"Maafin aku ya, Kak? Memang aku jarang bermimpi buruk makanya nggak begitu setuju dengan pendapatmu itu, jadi seperti apa mimpi kakak itu?" Anantya bertanya sambil melepaskan pelukannya pelan-pelan.
Jae menceritakan mimpinya secara pelan-pelan juga. Anantya yang masih bocah itu membeku mendengar rincian mimpi sang kakak, nafasnya sesak seketika seakan udara di sekitarnya saat ini habis. Mendadak otaknya buntu, si kecil itu memaksa otaknya, jadi dia berpikir hal yang sama usai mendengar cerita mengenai mimpi sang kakak tersebut.
Bagaimana jadinya jika mimpi buruk itu benar-benar terjadi? Apakah keadaan akan baik-baik saja nanti? Atau bagiamana jika di masa depan ... harapan benar-benar tak bisa digunakan bahkan meski ada faktor keberuntungan?
***
"Caa, kenapa sih kok gitu banget lihatnya? Padahal ibu-ibu lainnya sedang mengobrol loh," seruku merasa malu.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください