webnovel

Aku miliknya

Terlihat Reno sedang memejamkan matanya, menikmati sapuan lidah Sigit di mulutnya. Lidah mereka saling bertemu, sesekali disertai gigitan dan juga lumatan mulut yang ganas.

Perlahan tangan Sigit memegang dan mengusap halus paha Reno yang masih terbungkus celana panjangnya. Sementara tangan satunya lagi, Sigit gunakan untuk melepaskan kancing baju seragam yang dipakai Reno.

Tepat ketika tangan kasar Sigit menyentuh bagian dada Reno, seketika saja ia sadar dan melepaskan mulutnya dari mulut Sigit. Dengan baju yang kancingnya sudah terbuka, Reno menatap sayu ke arah Sigit.

"Pak Sigit ng-ngapain? Bu-bukannya Pak Sigit masih marah sama aku?" tanya Reno pelan.

"Itu tadi, sekarang udah nggak." Sigit berjalan ke arah Reno, namun Reno malah mundur ketika Sigit mendekatinya. "Kamu kenapa Ren? Apa salah jika saya mau mencoba membalas cinta kamu? Lagipula, bukannya kamu ingin merasakan digagahin sama saya Ren?" tanya Sigit balik.

"Aku emang mau digagahin Pak Sigit, mau banget malah. Tapi aku nggak mau kayak kemarin Pak, aku maunya Pak Sigit gagahin aku karena cinta dan bukan karena paksaan" jelas Reno. "Aku juga berharap Pak Sigit balas cinta aku tanpa dasar rasa bersalah itu" jelas Reno.

Air mata Reno mengalir, tangisannya pecah kembali. Dengan cepat Sigit berjalan ke arah Reno, menggendongnya lalu memangku tubuh Reno yang tak seberapa jika dibandingkan dengannya. Posisi mereka berhadapan, namun Reno masih tertunduk karena menangis.

"Ren..." ucap Sigit pelan, membuat Reno melihat ke arahnya. "Saya mau coba balas cinta kamu, apa itu nggak boleh?" tanya Sigit, sambil mengusap air mata Reno yang mengalir.

"Ta-tapi... Pak Sigit kan straight. Apa mungkin bisa Pak?" tanya Reno ragu.

"Saya tau. Makanya saya mau coba balas cinta kamu itu Ren. Boleh ya?" sahut Sigit lembut.

Reno terdiam, menatap wajah tampan dan jantan milik Sigit. Hatinya berdebar tak karuan saat Sigit berkata seperti itu, ditambah tangan Sigit yang masih mengelus lembut pipi mulus Reno.

Perlahan Reno tersenyum ketika melihat senyuman Sigit. "Baik Pak, aku akan terus mencintai Pak Sigit sebagaimana harusnya" jelas Reno.

Kemudian tangan Sigit berpindah ke bagian belakang kepala Reno, menariknya hingga kening mereka bersentuhan. "Kalau begitu, kita lakukan lagi atas dasar cinta ya?" tanya Sigit.

Tanpa ragu Reno mengangguk pelan, hampir tidak terlihat. Namun Sigit tau karena kepala mereka bersentuhan.

Kembali mulut mereka saling bersentuhan, bertukar liur, dan lidah mereka saling menyapa satu sama lain. Reno memejamkan matanya, merasakan lumatan dari Sigit dengan penuh perasaan dan membalasnya dengan perasaan juga.

Meski kesusahan bernapas, Reno tidak kapok dan malah terus menempelkan mulutnya di mulut Sigit. Tangannya pun sudah mengalung di leher Sigit, kini posisi mereka sudah berpelukan layaknya seorang kekasih yang sedang bermesraan.

Dengan mulut yang masih bersentuhan, Sigit berdiri lalu menggendong Reno dan meletakkannya di kursi tempat ia duduk tadi. Tangannya menuntun tangan Reno untuk menyentuh selangkangannya yang sudah membentuk tenda.

Paham dengan maksud itu, Reno turun dari kursi dan berlutut. Tangannya terus memegang dan meremas kejantanan Sigit yang masih terbungkus celana biru khas guru yang dipakainya.

Tak tahan dan merasa kurang karena diremas saja, Sigit langsung membuka ikat pinggang yang dipakainya. Hanya kancing celana saja yang sengaja ia buka, dengan maksud agar Reno yang membuka sisanya.

Reno mengangguk ketika tangan Sigit sudah berada di belakang kepalanya, mendorong kepalanya ke arah selangkangan Sigit. Tanpa basa-basi, Reno membuka resleting celana Sigit dan meloloskan celana serta celana dalam yang dipakainya.

Ketika celana dalam Sigit ditariknya ke bawah, saat itu juga penis besarnya menyembul mengenai wajah Reno seakan memberi salam. Reno terdiam memandangi penis besar dan berurat milik Sigit, ia masih tidak menyangka karena sekarang mereka akan berhubungan badan dengan sadar.

"Ayo, tunggu apa lagi?" protes Sigit. Tangannya terus menarik kepala Reno hingga penisnya yang sudah mengeluarkan precum menyentuh dan membasahi wajah Reno.

Reno memegang penis Sigit dengan kedua tangannya, perasaannya semakin melonjak ketika mengetahui kedua tangannya tidak bisa menutupi panjangnya penis Sigit dibanding tangannya itu. Lalu Reno memejamkan mata, merasakan bau precum Sigit yang menusuk hidung namun membuatnya sangat bernafsu.

Penis Sigit langsung merojok masuk ketika mulut Reno terbuka, membuat Reno tersentak karena belum siap. Namun Sigit hanya memasukkan kepala penisnya saja, agar Reno merasakan precum miliknya.

Lidah Reno mulai bermain saat kepala penis berada di dalam mulutnya. Merasakan rasa asin precum miliknya, hingga lidah Reno menyapu bersih kepala penis Sigit hingga ke lubang kencingnya. Permainan lidah Reno membuat tubuh gagah pemilik penis itu menggelinjang keenakan.

"Aaakhhh..." desah Sigit panjang. Matanya mulai terpejam, merasakan kenikmatan yang luar biasa. Tangannya pun mulai menjambak rambut Reno, namun ia tidak mengendalikan Reno dengan tangannya itu.

Reno juga mulai bernafsu, penisnya sudah ikut tegang dari tadi. Aroma khas dari kejantanan Sigit membuatnya melayang, ingin menghirupnya lagi dan lagi.

Lidah Reno menjelajahi seluruh penis Sigit, mulai dari buah zakar hingga keseluruhan penisnya. Reno juga merasakan urat-urat di penis Sigit dengan lidahnya, sesekali ia gigit kecil agar Sigit mengerang.

Sigit semakin bernafsu, tangannya sudah mengendalikan kepala Reno dan pinggulnya maju mundur agar penisnya menusuk-nusuk mulut Reno. Sementara Reno hanya bisa pasrah karena kalah tenaga dari guru olahraganya itu.

"Akh... akh... akh..." Sigit mempercepat gerakannya, merojok semakin dalam ke tenggorokan Reno. Hingga ia menarik penisnya keluar, lalu mengocok dengan tempo yang sangat cepat.

Tubuh Sigit mengejang ketika klimaks. Penisnya ia arahkan ke mulut Reno yang terbuka, posisi kepala penisnya berada di bibir Reno. Sehingga ia bisa melihat sperma kental berwarna putih pekat memenuhi mulut Reno.

Reno ingin muntah ketika sperma Sigit yang kental dan banyak memenuhi mulutnya. Namun Sigit menarik kepala Reno ke arah belakang agar spermanya tidak dibuang oleh Reno.

Terpaksa Reno menelan semua cairan kental yang ada di mulutnya itu. Ketika sudah tertelan, Reno langsung merasakan mual karena bau yang sangat pekat dari cairan itu.

Sigit terkekeh melihat Reno menelan bibit-bibitnya. "Gimana? Enak Ren?" tanya Sigit sambil membantu Reno berdiri.

Reno memasang ekspresi wajah yang sulit diartikan. "Huek! Aneh rasanya, mau muntah" sahut Reno. Sigit hanya membalas dengan senyumnya.

