Tiga tahun lebih berlalu dengan perasaan yang terasa begitu panjang. Dan, dia masih mengucapkan kalimat yang membakar semangatku.
"Tidak," jawabku singkat.
"Kalau begitu, pulanglah. Jangan terlalu pegang ucapan Ayah saat kau pergi. Kau tetap selalu boleh pulang meski belum sukses," ucapnya.
Lagi-lagi aku tersenyum.
"Baik, Ayah. Aku tidak akan pernah menjadi anak yang membuat Ayah kecewa lagi," ucapku.
Telepon kututup. Aku kembali melirik novel yang ada di meja. Secangkir kopi yang menyisakan ampas. Dan, sebundel skenario film dari novel itu. Bulan depan, aku akan pulang ke kotaku. Memerankan tokoh yang ada di novel itu. Novel yang telah kutulis hampir dua tahun lamanya. Novel yang membuatku tidak memiliki dunia lain, selain menghabiskan waktu untuk bekerja. Sudah lebih dari satu tahun setelah novel itu terbit. Kini, ia akan menjelma ke medium lain; menjadi film.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください