"Baiklah, akan aku masukan ya!" Pria gendut berbicara, dengan wajah kegirangan.
Sedangkan perempuan itu, melotot dia terus mengeluarkan suaranya, dari balik kain yang menyumpal mulutnya.
Sudah, tidak ada pilihan lain lagi. Dia harus rela, keperawanannya direnggut oleh, pria yang mirip dengan babi itu.
"Uh… apakah ini, akhir dari kebebasanku, menjadi seorang perempuan? Ayah, ibu…." Dia mengingat, wajah kedua orang tuanya yang memberikan senyuman manis, air mata menetes dari kelopak mata sebelah kiri, jatuh ke atas kasur yang menjadi saksi dari kesedihan yang sedang dia alami.
Brack!!!
Tiba-tiba, dari arah belakang pintu terdengar, menghantam dinding dengan sangat keras, benturan terdengar oleh mereka berdua. Mata langsung tertuju ke arah pintu, mereka penasaran apa yang sebenarnya menghantam pintu tersebut.
Seorang pria masuk, dengan wajah yang tertutupi jubah.
"Siapa kau?" tanya spontan dari pria gendut.
Dia membuka, hoodie lalu berkata, "Aku adalah, malaikat maut yang akan mencabut nyawa orang bejat seperti dirimu!" Nada berat, dengan mata melotot ditunjukkan.
Langsung perasaan merinding, menyebar di seluruh tubuh mereka berdua.
"Di-Di mana, para penjaga kenapa mereka tidak menangkap penyusup seperti dirimu?" Menjadi panik pria gendut, dia merasa sangat ketakutan ketikan menyaksikan aura hitam aneh yang menyebar di sekeliling pria asing yang masuk ke dalam ruangan.
"Mereka sudah, aku kirim ke neraka. Sekarang, kau harus yang harus menyusul mereka! Tenang saja!"
Pedang Arzlan berkilau, hingga menyebarkan rasa ketakutan yang besar dari dalam tubuh pria gendut.
"Aku, akan memotong lehermu, dengan sangat sadis. Kau tidak perlu khawatir, pasti para malaikat yang ada di neraka bisa mengembalikan tubuh dan kepalamu menjadi satu."
Ucapan Arzlan sudah, mengakibatkan efek intimidasi yang sangat besar. Pria gendut berusaha untuk melakukan perlawanan. Dia turun dari ranjang, dan berlari ke arah dua tombak yang menjadi hiasan kamar.
"Aku tidak, akan mati di tangan orang bajingan seperti dirimu!" Dia menggerutu, lalu memutar tubuhnya.
Crash!!!
Akan tetapi, pedang Arzlan sudah menebas kepalanya. Darah, terciprat ke dinding, dengan derasnya.
"Uh…." Wanita elf itu, terdiam menyaksikan apa yang terjadi. "Apakah, aku ini sudah selamat?" Dengan pakaian yang masih terbalut hanya, kain tipis matanya melotot kaget, ketika itu ia melihat penampakan Arzlan seperti malaikat, kematian yang memang dikirim untuk bertemu dengan dirinya.
Arzlan mulai menoleh ke arah wanita itu, lalu dia berjalan ke arahnya. Wanita tersebut, merasa kebingungan kenapa Arzlan menatap dirinya, dengan hawa membunuh yang menyebar di sekelilingnya.
"T-Tunggu! Apakah dia akan menghabisi diriku juga? Apakah aku ini berdosa, karena tubuhku sudah dilihat oleh laki-laki." Dia menutup matanya.
Things!!!
Lalu, suara benturan besi terdengar. Ternyata, pedang bukan hendak menebas tubuhnya melainkan menghancurkan borgol sihir, yang membelenggu kaki dan tangannya. Akibat borgol tersebut, wanita itu tidak bisa bergerak bebas.
Setelah, dua borgol tersebut hancur segera wanita elf membuka kain yang menyumpal mulutnya.
"Huh…." Dia melepas napas, lega dengan selimut yang langsung digunakan untuk menutupi tubuhnya.
Arzlan tidak, banyak berkata. Pria itu segera melangkah ke arah pintu.
"Tunggu!" Wanita itu, mencoba untuk berbicara kepada Arzlan.
Arzlan mendadak berhenti, dan menolehkan kepalanya.
"Siapa sebenarnya, dirimu?"
"Aku adalah, makhluk yang akan menghancurkan negeri busuk ini!" Arzlan kembali melangkah.
Ucapan singkat itu begitu bermakna, hingga wanita itu menjadi terdiam. Wanita tersebut, mencoba untuk menyusul Arzlan.
