Sekuat tenaga Rahel menahan butiran bening agar tidak terjatuh membasahi pipinya. Gerombolan itu begitu cepat memenuhi pelupuk mata Rahel dan tidak mampu lagi ia tahan.
"Saat ini, Ayah pasti sangat membenciku. Jadi bagaimana mungkin Ayah mencariku." Rahel mendengus berat, mengukir senyuman getir pada bibirnya. Satu tangannya dengan cepat mengusap air mata yang sempat lolos pada pipinya.
"Tidak ada orang tua yang membenci anaknya Rahel. Ini hanya sebuah kesalahpahaman saja," tutur Bima berusaha meredam semua pikiran buruk yang berkecamuk di dalam benak Rahel.
"Kesalahpahaman yang terjadi seumur hidupku!" dengus Rahel merengut. Bayangan sikap lelaki berkumis tebal yang selalu mengatur-atur hidup Rahel kini kembali berputar di dalam benaknya. Tidak ada satupun momen yang menyenangkan yang ia temukan dalam memorinya.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください