webnovel

Pengunduran Diri Presdir

Sesi coffee break tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya kali ini, lantaran Tyra harus melanjutkan rapat santai dengan Levin, Manager Produksi. Maklum, bulan depan adalah jadwal peluncuran clothing line baru dari rumah mode itu. Banyak hal yang harus disempurnakan.

"Aku sudah mengirimkan model-model pakaian yang akan diproduksi mulai minggu depan padamu, Tyr," ujar Levin.

"Ya, baik. Aku akan segera memeriksanya malam ini, dan mengembalikan daftar model terbaiknya padamu. Kita harus memprioritaskan sekitar enam sampai tujuh model, sisanya baru diproduksi jika respon klien Kita bagus."

Levin hanya mengangguk, lanjut menyesap americano panasnya.

"Oh ya Vin, apakah Kau sudah melaporkannya pada Direktur? Kita membutuhkan persetujuannya untuk tidak hanya melakukan fashion week di Singapura semester ini bukan?"

"Ah ya. Aku sudah menyampaikannya pada Eric kemarin pagi, dan Ia menyetujui. Tapi dia memintamu untuk menemuinya dulu untuk lebih menjelaskan bagaimana konsep dan rencana keuangannya seperti biasa," jelas Levin, membuat Tyra sedikit tidak bersemangat.

Sulit sekali menghindar dari Eric, karena baik langsung atau tidak langsung, pria itu selalu punya cara untuk tetap mendekat. Paling mudah, ya menggunakan alasan profesional seperti ini, dimana Tyra pastinya tidak akan menolak.

"Baiklah, Aku akan menemuinya sekarang." Tyra meraih ponselnya kemudian, mengetikkan beberapa pesan pada Eric untuk meminta jadwal temu.

[iMess]

(Elleanor Tyra)

Eric, Aku perlu berbicara denganmu soal rencana fashion week di Singapura dan Hongkong

Apa Kau ada waktu? Jika bisa hari ini juga agar cepat selesai

Baru saja Tyra hendak menaruh ponselnya ke saku dan berpindah tempat, ponselnya sudah bergetar. Eric pasti langsung membalasnya dalam hitungan detik.

(Eric Nathaniel)

Tentu saja

Aku punya waktu satu jam dari sekarang sebelum keluar kantor

Sekarang saja, Kau bisa ke ruangan Presdir menemuiku

Kebetulan Kami sedang berdiskusi penting

Kau bisa sekalian bergabung

****

Seorang wanita menjabat tangan Tyra, memperkenalkan dirinya untuk pertama kali. Agak canggung Tyra menyambut interaksi profesional itu, lantaran Eric atau Alsy sama-sama tidak memberitahu bahwa Ia akan bertemu dengan seseorang yang belum pernah dikenalnya selama ini.

"Varischa Hanlin, senang bertemu dengannya," ujar wanita itu tersenyum cantik. Tyra akhirnya balas tersenyum, "Elleanor Tyra, salam kenal."

Varischa hanya tersenyum, kemudian kembali duduk di sofa ruangan Alsy. Pun Tyra, duduk di sebelah Eric dengan jarak. Presiden Direktur itu memang secara mendadak mempertemukan Eric, Tyra, dan Varischa.

"Bagaimana kabarmu, Tyra? Liburanmu menyenangkan?" Alsy berbasa-basi seperti biasa. Tyra hanya tersenyum, "Sangat menyenangkan," ujarnya seadanya.

"Syukurlah kalau begitu. Aku mendengar berita kepulanganmu dari Eric, dan Ia sangat senang sekali," lanjut Alsy bercanda, memanas-manasi pasangan yang tengah dingin itu. Varischa di tempatnya ikut tersenyum, terlihat sekali kecanggungan mereka itu di matanya.

"Jangan keluar konteks, Pa. Ada apa sebenarnya mengumpulkan Kami?" Eric mulai tidak nyaman urusan pribadinya diungkit di tempat kerja.

Alsy mengangguk-ngangguk, "Baiklah. Aku akan memberi pengumuman penting ..."

"Aku akan mengundurkan diri dari Silver Lining Art and Fashion," lanjutnya, membuat Eric dan Tyra terkejut bukan main.

"Kenapa sangat tiba-tiba, Pak Alsy?" tanya Tyra cepat.

"Sederhana saja, Aku sudah terlalu tua untuk bekerja dengan jabatan Presdir. Aku sudah ingin melepaskan bisnis ini, dan menikmati hidup. Aku akan menyerahkan jabatan Presdir padamu, Eric Nathaniel," jelasnya terdengar tak bisa dibantah.

Hening kemudian.

"Pa, ini terlalu tiba-tiba. Siapa yang akan menggantikanku? Tidak ada yang akan bisa."

"Ada. Kau pikir untuk apa Varischa Aku undang hari ini?"

