuji - Level 0

Ras : Manusia

Health : 100/100

Mana : 100/100

Strength : 1 ❖ Intelligent : 1

Agility : 1 ❖ Dexterity : 1

Vitality : 1 ❖ Special (Terkunci) : 1

Poin stat bebas : 10

....

—•—

Melihat secara kasar, Akuji merasa bahwa tidak terdapat sesuatu yang benar-benar perlu dia perhatikan. Title yang dipasang, nama, dan level berada dalam satu baris diikuti dengan ras dan statistik dasar.

Title yang dipasang sendiri biasanya digunakan pemain untuk meningkatkan fame (ketenaran) yang mereka miliki sejak efek dari title yang dimiliki masih akan berlaku meski tidak dipasang.

Akuji tahu dia tidak perlu pusing memikirkannya sejak dia tidak memiliki title dan hanya melemparkan semua poin stat bebasnya ke Intelligent. Dengan senjatanya, grimore, Intelligent dan Dexterity akan meningkatkan kekuatan sihirnya masing-masing sebesar 0,6 dan 0,2, membuat Akuji lebih memilih Intelligent untuk kekuatan sihir lebih kuat.

Sementara untuk stat Special yang terkunci sendiri, dia tahu dari apa yang Charista katakan bahwa dia perlu menyelesaikan Awakening Quest pertama di level 40 untuk dapat membuka stat tersebut bersama dengan sistem senjata kedua.

Selain hal itu, untuk bagian penyimpanan dia memiliki 100 Inar (mata uang dalam game), peta Kota Lezl, sepasang set pakaian pemula (baju dan celana), sepatu dan sebuah grimore bernama Abra Ca Dabra yang berhasil membuatnya sedikit menyerngit.

"Entah bagaimana aku merasa grimore ini seperti buku ABCD ...." Akuji bergumam. Bagaimanapun dia tahu bahwa grimore ini memang tidak jauh dari itu, sejak syarat penggunanya berada di Level 0 sekaligus status sebagai senjata awal.

Dari pada memusingkan hal semacam itu, Akuji lebih menaruh perhatiannya ke sisi lain, yaitu pada bagian skill. Tidak ada Pohon Skill sihir yang langsung muncul seperti dalam harapannya —agar dapat segera membakar sesuatu— melainkan hanya petunjuk agar menuju ke Asosiasi Sihir di sebelah barat kota untuk dapat mempelajari Pohon Skill terkait senjata awalnya, Pohon Skill Elementalist.

Namun, ini tidak berarti bahwa dia tidak memiliki Pohon Skill sejak awal. Battle Skill, itu adalah nama Pohon Skill yang sistem berikan sejak awal ke seluruh pemain. Dan meski memiliki nama yang cukup menakutkan, Pohon Skill ini tidak memiliki satu jenis skill serang apa pun melainkan hanya skill support yang membantu dalam pertempuran. Tapi tidak ada satu pemain pun yang melewatkan skill-skill tersebut dengan alasan sederhana, itu skill fundamental.

Sebagai contoh Skill Swift Run, skill yang telah dia dipelajari secara otomatis. Membaca deskripsi skill, Akuji tahu bahwa skill ini akan mempercepat pergerakan selama maksimal 10 detik dengan biaya stamina. Semakin tinggi level skill semakin lama pula durasinya.

Selain Swift Run, terdapat pula First Aid yang dapat menyembuhkan diri sendiri dan juga teman meski jumlahnya sendiri tidak besar tapi skill itu sendiri tidak memerlukan waktu cast seperti skill penyembuhan Pohon Skill Cleric, Playing Dead yang dapat mengenyahkan aggro monster seketika namun tidak dapat bergerak selama sepuluh detik.

Terlebih dengan adanya Skill Guard, Parry, dan Evasion. Skill yang benar-benar perlu dipelajari untuk dapat membela diri terhadap serangan. Meski kompatibilitas jenis pembelaan dan senjata juga perlu diperhatikan, seperti bagaimana Akuji tidak akan dapat melakukan Guard atau Parry yang efektif sejak senjata utamanya adalah Grimore, sebuah buku, dan hanya menyisakannya opsi untuk Evasion.

Dan dengan semua skill tersebut berada di Tier 1, skill-skill tersebut dapat segera dipelajari tanpa perlu repot-repot mengambil quest tambahan, membuat Pohon Skill ini tidak pernah dilupakan.

Setidaknya hal umum itu tidak berlaku untuk Akuji yang lebih fokus pada jumlah Skill Poin bebasnya.

'Sepuluh Poin Skill?' pikir Akuji sebelum segera membuka peta dan mulai berlari ke Asosiasi Penyihir sambil sesekali mengaktifkan Swift Run, menembus kerumunan pemain yang ada.

Mendekati lokasi Asosiasi Sihir, akhirnya Akuji dapat sedikit bernapas lega dengan kerumunan pemain yang mulai menyusut. Melihat sekeliling, dia berada di semacam taman dengan sebuah menara, bangunan Asosiasi Sihir berada di tengahnya.