Kemudian Sigit menuntun Reno agar berdiri di depan meja dengan kaki yang dilebarkan. Tangan Sigit sudah mencari menu utamanya.

"Akh... sakit Pak" erang Reno saat tangan Sigit menyentuh lubang anusnya.

"Bekas saya perawanin kemarin ya?" tanya Sigit. Reno menganggukkan kepalanya. "Yaudah nanti saya pelan-pelan dulu, abis itu baru saya bikin kamu kejang-kejang" lanjut Sigit.

Reno hanya pasrah, demi orang yang dicintainya.

Sigit meloloskan celana yang masih ada di kaki bagian bawahnya, tak lupa ia membuka kancing seragamnya hingga tubuh indahnya terlihat. Kemudian ia mulai melumuri anus Reno dan juga penisnya dengan ludahnya. Sengaja ia tidak melakukan penetrasi, karena ia ingin mendengar suara erangan Reno.

Setelah menempelkan penisnya di sela pantat Reno, Sigit memeluk lalu mencium dan memainkan puting Reno. Tujuannya agar Reno tidak terlalu tegang, karena bagaimanapun juga Sigit tidak tega kalau murid kesayangannya itu merasakan sakit yang berlebihan.

"Pak Sigit, pelan-pelan ya?" ucap Reno takut.

"Iya sayang, kamu tahan ya?" sahut Sigit. Reno mengangguk meski ragu.

Ketika Sigit mulai memasukkan penisnya, Reno sedikit mengerang karena menahan rasa sakit. Ia menggigit bibir bawahnya dan memejamkan matanya. Tubuhnya terasa sangat panas ketika kepala penis Sigit menerobos masuk.

Tangan Reno mengarah ke belakang, menahan pinggul Sigit yang terus mendorong. "Engh... sakit banget Pak" lirih Reno.

"Saya belum beli pelumas Ren, cuma pake ludah aja. Tolong tahan aja ya walau sakit?" mohon Sigit.

Mendengar suara lembut Sigit membuat Reno luluh. Ia mengangguk dan kini tangannya memegang kuat pinggiran meja. Tak lupa Reno membuka kakinya lebih lebar lagi, agar penis besar Sigit lebih mudah masuknya.

Setelah bersusah payah sampai-sampai berkeringat, akhirnya Sigit berhasil memasukkan seluruh penisnya di dalam anus Reno. Ia sengaja membenamkan dan mendiamkan sejenak penisnya di dalam anus Reno, agar Reno terbiasa.

Sementara tubuh Reno benar-benar lemas. Penisnya yang tadi tegang kini berubah menjadi loyo, sama seperti tubuhnya. Air mata Reno juga keluar karena sakitnya benar-benar hebat, namun ia rela menahan rasa sakit itu demi orang yang sedang menggagahinya.

Melihat itu, Sigit meraih tubuh Reno dan memeluknya dari belakang. Tangan Sigit meremas dan memainkan puting mungil milik Reno, mulutnya pun bermain di leher Reno yang aromanya khas seperti bayi.

"Emh..." erang Reno, saat Sigit mulai menggoyangkan pinggulnya. Tubuh Reno juga menggeliat karena puting dan lehernya sedang dimainkan oleh Sigit.

Reno pasrah, ia membiarkan Sigit yang mendominasi permainan. Tubuhnya juga mulai rileks saat Sigit merangsangnya, jadi Reno terus mengerang dan mendesah kecil agar rasa sakitnya tidak terlalu terasa.

Mendengar desahan Reno, Sigit tersenyum dan mencium bibir Reno untuk beberapa saat. Setelah itu, barulah ia mulai menggagahi Reno.

Dengan cepat Sigit menarik lalu mendorong lagi pinggulnya itu, membuat penisnya keluar masuk ke dalam anus Reno yang masih sempit. Tubuh Reno terlonjak sesuai dengan irama hentakan dari Sigit, mulutnya tidak bisa ditutup karena desahan terus keluar dari mulut Reno.

