Setibanya Tiara dan Boy di rumah, mukanya Tiara masih murung. Boy pun tidak tahu harus melakukan apa untuk meghiburnya dan hanya mendiamkannya.
"Gw ke kamar dulu ya Boy."
"Okeee."
Hari minggu pun tiba, yang selalu dinanti nati Rani. Karena dia akan pergi ke rumah Bagas untuk menyicipi masakan Bagas. Dia sangat tidak sabar, karena selama ini hanya dialah yang memasak untuk Bagas dan belum pernah sama sekali dimasakin Bagas.
"Syalommmm. Bagasss.."
"Raniiii. Cepat banget datengnya. Aku baru selesai beres beres rumah ni. Dan mau mandi."
"Rajin ya. Pantesan rumah kamu nih silau banget, kinclong semua hahaha."
"Iya dong. Aku mandi dulu ya. Gpp kan aku tinggal bentar."
"Gpp dong masa aku ikut sama kamu mandi?"
"wkwkkwk iya iya. Yaudah tunggu bentar ya."
Saat Rani melihat lihat rumah Bagas, dia melihat ada foto Bagas bersama Desi. Dia pun tersenyum melihat foto itu, dia merasa mereka pasangan yang serasi dan sangat cocok.
"Mama ga mau kamu berhubungan sama Bagas. Kalo mama liat Bagas sampai dateng ke rumah mama gak akan diam dan langsung usir. Mama juga udah minta pak satpam untuk tidak mengizinkan Bagas datang ke rumah ini." Marah mama Desi
"Maaaa, emang kenapa sama Bagas? Bagas itu orangnya baik kok."
"Gak, kamu harus tau dong level kamu dimana Desi. Dia itu hanya seorang kuli bangunan dan dia juga udah gak punya orang tua."
"Kenapa kalo kuli bangunan dan gak punya orang tua. Gimana kalo mama jadi dia sekarang? mama mau diperlakuin kaya gitu?"
"kalo mama jadi dia, mama bakal tau batasan dan lihat diri sendiri. Kamu gak boleh keluar hari ini karna kamu udah berani ngelawan mama. Itu pasti karna Bagas itu kan kamu jadi gini."
"Paaaa tolong bilangin sama mama dong."
"Desiii, kamu gak boleh lawan orang tua. Kamu kali ini nurut dulu sama mama kamu. baru nati kita lanjutin bicara lagi, jangan dibawa emosi semuanya gak akan selesai."
"Kenapa sih gada yang belain Desi? hiks hiks." Ucap Desi sambil menangis dan berlari kekamarnya
"Mama juga jangan suka ngelarang larang Desi dan marahin dia. Bagas orang nya baik ma. Kasian Desi harus di atur atur terus."
"Papa kok malah belain si Bagas itu. Papa liat dong dampaknya Desi dengan Bagas, Desi jadi suka marah dan ngelawan kita."
"Hiks hiks kenapa sih semuanya liat Bagas dari luarnya aja? aku sayang sama Bagas, gimana aku bisa ninggalin dia? hiks hiks hiks." Ucap Desi menangis dan mengambil hpnya dan menelpon Bagas
Rani melihat hp Bagas berdering dan melihat ada panggilan dari Desi. Rani bingung mau ngangkat atau tidak. Tetapi desi terus menelpon Bagas dan Rani pun mengangkatnya.
"Kayanya aku angkat deh siapa tau ada hal yang mendesak. Halooooo.."
Desi pun terkejut dan terdiam mendengar suara yang keluar dari hp nya, iya suara cewe dan dia tau itu suara Rani. Dia pun langsung mematikan hp nya.
"Haloooo.. Lah kok dimatian" ucap Rani
"Kenapa Ran?"
"Bagas ini tadi Desi nelpon kamu berkali kali. Sorry ya aku angkat soalnya takut ada hal yang mendesak. Tapi pas aku angkat dia gak jawab apa apa dan langsung matiin telponnya.
"Ohhh mungkin ada hal yang harus diomongin berdua kayanya."
"Ohhh gitu yaudah kamu telpon balik gih. Saipa tau penting."