Dengan selimut yang menutupi, tubuhnya ia berjalan keluar. Di depan kamar, matanya harus melihat pemandangan yang begitu sadis, karena para prajurit yang berjaga sudah tergeletak dengan darah, yang mengucur deras.
"Apakah ini, semua dia yang melakukannya?" tanya wanita elf dari dalam hatinya.
Punggung Arzlan semakin menjauh, tidak ada waktu lagi wanita itu segera melucuti pakaian prajurit yang mungkin, bisa digunakan olehnya.
Setelah selesai dia mengejar Arzlan.
"Tunggu!"
Arzlan, berhenti lalu menoleh ke arah belakang. "Apa yang kau inginkan?"
Wanita itu, terengah-engah kemudian berkata, "Aku akan membantumu, kau pasti ingin menyelamatkan tahanan bukan?" Senyuman yang terbentuk di wajah gadis itu, melambangkan semangat yang baru saja didapatkan olehnya.
"Terserah kau! Tapi ingat, aku tidak akan menyelamatkan dirimu lagi, ketika bahaya akan datang!"
"Baik!"
Mereka, lalu mulai berjalan. Tujuan adalah satu pintu, yang terhubung ke arah ruang bawah tanah. Tempat yang cukup, klasik untuk menyembunyikan para budak atau tahanan.
"Siapa kalian?"
Dua penjaga, sedang dikejutkan oleh orang asing yang tiba-tiba muncul. Satu di antara mereka, membentak orang tersebut, namun tidak dihiraukan oleh mereka.
"Berhenti, atau kau akan kami sakiti?" bentak sekali lagi penjaga.
"Sepertinya, mereka ini adalah penyusup." Rekannya, menyadarkan pria tersebut.
Pernyataan itu didukung dengan, pedang Arzlan yang masih terlihat berlumuran darah. Arzlan langsung berlari ke arah mereka.
"Uh…." Wanita elf hanya, bisa terdiam. Di depan matanya, Arzlan membunuh kedua penjaga dengan waktu yang sangat singkat.
Arzlan lalu mendobrak pintu, dengan terjangan kakinya. Cara yang paling ramah, bagi dirinya untuk membuka pintu tersebut.
Anak tangga, yang diselimuti kegelapan ruangan, sedikit memberikan efek takut jika orang yang melihatnya adalah seorang penakut. Arzlan, melihat kegelapan adalah teman yang paling setia.
Arzlan langsung menuruni tangga, bunyi langkah kakinya begitu nyaring. Tanpa penerangan dia bisa, melihat seluruh struktur ruangan, ini semua berkat skill yang telah dia dapatkan.
Matanya, seperti seekor hewan malam yang bisa melihat seluruh makhluk dari kegelapan.
"Sebenarnya, dia ini apa? Kenapa, dia bisa melihat ruangan yang begitu gelap?" Wanita elf itu, hanya bisa mengikuti langkah kaki Arzlan, sama sekali dirinya tidak tahu ke mana mereka akan melangkah.
Setelah, beberapa saat menuruni anak tangga, mereka melihat cahaya merah yang berasal dari obor di dalam ruangan. Semakin mendekat, ke arah cahaya tersebut suara aneh terdengar di telinga.
Ternyata, jika didekati ada satu pintu besar, yang merupakan sumber suara aneh tersebut. Dari, apa yang terdengar mereka berdua sudah paham, apa yang sebenarnya terjadi dari balik pintu itu.
Arzlan meruncingkan alisnya, lalu dia menendang pintu itu, lebih keras daripada pintu sebelumnya. Tepat di depan mata mereka, sebuah pemandangan yang sangat keji terjadi.
Para wanita elf sedang diperkosa, oleh para prajurit. Mereka dijadikan mainan, beberapa sedang dicambuk, ada juga yang sedang dinikmati, dan beberapa dari mereka digantung di dinding. Penampakan yang benar-benar, menyakitkan mata.
Aktivitas di dalam ruangan, menjadi berhenti ketika dua orang yang tidak diundang masuk. Mereka melotot heran, kenapa ada pria aneh, dengan wanita berpakaian prajurit bisa masuk ke dalam ruangan.
"Akan aku bantai, kalian semua!" geram Arzlan.
Arzlan lalu, mulai mengeluarkan aura hitam. Aura tersebut, menyebar dan membentuk seekor monster bermata merah. "Dark Eater! Makan mereka semua hingga, tulang dan daging mereka tidak tersisa lagi!"
"Groaaagh!"
__To Be Continued___