Eric dan Tyra kompak melirik Varischa yang hanya tersenyum profesional di depan mereka. Eric semakin tak mengerti, bagaimana ceritanya bisa Alsy mengangkat Varischa tanpa persetujuan Eric dan Tyra seperti biasanya?

"Aku ... bisa saja menggantikanmu," uja Eric kemudian, menatap Alsy agak tajam, "Tapi Aku tidak ingin perusahaan keluarga ini tidak punya aturan untuk sekedar merekrut seseorang di posisi tinggi," lanjutnya menyindir. Lebih pada Alsy, namun Varischa sudah jelas tersinggung atas kalimat Eric itu.

"Lebih baik Tyra yang menggantikanku."

Alsy menggeleng, "Tidak bisa. Tyra sudah sangat tepat di posisinya saat ini. Masalah aturan perekrutan, Aku sudah mengurusnya. Kontrak pun sudah ditandatangani, kalian tinggal menyesuaikan diri."

Eric mengerutkan dahinya heran, melirik Alsy dan Varischa bergantian, "Aku tidak mengerti, kenapa Kau ..."

"Sudah Ric," potong Tyra menenangkan. Gadis itu paham, Eric mudah sekali terpancing emosinya jika berurusan dengan pekerjaan. "Kami akan berbicara nanti dengan Varischa, Pak Alsy," lanjutnya tenang.

Alsy menghela nafasnya berat, "Kau seharusnya banyak dari Elleanor, Eric. Dia lebih dewasa dibanding dirimu. Sudahlah, tidak perlu dibawa pusing masalah pergantian jabatan ini. Kalian akan bekerja sesuai posisi masing-masing per minggu depan setelah Aku resmi mengundurkan diri," ujarnya yang hanya diangguki canggung oleh Tyra dan Varischa, sementara Eric hanya diam, menggelengkan kepalanya masa bodoh. Kalimat perbandingan seperti itu sudah biasa didengarnya.

Tanpa pamit dengan benar, Eric meninggalkan ruangan terlebih dahulu. Alsy hanya geleng-geleng kepala melihatnya.

"Ah maaf kalau kedatanganku tidak diharapkan oleh Eric ..." Varischa mulai merasa tidak enak hati.

"Tidak begitu, Varischa, Eric hanya tidak terbiasa dengan orang baru. Biar Aku bicara dengannya," ujar Tyra yang kemudian pamit menyusul Eric keluar.

Pria itu rupanya baru sampai di depan lift, hendak turun. "Eric!" panggil Tyra segera, membuatnya menoleh, "Kenapa? Jangan berlari-lari seperti itu, nanti Kau jatuh," ujarnya masih perhatian, kontras sekali dengan wajahnya yang ditekuk itu.

"Kau mau bicara denganku?"

"Untuk? Masalah Kita?" tanya Eric cuek, menekan tombol lift ke lantai dibawahnya. Tyra kembali canggung, "Bukan itu. Tapi ..."

"Nanti saja kalau begitu," potong Eric, "Ini urusanku dengan Papa. Aku pastikan Kau tidak akan terpengaruh akan perubahan struktur perusahaan," lanjutnya tersenyum tipis.

TING!

Lift datang, Eric menggandeng Tyra masuk.

"Ehm ... Kau sama sekali tidak mengenal Varischa?" tanya Tyra memecah keheningan. Eric agak lama diam hingga akhirnya menjawab, "Aku mengenalnya, Kami pernah bertemu."

"Oh ya? Dalam rangka apa?"

Eric menghela nafasnya berat, "Dia anak dari teman mendiang Mama. Kami hanya bertemu sekali, hanya itu, dan Aku tidak menangkap Ia adalah seorang yang kompeten."

"Kau tidak bisa menghakiminya dengan mudah seperti itu. Siapa tahu kinerjanya bahkan lebih baik dariku, atau darimu?"

"Tyra, jika Aku tidak nyaman, maka itu tidak akan bagus," bantah Eric, menatap Tyra serius, "Tiga jabatan itu adalah pilar perusahaan, tidak sembarangan orang bisa mendudukinya. Apalagi, jika Aku sendiri tidak punya kepercayaan terhadap orang itu. Apa Kau mengerti?" lanjutnya dingin.

Tyra hanya mengangguk akhirnya, "Yasudah. Terserah Kau saja Ric."

"Kau marah lagi?"

"Maksudmu?"

"Lupakan. Kau memang masih marah padaku. Kapan Kita bicara?"

"Aku tidak tahu."

"Jangan main-main denganku, Tyra. Aku bisa saja balik marah padamu jika Kau sendiri tidak jelas memperlakukanku. Aku ini kekasihmu, sampai kapanpun ..."

Tyra terdiam. Kenapa Ia merasa terintimidasi oleh tatapan Eric sekarang?

TING! Lift berhenti.

"Aku memberimu waktu tiga hari. Segera datang padaku, atau minta Aku datang padamu untuk menyelesaikan masalah ini. Sampai jumpa."

次の章へ