"Nanti aja deh. Kita langsung ke dapur yuk?"
"Gpp itu Desinya?"
"Gpp dia dah biasa kok kaya gitu. Yuk."
"Yaudahhh."
"Liat nihh aku bisa balikin telor. Yuppp bisakan?" Ucap Bagas sambil membalikkan telor dadar
"Wahhhh dah kaya chef beneran nih. wkwkwkw."
"Iya donggg. Ini nasi gorengnya kita masukin sedikit garam dan masukkan telornya."
"Udah mateng blom, lapar nihhh dari tadi hanya nyium baunya."
"Tadaaa dah jadiii. Silahkan dicicipi nona."
"Huemmm kayanya enak nihh. Itadikimasss. Nyam nyam wah enak bangattt Gas, jadi pengen nambah nih nanti."
"Masih banyak kok tenang."
"Kamu kok tiba tiba bisa masak sih?"
"Karna aku kann tinggal sendiri Ran jadi harus bisa mandiri dong."
"Iya sih. Bener bener. Aku kasih 90 nih untuk masakannya."
"Kenapa 90, 10 nya lagi kemana?"
"10 nya lagi karna kamu gak nyediain minum Gas. Haus baget nihh."
"Hahaha lupa. Bentar aku ambilin."
Disisi lain Desi makin merasa sedih karna dia berantam dengan mamanya untuk belain Bagas, tetapi Bagas sendiri sedang bersama wanita lain. Bagas juga belum cerita sama Desi kalo dia jumpa dengan Rani kemarin dan hari ini.
Desi ingin sekali curhat dengan temannya Ogi dan Tiara. Tetapi itu gak mungkin, karna Rani kakanya Ogi dan Tiara juga belum tau kalo dia berpacaran dengan Bagas. Desi hanya bisa memendam rasa sedihnya itu sendirian dikamarnya.
"Wahhh gak terasa Gas udah malam aja nih. Kayanya aku harus pulang, nanti dicariin sama mama dan Ogi."
"Iya nih cepat banget ya waktunya. Yaudahhh kamu hati hati ya."
"Kan masih ada waktu kita main lagi. Byeeee."
"Hati hati Ran, jangan kenceng kenceng ya."
"Iya bawelll."
Setelah Rani pulang, Bagas pun langsung teringat dengan Desi. Menurut Bagas, Desi sudah tau kalo Rani tadi bersama dengan Bagas. Tapi dia tetap gak mau bahas Rani dan tetap berpura pura biasa aja.
"Halooo Desiiiiii. Tadi kamu nelpon ya. Ada apa?"
"Aku tadi nelpon sekitaran jam 10 pagi Gas. Dan sekarang udah jam 9 malam. Udah lama banget kan? Kok baru nelpon balik sekarang?"
"Ohhh tadi aku ada urusan Des, jadi baru bisa nelpon balik sekarang."
"Udah selesai urusannya? Tadi aku dengar suara cewe, itu siapa? Urusan kamu sama cewe itu ya?"
"Udah kok. Itu Rani. Kamu masih ingat gak? iya tadi aku lagi sama dia, yahhh kaya reunian aja sih."
"Masih dong. Mantam kamu kan. Oh reunian terus terusan ya. Kemarin juga reunian?"
"Kamu kenapa sih Des. Emang Rani ada jahat sama kamu? kamu kok kaya gak suka gitu sih. Emang kenapa kalo aku jumpa sama teman lama aku."
"Iya aku gak suka. Cewe mana yang suka liat cowonya dekat terus dama mantannya ha?"
"Sekarang dia itu teman aku Des. Emang aku pernah ngelarang kamu dekat sama siapa pun? Kamu selama ini dah berapa kali ngedate sama cowo pilihan mama kamu ha? Emang aku larang?"
"Itu beda Gas. Itu karna aku terpaksa. Kamu kok gitu sih?"
"Udah deh Des. Gw capek mau tidur dulu." Ucap Bagas dan mematikan telponnya
"Gassss... Gasssss.. Bagassss. Hiks hiksa." Teriak Desi dan menangis.