webnovel

Para Pengatur Konflik

Sekitar dua jam kemudian.

Setelah menerima laporan terjadinya ledakan, Satuan Pengaman Pelabuhan langsung memenuhi tempat kejadian. Mereka dipimpin oleh Hardes, pemuda berusia 22 tahun yang baru saja dipromosikan sebagai Asisten Komisaris Besar Keamanan Kota dan dipercayakan mengepalai Satuan Pengaman Pelabuhan.

Mereka mulai menganalisis tempat kejadian setelah mengevakuasi dua petugas Keamanan Kota yang meninggal sebelumnya. Mereka yang hadir tampak serius menanggapi insiden, karena kasus seperti ini sangat jarang sekali terjadi di Wilayah Torch.

Mereka yang hadir dapat melihat bahwa tempat kejadian benar-benar hancur oleh ledakan, dengan pemandangan tanah retak dimana-mana, juga beberapa peti kontainer tampak terhempas karena dampak ledakan.

Ada satu peti kontainer yang sudah tidak berbentuk, diperkirakan bahwa itu adalah tempat yang menjadi sumber ledakan, sementara api yang berasal dari ledakan sudah berhasil dipadamkan oleh Satuan Pemadam yang juga merupakan bagian dari Keamanan Kota.

Itu semua berkat Hardes yang sangat cepat tanggap dalam mengambil tindakan. Begitu dia mendapatkan laporan terjadinya ledakan, dia langsung memerintahkan Satuan Pemadam dan bawahannya untuk bersiaga mengamankan tempat kejadian. Dia bahkan ikut serta dalam menghadang wartawan dari media lokal yang memaksa masuk ke tempat kejadian.

Saat ini, Hardes dan bawahannya sedang melakukan penyelidikan untuk mencari petunjuk tentang apa yang sebenarnya menyebabkan ledakan, sehingga menewaskan dua petugas Keamanan Kota yang menjadi bawahannya. Dia bahkan memerintahkan mereka untuk bertanya pada orang-orang di sekitar pelabuhan karena mungkin mereka akan menemukan saksi yang melihat kejadiannya.

Ketika dia berjalan di sekitar tempat kejadian, seorang bawahannya mendekat ke arahnya. Petugas itu berhenti di depannya, kemudian melayangkan hormat sebelum mengungkapkan niat kedatangannya.

"Lapor, Sir. Kami menemukan beberapa pecahan yang juga diduga sebagai pemicu ledakan. Kami juga menemukan mayat lain yang terbakar tidak jauh dari tempat kejadian, diduga bahwa dia adalah pelaku dari insiden ini."

Hardes tampak sedikit terkejut ketika dia terlihat melebarkan matanya.

"Apa barang bukti dan mayat tersebut sudah diamankan?"

Hardes bertanya setelah kembali ke ekspresinya yang biasa.

"Sudah, Sir."

"Kalau begitu antarkan aku ke sana."

Dia merujuk pada tempat di mana barang bukti dan mayat tersebut diamankan. Begitu memahami maksudnya, petugas itu mengantar Hardes ke tempat yang diminta.

Pertama-tama, dia memeriksa pecahan yang diduga sebagai pemicu ledakan. Ukuran pecahan itu tampak lumayan besar, terlihat cukup untuk membuat ledakan senilai beberapa milliton TNT.

Setelah itu dia beranjak untuk memeriksa mayat lain yang mereka temukan. Hardes tersentak seketika dia melihat mayat itu. Perubahan sikapnya tidak lepas dari pengamatan petugas yang mengantarnya.

"Apa mungkin Anda kenal dengan orang ini, Sir Hardes?"

Petugas itu melontarkan pertanyaan yang wajar untuk ditanyakan siapa saja jika melihat perubahan sikap seperti itu dari seseorang di dekatnya.

"Ya, aku rasa. Tapi keadaannya sudah tidak mudah dikenali akibat luka bakar, jadi kita masih perlu mengonfirmasi lebih lanjut identitasnya. Bawa dia pada hellser tipe <Recognition>, mereka akan bisa menggambarkan kembali wajahnya sebelum dia meninggal."

Setelah memberikan perintah itu, Hardes kembali ke tempat kejadian.

***

Beberapa jam setelah insiden itu terjadi.

Sekitar lima mobil kontainer terlihat akan memasuki Kawasan Penelitian di Distrik Witchell. Kawasan Penelitian itu terdiri dari banyak gedung laboratorium, beberapa di antara gedung tersebut memiliki tinggi yang mencapai puluhan lantai. Bahkan ada juga bangunan yang sepenuhnya terbuat dari kaca.