"Apa itu semacam menara sihir?" gumam Akuji sebelum memasuki menara dan menuju ke meja resepsionis.

"Selamat datang, apakah ada yang dapat kami bantu?"

"Aku ingin berlatih sihir," jawab Akuji.

"Baiklah tunggu sebentar, ini lembar pendaftaran yang perlu Anda isi untuk dapat mempelajari sihir di Asosiasi Sihir. Tolong isi dengan hati-hati," kata resepsionis tersebut.

Setelah mengisi lembar tersebut dan mendaftar sebagai anggota Asosiasi Sihir untuk mempermudah mendapat akses ke Skill Tier selanjutnya, 100 Inar yang dimiliki Akuji kini lenyap dengan hanya menyisakan nol besar di dompetnya. Dan tanpa memikirkan masalah keuangan yang kini muncul, Akuji langsung menuju area pelatihan.

Semakin mendekat ke area pelatihan, semakin Akuji dapat mendengar teriakan-teriakan nama skill di telinganya. Namun ...

"Kenapa mereka bahkan meneriakkannya sekeras itu?"

... Hanya itu yang dapat Akuji katakan.

Dalam Vivid, skill tidak diaktifkan melalui suara atau pikiran, yang kerap menimbulkan masalah pengaktifan tak disengaja melainkan dengan tombol skill yang berada dalam bidang pandang pemain.

Meski begitu, input suara atau pikiran tetap membantu karena dapat segera menunjukkan tombol Skill yang dimaksud. Dengan kata lain, tombol Skill dapat dikatan hanyalah bentuk konfirmasi untuk menghindari kesalahan yang mungkin terjadi.

Namun masalahnya adalah—

"Bukankah mereka tidak perlu melakukan itu sejak hanya ada sedikit skill yang dimiliki pada level ini?"

'Mungkin mereka hanya lupa akan hal itu atau terlalu bersemangat?' tambahnya dalam hati mengesampingkan kemungkinan lainnya.

Sesampainya di area pelatihan, Akuji segera menunjukkan kartu tanda anggota Asosiasi Penyihir ke penjaga di area tersebut. Mengikuti instruksi yang diberikan, Akuji berjalan ke sekelompok orang yang kemungkinan besar juga pemula. Hingga sekelompok Penghuni (NPC) dengan seragam Asosiasi Sihir tiba.

"Baiklah, sepertinya seluruh anggota baru telah berkumpul," kata orang yang memimpin kelompok tersebut sebelum melanjutkan, "Kalian semua, selamat datang di Asosiasi Sihir. Yah, meski aku mengatakan itu kalian pasti telah bosan mendengarnya bukan? Jadi langsung saja, aku Veiz, akan mengajarkan kalian dasar dari sihir dan aku yakin kalian akan cepat belajar sejak kebanyakan dari kalian adalah orang asing.

"Tapi sebelum itu, mari membagi menjadi dua kelompok agar lebih mudah. Untuk orang-orang yang ingin menjadi seorang penyihir terhormat yang berdiri di garis depan, seorang Battle Mage silahkan ke sisi kanan," ucap Veiz dengan semangat tinggi. Sebelum melanjutkan, "Sedangkan para pecundang Elementalist ke sisi." Dengan nada yang benar-benar mencemooh.

Dan ucapan tersebut segera membuat keributan di antara pemain, khususnya mereka yang memiliki petunjuk untuk mengambil Pohon Skill Elementalist seperti Akuji. Apakah ada NPC dalam game yang dengan jelas menjelek-jelekkan kelas (Pohon Skill) lain?

ITU ADA DI SINI!

Namun, terlepas dari itu kelompok pemain mulai terbelah menjadi dua, dan imbas dari ucapan Veiz jelas terlihat. Kelompok yang memilih mengambil Pohon Skill Battle Mage jauh lebih besar daripada Kelompok Elementalist, bahkan jika senjata yang mereka pegang bukanlah tombak atau staff, senjata yang diperuntukkan bagi Pohon Skill Battle Mage melainkan grimore.

Itu bukan sebuah masalah yang benar-benar besar selain dari untuk dapat mempelajari Pohon Skill selanjutnya menjadi lebih sulit. Setidaknya itulah yang Akuji pikirkan ...

[Kesukaan Veiz terhadapmu berkurang]

Dan seolah membenarkan isi pemberitahuan tersebut, Veiz berkata, "Yah, sepertinya kita mendapatkan beberapa pecundang di sini. Kalian yang memilih untuk menjadi Elementalist, pergi ke Area Latihan Ke-10 dan jatuhkan target terbang di sana seratus kali."

[Quest : Elementalist Training

Pergi ke Area Latihan Ke-10 dan jatuh target terbang di area tersebut sebanyak 100 kali.

*Harap ingat, target terbang itu bergerak cukup cepat!

**Satu sesi latihan berlangsung selama sepuluh menit (waktu game).

Hadiah : Mempelajari Pohon Skill Elementalist dan membuka seluruh Skill Tier 1-nya.

Hukuman : Tidak ada]

... Sampai serangkaian peristiwa ini terjadi.

次の章へ