webnovel

38. Tragedi Puncak

Aaram masih berdiam diri di tengah lapangan sekolah mereka. Menatap lurus ke depan tanpa berkedip sedikit pun,tiba-tiba saja ponsel yang berada di saku celakanya bergetar sehingga membuyarkan semua lamunannya. Aaram beberapa kali mengedipkan matanya,tarikan nafas yang begitu dalam dilakukannya. Entah kenapa dadanya terasa begitu sesak,bahkan untuk bernafas saja pun dirinya terasa begitu sulit. Aaram kembali terhentak karena getaran yang berasal dari kantong saku celananya,segera Aaram mengambil ponsel yang masih bergetar itu. 

Sebuah nama yang dari tadi sedang dipikirkannya,entah kenapa ketika itu juga hatinya langsung merasakan rindu dengan seseorang yang sedang menghubunginya itu. Padahal baru saja mereka berpisah,Aarav menghubungi Aaram dengan sebuah panggilan video. Tanpa menunggu lama lagi,Aaram segera menggeser ikon hijau pada layar ponselnya. Tertampang jelas wajah ceria Aarav dalam panggilan video tersebut,suara gaduh yang berasal dari para murid yang sedang bernyanyi pun membuat Aarav semakin terlihat bersemangat. 

"Assalamualaikum,Ram." Ucap salam Aarav dengan wajah begitu ceria

"Waalaikumsalam,Rav." Jawab Aaram 

"Maaf ya disini sangat berisik" ujar Aarav dan di jawab senyuman oleh Aaram. 

"Tidak apa,pasti seru ya?" Tanya Aaram

Aarav mengangguk "iya,sangat seru,Ar. Seandainya lo ikut pasti tambah seru,tapi jangan ding nanti mamah dan papah tidak ada yang menjaga mereka,kalau lo ikut ke puncak." Balas Aarav sambil tertawa kecil dan Aaram pun ikut tersenyum.

"Ram"

"Ya" 

"Gue titip mamah dan papah ya. Terutama mamah,jangan lo buat mamah sedih kalau gue sudah tidak ada bersama kalian." 

"Lo ngomong apa sih? Lo nginep semalaman doang kan? Bukan berhari-hari atau berminggu-minggu disana? Lo ngomong kaya gitu seakan-akan lo gak akan balik kerumah." Jawab Aaram yang sedikit ada rasa kesal dengan ucapan Aarav.

Aarav pun tersenyum dan terkekeh "lo lucu Ram kalau lagi kesel gitu,hahaha." 

"Cih" jawab kesal Aaram

Aarav masih saja terkekeh "gue kangen sama lo Ram. Padahal belum ada satu jam gue ninggalin lo,tapi kok gue ngerasa kangen banget sama lo." Ucap Aarav sambil menghapus sudut matanya yang basah. 

"Sama Rav,gue juga juga kangen sama lo." Jawab Aaram yang terlihat menundukkan wajahnya,dengan susah payah Aaram menahan air mata yang akan jatuh kembali. 

"Sudah dulu ya Ram,gue harus kasih sambutan buat mereka. Kalau sudah sampai disana gue akan hubungin lo." 

"Oke,kabarin gue lagi ya"

"Sip,assalamualaikum" 

"Waalaikumsalam" 

Panggilan video pun berakhir,Aaram segera memasukkan ponselnya ke dalam saku celana dan segera pergi meninggalkan sekolah. 

********

Pukul dua siang cuaca di Puncak-Bogor sedang tidak sangat baik,hujan deras menemani perjalanan Aarav dan teman-temannya.

Bus yang ditumpangi Aarav dan teman-temannya sudah memasuki area puncak,tapi mereka masih harus menempuh jarak kurang lebih dua puluh menit lagi agar sampai di villa yang sudah di pesan oleh pihak sekolah. Suara tawa dan nyanyian memenuhi ruang bus,semua siswa dan guru bernyanyi dengan sangat seru sampai pak supir pun ikut bernyanyi.

Walaupun hujan deras selama perjalanan,tidak menyurutkan semangat Aarav dan timnya dalam menghibur semua anggota organisasi pencak silat mereka. Jalan yang basah dan licin  dikarenakan hujan deras serta jarak pandang jalan yang mulai berkabut pun harus memaksa para pengendara untuk ekstra berhati-hati dalam mengendarai kendaraan mereka. 

Hujan pun  semakin deras ditambah lagi dengan suara gemuruh petir yang saling bersahutan,sejenak mereka semua berdiam dan salah satu guru mereka meminta pada siswa untuk berdoa menurut kepercayaan masing-masing agar selalu dalam perlindungan Tuhan Yang Maha Esa. 

