webnovel

12. rumah elang

"Bagaimana aku bisa ada di sini?" tanya Ellea dengan suara lemah. Semua orang kini mengelilinginya yang masih dalam kondisi belum pulih sepenuhnya. Tenaganya terkuras habis. Ia hampir tewas karena hawa kehidupannya sempat direnggut Fredi yang telah berubah menjadi Kalla. Beruntung Abimanyu segera datang. Namun, hasilnya seperti ini. Ellea menjadi lemah. Butuh waktu untuk memulihkan seluruh tubuhnya.

"Kau berhasil kami selamatkan dari makhluk itu," ujar Elang. "Lebih baik beri dia lebih banyak makan dan suruh banyak istirahat juga." Elang meninggalkan kamar itu.

Abimanyu mendekat dan menatap gadis itu sebentar. "Aku ambilkan makanan dulu."

"Eh, biar aku saja," sela Shanum lalu segera kelur dari kamar, menarik serta Gio dan Adi. "Hey, kenapa?" Gio merasa tidak terima dan sedikit melakukan penolakan. Akhirnya Adi mengerahkan tenaganya untuk membawa sahabatnya itu pergi. Perusuh sudah dibereskan.

"Terima kasih, Biyu. Kalau kamu tidak datang aku pasti sudah...."

Abi meletakan jari telunjuknya ke depan bibir Ellea. "Sstt. Jangan pernah berkata hal buruk apa pun. Aku paling benci orang yang pesimis. Sebaiknya kau istiahat. Sambil menunggu Shanum membawakan makananmu."

Saat Abimanyu hendak beranjak, Ellea berhasil lebih dulu menahan tangan pria itu. "Jangan pergi. Temani aku di sini, boleh?" tanya Ellea dengan tatapan mengiba.

Matanya sayu, wajah gadis itu pun pucat. Akhirnya Abimanyu tidak tega dan menemani Ellea di kamar. Tidak ada perbincangan apa pun diantara mereka. Detik jam bagai alunan musik dan penghubung kalimat diantara keduanya, sampai Shanum masuk dengan membawa nampan berisi makanan dan segelas susu hangat.

"Baiklah, waktunya makan." Shanum meletakan nampan di ranjang samping Ellea. Abimanyu beranjak, hendak pergi. "Eh, mau ke mana?" cegah Shanum dan membuat Abi kembali duduk.

"Keluar."

"Mana boleh! Kau di sini saja. Kondisi Ellea belum pulih. Kalau terjadi sesuatu bagaimana?"

"Bukan, kah, kau ada di sini?" tanya Abi menunjuk Shanum yang berdiri di depannya sambil menyilangkan kedua tangan di depan.

"Astaga! Dasar pria. Aku tidak bisa berkelahi seperti dirimu, bukan?  Dan lagi, aku harus membuat makan malam untuk yang lain. Jadi kau saja yang di sini menemani Ellea. Bukan begitu, Ell?" Shanum menatap tetangganya itu meminta persetujuan.  Walau Shanum yakin, Ellea tidak akan menolak saran ini. Ellea adalah pribadi yang mudah ditebak. Sorot matanya menunjukan ketertarikan pada Abimanyu. Itu terlihat jelas bahkan dari panggilan Ellea ke Abi. Hanya Ellea yang manggil Abimanyu dengan ssbutan Biyu.

"Iya. Kamu sudah berjanji, bukan, kalau akan menemaniku di sini. Biar Shanum memasak untuk yang lain. Ini sudah malam, pasti, mereka sudah kelaparan."

"Betul sekali. Ya sudah. Aku keluar. Kau makan yang banyak, Ell." Gadis dengam rambut blonde ikal itu keluar dari kamar sambil senyum bahagia. Ia seolah berhasil menjadi mak comblang untuk tetangga dan kawan barunya itu.

"Ya sudah, kamu makan saja dulu. Aku di sini." Abimanyu duduk di kursi dekat ranjang dan diam sambil memperhatikan kamar ini.

"Suap." Kembali Ellea bersikap manja dan walau Abi mendengus sebal, ia tetap melakukan permintaan gadis itu.

Hujan turun dengan cukup deras. Rumah sebesar itu, kini mendadak ramai. Di satu sisi, ada Abimanyu dengan Ellea, saling memberikan perhatian dengam cara masing-masing. Walau Abimanyu cuek, tapi ia adalah orang pertama yang sangat ketakutan saat tau Ellea dalam bahaya. Sementara Ellea, dengan sikap manjanya, membuat Abimanyu merasa dibutuhkan. Sekalipun pria itu mengelak dan memberikan kesan malas dan sebal melihat tingkah gadis itu, tapi jauh di lubuk hatinya ia benar-benar menikmati perannya. Dan kehidupan barunya di kota ini. Bertemu orang-orang baru, dan musuh baru.

Di sisi lain, suasana dapur menjadi ramai. Shanum yang memang pandai memasak, terus beradu mulut dengan Gio yang bergaya sok pintar dalam memasak. Membuat Adi ikut jengah dan tentu ikut melawan Gio, menjadi kubu Shanum. Berbeda dengan Elang, yang hanya menjadi pengamat drama buatan mereka bertiga. Ia bersyukur masih berada di lingkaran persahabatan ini. Walau berat, tapi hidupnya lebih berwarna-warni. Tentunya karena kehadiran Abimanyu, Ellea, dan Shanum. Dan juga ... Kalla. Ia harus berjuang, sekali lagi. Tanpa Arya dan kawan-kawan seperjuangannya dulu. Mereka punya kehidupan lain yang sudah mereka pilih sebelumnya. Dan Elang tidak bisa memaksanya.

Ia tetap memegang teguh janjinya pada Arya. Akan selalu menjadi Abimanyu dan tentu hal itu mengharuskannya memusnahkan Kalla.

次の章へ