Saat sedang asik, Sigit tak sengaja menoleh ke arah hp miliknya yang menyala karena ada pesan masuk. Tiba-tiba saja ia kepikiran sesuatu saat melihat hp miliknya itu.

Sigit mengambil hp miliknya, lalu membuka aplikasi kamera. Ia mengatur waktu yang sudah ditentukan, lalu meletakkan hp itu di ambalan kayu yang ada di dinding yang berada tepat di depan mereka berdua.

Kemudian Sigit mengeratkan pelukannya kepada Reno dan menciumnya, tangannya juga menggenggam tubuh Reno. Mereka benar-benar menikmati hubungan badan ini, terbukti karena suara desahan mereka terus keluar.

Cekrek...

Suara hp milik Sigit berbunyi beberapa kali, tanda kalau kamera sudah menangkap gambar. Sigit tidak mengambil satu atau dua gambar, namun ia sudah mengatur agar hp miliknya mengambil belasan gambar dalam waktu singkat.

Seketika saja mata Reno terbuka mendengar suara jepretan itu. Namun Sigit hanya tersenyum kepada Reno.

"Emh... Pak Sigit fo-foto pas aku lagi digagahin?' tanya Reno khawatir.

"Iya. Abis ini saya ambil video ya, sebagai bukti kita pernah bercinta. Boleh ya sayang?" ucap Sigit lembut.

Lagi-lagi suara lembut Sigit membuat Reno luluh, rasanya tidak tega menolak permintaan dari guru kesayangannya itu. Reno mengangguk mengiyakan, apapun akan dilakukan olehnya agar guru kesayangannya itu senang.

Sigit tersenyum dan melepas penisnya dari anus Reno, lalu ia meraih hp miliknya dan mulai merekam adegan panas yang sedang mereka lakukan. Mereka berdua juga masih memakai seragam murid dan guru, wajah mereka juga terlihat jelas karena hp Sigit bukan hp abal-abal.

Tangan Sigit mulai menahan pinggul Reno, ia sengaja memperlihatkan penisnya dahulu agar terekam. Kemudian dengan sekali dorong, penis Sigit masuk secara keseluruhan.

"Akh!!!" Reno meringis, ekspresi wajahnya menunjukkan kalau ia benar-benar kesakitan.

Hentakan dari Sigit membuat Reno merasakan sesuatu di dalam anusnya tersentuh oleh kepala penis Sigit, ada rasa nikmat dan juga perih di saat yang bersamaan. Sigit merasakan nikmat yang tak kalah ketika menyentuh titik itu, ia pun langsung paham karena desahan Reno berbeda dengan sebelumnya.

Dengan senyum menyeringai, Sigit kembali menusuk dan menusuk terus di posisi yang sama. Temponya cukup cepat, hingga membuat Reno kewalahan karena titik rangsangnya terus diincar oleh Sigit.

"Pak... engh... ja-jangan disitu... ja-jangan di situ... aaahhh...!" Reno tak kuasa menahan suaranya, ia belum pernah merasakan sensasi yang luar biasa nikmat ini.

Tubuh Reno mengejang, penisnya semakin keras setiap kali Sigit menusuk titik rangsangnya. Kemudian penisnya menyemburkan sperma kental miliknya ke meja yang berada di depannya.

Anus Reno yang menyempit karena klimaks, membuat Sigit semakin menikmati sensasi penisnya yang seperti dicengkram kuat itu. Membuatnya mempercepat gerakan dan juga memperkuat hentakannya.

"Ah... ah... ah... oooaahhh..." erang Sigit kuat.

Seketika saja anus Reno dibanjiri oleh sperma Sigit yang tak kalah banyak dari sebelumnya. Dengan sengaja Sigit mengedutkan penisnya, mengeluarkan sisa-sisa sperma dan agar Reno bisa merasakannya.

Tanpa melepas penisnya, Sigit menggendong lalu memutar tubuh Reno agar menghadap ke arahnya. Setelah itu ia mencium mesra Reno, meski napas mereka masih memburu dan juga kelelahan.

