webnovel

01. Dua Dunia

Cerita ini mengandung kalimat provokatif dan sugestif, mohon kebijaksanaannya dalam membaca.

(Usia di bawah 14 tahun tolong jangan di baca yah!)

"Nak, makanannya ibu taruh di depan pintu ya..."

Suara pelan ibu membangunkanku dari lelap, rasa kesedihan dan keputus-asaan yang terdengar dari suaranya sedikit memberiku rasa bersalah. Tapi apa mau di kata? Semua sudah terlambat. Hidupku sudah terpuruk jatuh bahkan pengangguran pun terasa lebih bermartabat dariku.

Setelah menunggu beberapa saat, lebih tepatnya menanti ibu menyerah untuk menunggu. Akupun membuka pintu kamarku perlahan. Ku buka sekenanya asalkan bisa mengambil makanan dan minuman yang sudah di siapkan ibu untukku. Dengan setengah mengantuk, ku amati menu sarapan ini.

"Ayam goreng, Tumis bayam, Segelas susu, dan dua buah pisang. Hmmm, kayaknya sarapan hari ini lumayan enak." Kataku pelan. Bergegas, ku angkat makananku ke meja komputer usang yang sudah menemaniku sejak di bangku SMP, yah, aku tidak banyak bertumbuh sejak saat itu.

Ku tata makanan itu seadanya di depan keyboard, sambil meneguk liur tidak sabar, ku nyalakan komputer rakitan yang selalu menemaniku selama ini. Komputer yang kurakit beberapa tahun lalu, tentu dengan dana dari ayahku. Waktu itu aku membujuk kedua orang tuaku, "Komputer ini akan Galih pakai buat kuliah yah, bu. Kuliah di jurusan grafis design memang perlu spek PC yang seperti ini..." Alasan yang tidak salah sebenarnya, walaupun yah, dengan kartu grafis kelas menengah yang kupakai, PC ini lebih banyak digunakan untuk bermain game daripada mengerjakan tugas kuliah...

Apa sih yang kupikirkan? Aku kan sudah bukan mahasiswa lagi?

Ctek!

Bersamaan dengan bunyi kipas casing yang bergemuruh, PC ku pun perlahan memasuki windows. "Dasar hardisk lelet!" Makiku kesal. Tentu, SSD akan membantu kecepatan loadingnya, tapi aku mana punya uang. Satu-satunya sumber daya hampir tak terbatas yang kumiliki saat ini hanyalah internet. Kecepatannya memang terbilang standar, tapi paket internet unlimited yang di pakai keluargaku ini sudah cukup lumayan untuk digunakan mengunduh ataupun streaming anime-anime terbaru, ataupun bermain game online lokal dan luar negeri. Menonton video full HD di situs berbagi video pun bukan masalah, jadi aku cukup puas.

Ku klik cepat ikon browser di desktop komputerku begitu loading selesai, kemudian segera menuju situs streaming untuk menonton seorang pro gamer cantik idolaku yang sedang membantai para pemula. Sambil menikmati sarapanku, tangan kananku bergerak cepat mengecek sosmedku, forum, juga web berbagi anime ilegal.

"Nyam nyam nyam, sial two piece hari ini gak update. Hmmm, guild Kingdom menang Guild Battle lagi, kapan Protector bisa menang ya? Nyam nyam nyam, ini serius gak ada yang peduli sama postingan armor super rareku di Instogram? Padahal dapatinnya susah bukan main!"

Begitulah "ritual" sarapan pagiku hari itu. Setelah menghabiskan makanan, akupun menguap malas, kemudian berjalan ke pintu. Ku dekatkan telinga kepintu, memastikan tidak ada yang lewat ataupun menunggu di baliknya.

. . .

Sunyi...

Hah, sepertinya aman. Ku putar kenop pintu perlahan, kemudian dengan cepat membuka pintu dan menaruh piring kotor di lantai.

"Dasar sampah."

Untuk beberapa detik aku terdiam, aku tahu siapa pemilik suara itu tanpa perlu menengok. Adikku Gilang, yang sekarang duduk di bangku kelas 12 SMA. Tanpa bersuara akupun masuk kembali kedalam kamar, menutup pintuku erat.

Apa yang terjadi ya? Padahal dulu kita sangat akrab? Sebenarnya di mana salahku?

"Aku juga gak mau hidup seperti ini..." Gumamku pelan.

Selesai merenungi nasib, akupun bergerak perlahan, kembali duduk ke kursi gaming ala-ala ku yang nyaman. Yah, busanya sudah tipis dan sendi-sendinya sudah mulai berbunyi, tapi bokong ku sudah terbiasa dengannya. Ok, sarapan sudah, mondar-mandir internet sudah, berarti sekarang saatnya apa?

Tentu saja mandi dan membersihkan kamar tidurku!

