webnovel

Triginta quattuor

Nasi goreng yang di buatkan sama calvin sudah siap, dia membawanya ke meja makan. Meletakkanya di hadapan niko yang sudah duduk dengan manis di sana.

Niko menepuk tangannya senang, ketika nasi goreng yang sedari tadi di tunggunya itu sudah matang.

"Tambahin kecap?" Niko mengangguk," sama saus," kata niko yang mendapat anggukan langsung dari calvin.

Calvin mengambil kecap dan saus lalu mencampuri di atas nasi goreng.

"Ayang, mau kemana?" tanya niko yang melihat calvin ingin beranjak dari ruang makan.

"Mau ke kamar, kamu makan aja dulu!" ujar calvin.

"Jangan lama," kata niko yang masih menatap calvin. Calvin tersenyum, melihat reaksi niko membuatnya berbalik dan mencium keningnya sekilas.

"Iya, sayang. Setelah, ini kita mandi ya!" sahut calvin sambil mengelus rambut niko.

"Mandi bareng?" tanya niko.

"Iya, dong. Yaudah, aku ke dalam dulu." Niko mengangguk kepalanya pelan kemudian dia melanjutkan kembali memakan nasi goreng.

Di sela makan, tiba-tiba saja terlintas sebuah pikiran yang menganggu niko saat ini. Niko memikirkan tentang reza, soal reza menelfonnya tadi di kampus. Yang, menjadi masalahnya adalah, dari mana reza mendapatkan nomor ponselnya? Padahal, pertama kali bertemu dengan niko, tampaknya niko nggak ada memberikan nomor privatnya.

Bentar! satu nama yang terbayang, keyla. Mungkinkah? Keyla yang memberikan nomor handphonenya pada orang lain. Tapi, bisa saja kan? Lagian reza itu temannya keyla.

Tapi, ya sudahlah niko tak mau memikirkanya terlalu jauh. Dia kembali memasukan beberapa suapan nasi goreng ke dalam mulutnya.

^^^

El baru saja pulang dari rumah temannya dan hendak menuju kamar tetapi, langkah pendeknya menjadi terhenti. Ketika melihat kakaknya yang sedang bergumam sendiri di depan kaca cermin waktu El nggak sengaja lewat di depan pintu kamar kakaknya yang sedikit terbuka.

El menyembulkan kepalanya masuk ke dalam kamar reza. " Hayo! Lagi mikirin kak niko ya??" Suara el membuat reza terkejut dan langsung menoleh ke belakang, reza melihat adiknya yang masih berdiri di ambang pintu kamar.

"El!" gumam reza, reza tersenyum dan berjalan mendekati el.

"Baru pulang?" tanya reza yang sebenarnya memang basa-basi. Supaya tidak lagi membahas niko.

"Nggak liat?" El tertawa kecil sambil melihat wajah kakaknya yang tampak begitu kesal.

"Iya, kakak. El baru pulang dari rumah Zea." Reza beroria sembari mengangguk.

"Yaudah, sana kamu masuk kamar! Ngapain masih di sini?" kata reza yang niatnya memang mengusir adiknya.

El cuma mesam-mesem doang seraya menatap reza yang penuh curiga itu. El bersidekap memandang reza penuh tanda tanya.

"Kenapa?" tanya reza mengernyitkan keningnya.

"Kepo aja," jawabnya yang pengen masuk ke dalam kamar kakaknya. Tetapi, langsung di hentikan sama reza. Reza menutup setengah pintunya, melarang el untuk masuk ke dalam.

"Kak reza lagi mikirin kak niko ya? Gara-gara kak niko udah punya pacar," ucap el

"Gak," jawab reza.

"Bohong dosa lo kak!" katanya lagi yang memang sengaja memancing reza untuk jujur.

"Hm"

"Jadi, bener kan?!"

"Gak"

"Cie, kak rez—," Belum selesai el melanjutkan kata-katanya, reza udah menutup pintu kamarnya rapat-rapat. Reza membiarkan el yang berteriak dari luar, mengejeknya, yang bilang kalau reza itu cemburu, dan memang lagi memikirkan niko.

"Kenapa, aku bisa menyukainya? Dan, kekasihnya? adalah seorang laki-laki! Jadi, ternyata dia—," Reza teralihkan sama dering handphoneya yang bergetar di atas meja belajarnya. Reza segera mengambil ponselnya dan mengangkat telfon dari seseorang.

[...]

[Iya, pi. Reza langsung ke sana]

[...]

[Iya, ini mau jalan. Oke pi]

Sambungan telfonya terputus, reza tak sengaja melihat room chatnya dengan niko yang masih centang dua dan belum ada balasan dari niko.

Mungkin, reza juga salah karena mendekati niko yang notebenya dia sudah memiliki seorang pacar. Ada satu yang mengganjal di hatinya saat ini, Reza seperti pernah melihat calvin! Tapi, dimana ya??

Tanpa mau memikirkanya lagi, reza langsung mengambil kunci mobilnya dan segera keluar dari pintu kamar. Dia bergegas menuju rumah sakit atas permintaan papinya yang menyuruhnya untuk lekas ke sana.

^^^

Niko baru selesai makan, dia meneguk air minum sampai setengah. Niko menoleh saat mendengar suara calvin yang baru saja keluar dari kamar.

"Kamu lama banget sih! aku sampe selesai, kamu baru datang," kata niko yang sengaja bertikah kesal di hadapan calvin.