Sebuah mobil berlawanan arah tiba-tiba saja melaju sangat kencang tanpa menyalakan lampu mobil tersebut sehingga membuat bus yang ditumpangi Aarav pun tergelincir dan oleng karena menghindari mobil yang tiba-tiba saja menyalip. Semua yang ada di dalam bus itu pun histeris,karena jalan yang licin dan kondisi hujan deras akhirnya mobil itu pun tergelincir ke arah jurang dengan kedalaman yang cukup tinggi. Bus tersebut bergulir dan beberapa kali menghantam pepohonan dan bebatuan yang ada di jurang tersebut. 

Di dalam bus Aarav mencoba untuk keluar dari sana,tapi sayang kakinya terjepit oleh bangku bus. 

"Ram"

"Mah"

"Pah"

"Maafin Aarav" 

Kata terakhir Aarav yang diucapkannya dengan susah payah dan sedikit terbata,semakin lama pandangan matanya pun menggelap dan nafas Aarav pun berhenti. Aarav meninggal di tempat dengan kondisi yang mengenaskan karena tubuh bagian bawahnya dalam keadaan terjepit. 

*****

Prang… 

Gelas yang sedang Aaram pegang tiba-tiba saja terjatuh dan pecah. Aaram langsung memegang dada kirinya yang terasa begitu sesak. 

"Aarav" gumam Aaram

Pria itu segera meraih ponselnya dan mencari daftar riwayat panggilan di ponselnya. Aaram langsung menggeser dial telepon berwarna hijau untuk memanggil kontak yang ingin dihubungi. 

Beberapa kali Aaram menghubungi nomor Aarav,tapi sayangnya nomor Aarav tidak dapat dihubungi yang terdengar hanya suara operator saja. 

Aaram segera mencari mamanya ke kamar orang tuanya,disana Aaram melihat sang mama sedang merapikan sebuah bingkai foto yang sepertinya habis terjatuh karena di lantai terdapat serpihan kaca dari bingkai foto itu. 

"Mama" panggil Aaram pada Merry dengan suara yang sedikit tercekat. 

Dengan gerakan seperti slow motion Merry menatap kearah Aaram. 

"Apa yang terjadi ma?" Tanya Aaram pada Merry

Merry pun tersenyum "tidak ada apa-apa nak,entah kenapa tiba-tiba saja foto ini terjatuh dengan sendirinya. Mungkin karena anginnya sangat kencang dan mama lupa menutup jendela,jadi foto ini jatuh." Jawab Merry dengan pelan tapi masih dapat didengar oleh Aaram.

"Biar Aaram yang merapikannya mah,mama duduk saja di sofa." Ucap Aaram yang sudah berjongkok di depan Merry dan Merry pun mengangguk 

Aaram membersihkan semuanya,ketika Aaram ingin mencuci tangannya tiba-tiba saja panggilan masuk pada ponselnya. Di layar itu tertera nomor baru yang menghubunginya,sejenak Aaram mengerutkan dahinya seakan-akan bertanya dalam dirinya nomor siapa ini. Dengan rasa malas akhirnya Aaram mengangkat panggilan tersebut,setelah mendapat jawaban dari Aaram akhirnya orang tersebut memberitahukan siapa dirinya dan mengabari bahwa mobil yang di tumpangi oleh Aarav telah terjatuh ke dalam jurang. 

Saat itu juga kaki Aaram seakan-akan seperti tak bertulang,dirinya jatuh terduduk bahkan ponsel yang tadi digenggamnya pun ikut terjatuh. Merry yang melihat putranya seperti itu pun akhirnya menghampiri Aaram. 

"Aaram,ada apa nak? Kenapa kamu seperti ini?" Tanya Merry sambil memegang wajah putranya.

"Mah…. Aarav…" 

"Ada apa dengan Aarav nak?" 

"Bus yang ditumpangi Aarav dan teman-temannya…. Terjatuh ke dalam jurang mah. Sudah dipastikan tidak ada yang selamat dalam bus itu." Ucap Aaram dengan wajah yang tertunduk dengan air mata yang sudah tidak ditahan lagi oleh dirinya. 

"Apa?" Ucap Merry yang begitu tidak percaya dengan apa yang disampaikan oleh Aaram.

"Tidak mungkin …. Tidaaakkkkk…" teriak Merry dengan menjambak rambutnya,dirinya terisak begitu pilu. Aaram memeluk Merry dan memberi kekuatan agar mamanya bisa mengikhlaskan semuanya. Walaupun dalam benak Aaram dirinya juga belum bisa mengikhlaskan kepergian Aarav.

次の章へ