Nah, aku bercanda, lagipula siapa yang mandi sekali sehari? Sudah tiga hari aku tidak mandi dan rasanya baik-baik saja, malah badanku agak enakan karna gak harus mandi tengah malam. Bersih-bersih kamar? Menumpuk sampah lebih praktis, lagipula, buat apa dibersihkan kalau toh nantinya kotor lagi?

Yang benar, sekarang adalah saatnya buat nge-game! Setelah memastikan ping-ku lancar (kapok beneran main pas lag), ku klik ikon game online lokal kesayanganku, Immortal War. Loading lagi, eits, kali ini bukan salah HDD ya, ini salah internet ku yang pas-pasan.

~ ~ ~

"Hoi kamvret, armor baru?"

"Baru juga login udah kamvret2 aja lu Kib..." Ketikku kesal

"Yee, itu artinya gw iri sama lu kint*l!" Balasnya.

"Kib, mulut lu bisa di rem dikit kaga?" Sambung B4C0T.

"Lu tu ye, nama sama attitude kaga cocok sama sekali..." Timpal Knievel.

Aku hanya terkekeh melihat percakapan absurd kawan-kawanku di dunia game ini. Yah, dengan minimnya teman di dunia nyata, dunia maya adalah salah satu tempat aku bisa menjadi mahluk sosial.

"Jadi gimana nih? Jadi kita masuk dungeonnya?" Tanya Sakura41, satu-satunya wanita di grup kami.

"Oh, jadi dong Sakura sayang, tenang aja, ada aa Kiba di sini…" Kata Kiba sambil berpose.

"Justru karena ada lu makanya kita-kita gak tenang." Timpal Knievel lagi.

"Lu itu ye, bisa gak liat gue seneng sekali aja?"

"Ga"

"Kalian berisik banget, kita mau dungeon atau ngerumpi nih?" Tanya B4C0T.

"Udah gue bilangin…"

"Nama lu kaga cocok sama kelakuan lu!" Amuk Kiba dan Knievel bersamaan.

~ ~ ~

"Yami, tahan dulu mobnya. Biar gue kasih area dari sini!" Perintah Knievel, sang Black Mage di grup kami, satu-satunya damage dealer area tipe magic.

Refleks akupun mengangguk, lucu sih kalau di pikirin, emangnya ada yang bisa lihat anggukanku di dunia game. Sambil ketawa-ketiwi akupun lanjut menekan tombol F3 di keyboard. Karakter avatarku di layar pun mulai memasang kuda-kuda, kemudian berteriak kencang. Sontak, para monster di area pun mengepungku. Kini ku tekan tombol F6 keras, karakterku pun mendekatkan perisainya ke dada, menahan amukan para monster yang marah.

Tak perlu menunggu lama, serangan area pun di keluarkan Knievel. Puluhan ledakan meteor pun menghujani para monster-monster, mengikis habis darah mereka.

"Maju!" Teriak B4C0T, seraya menghantamkan pedang raksasanya ke arah kawanan monster yang kini kalang kabut. Kiba pun tidak mau kalah, dengan cepat amukan pisau asassinnya membabat habis monster yang tersisa. Sementara Sakura terus menerus merapal mantra penyembuh untuk membantu karakterku yang menjadi bulan-bulanan para monster.

"Bagus, monster di sini sudah rata, gaskan ke area selanjutnya!" Seru B4C0T.

Sedikit demi sedikit, kami pun merangsek maju ke dalam dungeon.  Kerjasama tim kami memang cukup kompak, karena kami sudah sering menjelajah dungeon di game ini. Guild kami, Protector, bukanlah guild besar yang sanggup menggaji para anggotanya. Jadi mau ngga mau, kami harus sedikit kreatif kalau mau mendapatkan uang di game ini.

"Ngomong-ngomong, udah dengar kabar soal Guild Battle?" Tanya Sakura

"Sudah, guild Kingdom lagi yang menang kan?" Jawabku.

Dia mengangguk, "Kira-kira, guild Protector bisa menang ga ya?"

B4C0T menggeleng pelan, "Gak mungkin…"

"Kok gitu sih, pesimis amat!" Balas Kiba

"Kalian tahu kan gimana ketua kita? Orang itu gak ada ambisinya. Lagian, guild Protector salah satu guild paling santai di game ini. Kita hampir gak pernah ikut event guild, kemaren juga ikutan Guild Battle di babak pertama aja kita di bantai habis…" Jawab B4C0T.

Kami pun terdiam, yah, memang yang dia katakan gak ada yang salah sih.

"Daripada mikirin begituan, mending liat yang ada di depan mata. Tuh, ruangan bos udah kelihatan." Sambung Knievel.

Akupun meneguk ludah tegang. Ruangan bos, akhirnya kami kembali lagi ke sini. Kemarin kami semua di bantai habis, apa kali ini kami bisa menang?