Calvin terkekeh, dia langsung menghampiri niko dan mengacak rambutnya gemas. Niko beranjak dari duduknya, calvin mengangkat tubuh niko dan mendudukkanya di atas meja makan, kemudian tangannya mulai memeluk pinggang niko.

"Kamu nungguin?" Niko mengangguk kecil.

"Sengaja, biar makan sendiri!" jawab calvin seraya nada meledek. Niko yang mendengar itu menjadi kesal, dia memukul bahu calvin berkali-kali. Yang di pukul hanya sok kesakitan padahal tidak merasakan apa-apa.

Ternyata dari tadi itu, si calvin cuma sengaja. Supaya niko menunggu calvin, lagian calvin tau dari mana ya? Kalau niko pengen di suapin...

"Aku suka liat kamu kesel! soalnya gemesin sih," kata calvin yang memainkan bibirnya di pipi niko.

Niko mendengus, dan menjauhkan mukanya dari calvin. Tetapi, selalu ke dapatan sama calvin.

"Ngeselin!" ucap niko sekali lagi malah membuat calvin senang melihatnya.

"Biarin," ledek calvin yang tak bisa menahan gemasnya. Calvin, memuncukan bibirnya dan ingin menyentuh bibir mungil niko. Tetapi, calvin tak jadi melakukanya ketika ada yang berbeda dari niko.

Niko, menolak. Dia menolak untuk di cium sama calvin. Entah, calvin juga tidak mengerti. Biasanya juga niko senang kalau calvin mulai menciumnya. Calvin tersenyum tipis, dia tidak ingin bertanya. Mungkin saja niko capek karena selalu di ciumnya setiap saat sama calvin.

Niko menjadi merasa bersalah, niko baru sadar kalau barusan dia menolak. " C-calvin, aku minta maa—,"

"Ayo, mandi!" ajak calvin yang langsung menggendong niko tanpa mau menggubris ucapan niko.

Niko mengangguk dan langsung melingkarkan tanganya di leher calvin saat mulai di gendong sama calvin.

"Mandi sama-sama kan?" kata niko, calvin mengangguk pelan.

Malam itu mereka mulai mandi bersama, hanya mandi berdua saja tidak melakukan hal lain. Apalagi, berharap lebih.

Habis mereka mandi, niko memakai baju piyama berwarna hitam putih yang satu couple dengan calvin. Membuat mereka terlihat serasi.

Niko lagi rebahan di atas ranjang kasurnya sembari bermain game online, mengisi waktu senggang di malam hari. Sementara, calvin dia melanjutkan tugasnya yang belum terselesaikan.

Calvin menoleh ke arah niko yang sedari tadi hanya asik sendiri.

"Kamu, gak ada tugas?" tanya calvin, niko menggelengkan kepalanya.

"Jangan main hape terus, tugas bu joko udah di kerjain?" Niko menggeleng lagi, calvin menarik napasnya pelan.

"Di kerjain dulu sayang, mau aku bantu?"

Niko berdecak, dia menatap jengah ke arah calvin karena sedari tadi menganggunya dan membuat niko menjadi tidak fokus memainkan game onlinenya.

"Bersik ah, aku lagi main game ayang!"

"Iya, gamenya kan bisa nanti. Sekarang, Kerjain dulu tugas kamu," suruh calvin.

"Gak—," Niko membulat lebar saat tiba-tiba mendapat pesan chating dari seseorang. Bentar! Tangannya mendadak tremor gara-gara membaca pesan, yang bilang kalau dia adalah rehan.

*Line*

0853xxxx

"Good night pacar"

"Rehan"

Calvin mengerutkan keningnya dalam, dia merasa heran saat melihat niko bergeming, di tambah wajah niko yang berubah menjadi serius waktu menatap ponselnya.

"Sayang?" panggil calvin yang tidak mendapat respon dari niko.

Calvin mulai beranjak dari duduknya dia mendekati niko yang berada di atas ranjang.

"Kamu, di panggil malah diem! Kamu dapat pesan dari siapa? Kok, serius banget!" kata calvin lembut yang mulai mengambil ponsel niko, niko yang terkejut langsung merampas kasar dari tangan calvin. Calvin terdiam, nggak biasanya niko gini.

"Ayang, apa-apansi! B-bukan dari siapa-siapa," jawab niko gugup, niko segera menghampus pesan dari rehan. Dia tidak sempat membalas apalagi menyimpan nomornya.

"Gak, dari siapa-siapa tapi di hapus?" tanya calvin mulai menatap curiga, meskipun calvin masih tetap santai.

"I-ni pesan pemberitauan telkom. Nggak penting, j-juga."

Bibir calvin tersenyum tipis, entah mengapa rasanya sangat sakit saat calvin tau niko mulai berbohong.

"Iya, aku tau. Tapi, nggak perlu marah-marah sayang. Aku cuma mau lia—,"

"Pokoknya, aku gak suka! Kalau kamu langsung ambil hape aku kaya tadi," kata niko.

Apa niko nggak tau? Perkataan niko barusan membuat calvin semakin curiga. Calvin mengangguk pelan, dia mengelus rambut niko lembut sembari memeluknya. Dia meminta maaf sama niko karena sudah membuatnya marah.

"Maaf, aku buat kamu marah," ucap calvin.

"Hm, gak papa."

"Jangan marah lagi ya," Calvin mengelus pipi niko. Sementara, niko hanya mengangguk.

次の章へ