Kemudian Sigit berjalan ke arah matras yang berada di paling pojok ruangan yang tertutup oleh lemari besar. Sesaat sebelum ke sana, Sigit kembali lagi untuk memberhentikan video yang masih merekamnya. Setelah itu ia mendudukan Reno di meja sejenak untuk melepas seragam mereka yang sudah basah oleh keringat, Sigit membuang seragam mereka ke sembarang arah dan kembali ke matras itu.

Sesaat setelah tubuh mereka ambruk di atas matras, mereka berdua saling melempar senyum.

"Apa hubungan badan seperti ini yang kamu mau Ren?" tanya Sigit.

Reno mengangguk. "Iya Pak, aku maunya yang seperti ini" balas Reno jujur.

"Kalau begitu, mulai sekarang kamu adalah milik saya" sahut Sigit. Kemudian bibirnya mendarat di bibir Reno.

Dengan mata yang masih terbuka, Reno diam karena tidak percaya. Perkataan Sigit barusan berhasil membuat hatinya berbunga-bunga.

"Kamu tau kan apa maksudnya?" tanya Sigit lagi.

Terlihat Reno berpikir sejenak. "A-aku jadi pacarnya Pak Sigit?"

Sigit tersenyum, lalu mengangguk pelan. Mata Reno semakin terbuka lebar mengetahui kemauan gurunya itu. Reno langsung memberikan ciuman kepada Sigit, sebagai ucapan tanda terima kasih karena Sigit sudah mau membalas cintanya.

Beberapa saat kemudian, suasana cukup hening. Mereka berdua masih berpelukan, bahkan penis Sigit pun masih ada di dalam anus Reno.

"Pak Sigit? Apa nggak papa kalau kita begini?" Seketika saja Reno menjadi gelisah.

"Maksudnya gimana? Kamu nggak mau pacaran sama saya Ren?" tanya Sigit balik.

Reno langsung menggeleng. "Bu-bukan itu. Aku mah mau banget pacaran sama Pak Sigit, sekarang kita udah pacaran juga kan?" ucap Reno. "Aku cuma khawatir sama rumor itu Pak, takut Pak Sigit kena imbasnya juga karena kita sering bareng-bareng" lanjutnya.

Sigit tersenyum kecil, entah mengapa ia merasa sangat senang saat Reno mengkhawatirkan dirinya.

"Ya rumor biarlah rumor Ren. Walau rumor itu benar, belum tentu mereka tau kan?" sahut Sigit.

"I-iya sih..."

Sigit memeluk kembali Reno, hingga wajah Reno terbenam di dada bidangnya. Tangan Sigit juga mengelus lembut kepala Reno, membuat Reno merasa nyaman dan juga tenang.

"Yaudah tidur Ren, nanti jam 1 baru kita pulang dari sini. Mulai sekarang kamu akan tinggal bareng saya di apartemen saya, berangkat bareng saya, pulang bareng saya" titah Sigit.

Reno tidak bisa apa-apa kalau pria gagah itu sudah membuat keputusan. Jadi Reno mengangguk saja, lagipula ia malah senang kalau bisa tinggal dengan Sigit.

"Em a-anu, apa burung Pak Sigit bisa dikeluarin dulu Pak? Lubang aku masih perih" sahut Reno.

"Nggak boleh. Nanti pas kita tidur, penis saya juga lemes sendiri Ren, nanti keluar sendiri" ucap Sigit. "Kalau nggak lepas, ya berarti lubang kamu emang ditakdirkan untuk berjodoh sama burung saya" ledek Sigit.

Seketika saja wajah Reno memerah mendengar itu. "Mesum" ucap Reno, lalu buru-buru ia membenamkan lagi wajahnya di dada bidang milik Sigit.

Karena kelelahan, mereka berdua pun tertidur meski tubuh mereka masih 'berhubungan'. Namun mereka berdua tidak mempedulikan itu, mereka hanya peduli karena hubungan mereka sudah lebih dari sekedar guru dan murid.

Ruang OSIS dan juga video rekaman di hp milik Sigit menjadi bukti cinta mereka. Dan Reno senang, karena ia sudah menjadi milik guru kesayangannya itu.

* * *

次の章へ