"Yami, tenang aja, aku bakal bantu kamu kok!"

PM, Sakura mengirimiku PM! Kenapa dia sampai mengirimkan pesan pribadi? Padahal bisa aja chat di grup kan?

"Ok, makasih ya. Tapi kenapa lewat PM btw, kan bisa lewat chat grup aja?" Balasku.

"Hehe, kalau chat grup bakalan rame. Lagian aku lebih seneng aja chat berdua sama kamu gini, kamu keberatan?"

Entah kenapa aku senyum-senyum sendiri sekarang…

"Gak kok, lanjut nanti aja PMnya ya, kita kelarin dungeon ini dulu."

"Siap!"

~ ~ ~

Bos monster ini emang bukan kaleng-kaleng. Sudah setengah jam kami menghantamnya, tapi dia masih bisa berdiri tegak.

"Ayo, darahnya sisa sepertiga! Hati-hati, sekarang dia bakal ngeluarin serangan pamungkasnya. Kiba, lu bisa kan nahan serangannya?"

"Bakal gue coba!" Kataku yakin.

Akupun segera mengeluarkan paket-paket penambah ketahanan, sambil mengkonsumsi ramuan-ramuan pertahanan.  Di sisi lain Sakura sibuk merapalkan mantera-mantera penguat fisik. Profesi Sakura adalah Priest, salah satu profesi inti di grup yang bertugas menyembuhkan dan memberi mantera perkuatan. Kehadiran mereka sangat vital bagi keberhasilan dungeon, karena itu memiliki Priest tetap di party sangat menguntungkan.

Agrus, sang bos monster berbentuk ogre kekar itupun maju menerjang dengan kapak raksasa andalannya. Karakterku yang kini dalam posisi bertahan menjadi sasaran amukan sang monster. Serangan-serangannya sangat mematikan, bahkan dengan perisai yang menghalau serangan langsungnya, serta armor baruku yang lebih kuat, bar darahku tetap tergerus kencang. B4C0T dan Kiba pun tetap gencar menyerang Agrus. Di sisi lain, Knievel habis-habisan mengeluarkan mantera-mantera serangan terkuat yang dia miliki.

Di saat seperti ini, yang bisa dilakukan Knight sepertiku hanya bisa menerima serangan dan pasrah pada ramuan-ramuan pertahanan dan bantuan mantera penyembuh dari Sakura. Mode bertahan yang kugunakan saat ini memang meningkatkan pertahanan secara drastis, tapi efeknya karakterku tidak bisa menyerang. Untungnya selain aku dan Sakura, semua anggota grup kami adalah kelas penyerang.

BRUK!!!

Sekitar 10 menit kemudian, monster itupun ambruk. Sial, tidak sia-sia juga tanganku yang gemetaran dan kram ini. Euforia kemenangan pun berlanjut karena sang monster menjatuhkan salah satu item legendaris yang menjadi incaran para pemain lain, Mata Kapak Agrus.

"Wah, untung besar ini! Kalau di jual 10 juta Zigel mungkin laku!" Seru Kiba senang.

"Gak sia-sia lu upgrade armor ya." Puji Knievel.

"Yoi bro!"

"Ok, gue bakal lelang barangnya, besok palingan udah laku. Nanti duitnya kita bagi rata, sekalian siniin semua dropan yang kalian dapat, biar gue jual sekalian." Kata B4C0T.

Kamipun menuruti perkataannya, yah, bisa di bilang B4C0T semacam pemimpin gak resmi grup kami. Setelah mengucapkan salam perpisahan, kami pun keluar dari game. Kiba dan Knievel mahasiswa, aku gak tahu mereka ada kelas pagi atau apa, aku juga gak yakin dua orang itu niat kuliah sebenarnya (Jam login mereka berdua kadang melebihiku!). Sementara B4C0T seorang pengusaha yang sudah berkeluarga, dia sebenarnya malas memberitahukan usianya kepada kami, tapi kami menduga dia sudah kepala tiga. Sementara Sakura bekerja sebagai perawat di salah satu rumah sakit swasta, lucu sih, pekerjaan dia di dunia nyata mirip dengan di dunia game.

"Aku keluar dulu ya Yam. Kapan kamu login lagi?"

Sakura ngirim PM lagi, "Mungkin sore ini, malam sih pasti login." Balasku cepat.

"Ok, sampai ketemu nanti ya, dah…"

"Dah…"

Ok, teman-temanku sudah keluar semua. Dungeon sudah selesai, jadi tidak ada lagi yang ingin kulakukan. Akupun menyusul keluar, kemudian kembali tenggelam dalam forum-forum internet kegemaranku.

"Sore nanti ketemu Sakura ya?" Kataku pelan sambil senyum-senyum sendiri …

次の章へ