Keluarga Witchell bertugas mengembangkan peralatan dan teknologi, jadi Kawasan Penelitian bisa dikatakan sebagai ruang kerja mereka.

Mereka melakukan penelitian pada apa saja yang dapat mereka teliti, yang jelas tujuan mereka adalah menciptakan dan menyempurnakan alat maupun teknologi yang bisa berguna untuk mengembangkan Wilayah Torch.

Sebelum masuk ke Kawasan Penelitian, lima mobil kontainer tersebut berhenti di depan gerbang masuk. Gerbang itu tampak dikunci dan beberapa penjaga bersiaga di pos keamanan yang berada di bagian dalam Kawasan Penelitian tidak jauh dari gerbang.

Para penjaga gerbang bisa mengerti bahwa kelima mobil kontainer tersebut mengangkut bahan bakar berdasarkan label yang mereka lihat di bagian peti kontainer. Tapi mereka tidak menerima kabar apa pun tentang kiriman bahan bakar ke Kawasan Penelitian, sehingga mereka tampak memandang dengan skeptis.

Meski begitu, kelima mobil itu tidak berhenti untuk waktu yang lama. Setelah salah satu pengemudi turun dari mobilnya dan menunjukkan surat perintah atas nama seorang atasan di Keamanan Kota, kelima mobil kontainer tersebut diperbolehkan untuk masuk.

Setelah gerbang dibuka, kelima mobil kontainer masuk ke dalam Kawasan Penelitian dan terus bergerak melewati beberapa gedung laboratorium. Mereka terus bergerak ke tempat tujuan mereka yang merupakan wilayah terjauh dari Kawasan Penelitian, di mana terdapat banyak gedung laboratorium yang sudah tidak terpakai.

Beberapa saat kemudian, kelima mobil kontainer berhenti di salah satu gedung yang letak bangunannya cukup terisolasi dan jauh dari keramaian.

Beberapa orang keluar dari dalam gedung untuk membantu menurunkan muatan dari dalam peti kemas. Mereka melakukannya dengan sangat cepat karena hanya membutuhkan waktu tiga puluh menit untuk membongkar semua muatan dan membawanya ke dalam gedung laboratorium.

Setelah pekerjaan selesai, kelima mobil kontainer meninggalkan Kawasan Penelitian.

***

Di pagi harinya.

Kabar tentang insiden ledakan mulai tersebar ke setiap distrik di Wilayah Torch. Perusahaan penerbit memuat berita tentang insiden tersebut di halaman depan surat kabar mereka. Dan media lokal terus meliput berita dari tempat kejadian.

Merujuk pada isi berita di media dan surat kabar, insiden tersebut ditetapkan oleh pihak Keamanan Kota sebagai upaya teror. Hal itu cukup menghebohkan sehingga menyebabkan beberapa penduduk khawatir pada keselamatannya, terutama untuk mereka yang tinggal di Distrik Wimsey.

Distrik Wimsey memiliki area yang lebih luas dibandingkan wilayah yang dimiliki distrik lain. Sebagai kawasan pemukiman dan perkotaan, Distrik Wimsey juga memiliki populasi penduduk terbanyak di Wilayah Torch.

Oleh karena itu, Distrik Wimsey diberikan hak istimewa untuk membentuk badan keamanan mereka sendiri yang saat ini dikenal sebagai Keamanan Kota. Dengan gabungan dari sistem keamanan yang tinggi dan petugas yang terlatih, Distrik Wimsey berhasil menekan angka kriminalitas yang biasanya banyak terjadi di kawasan perkotaan.

Dengan alasan itu, pelaku insiden yang lolos dari upaya keamanan yang ketat di Distrik Wimsey dan mampu membuat ledakan di Pelabuhan Kargo, berhasil memberikan efek teror yang cukup menakutkan bagi para penduduk.

Pangeran Kedua Kerajaan Weist, William, tampak memikirkan hal itu dari sudut pandangnya. Dia sedang duduk di perpustakaan pribadinya yang terletak di sebelah kamarnya, tempat itu masih berada di dalam Istana Kerajaan Weist.

William baru saja mengakhiri panggilan dari seseorang yang menghubunginya, dia tampak tersenyum setelah menaruh alat komunikasi pada meja di depannya.

"Jika dilihat dari situasinya, sepertinya mereka berhasil masuk dengan aman. Ini cukup menarik! Sesuai perkiraan, aku hanya perlu menunggu hasilnya."

Mengingat bahwa sistem komunikasi di dunia Anderwelt belum berkembang dengan baik, termasuk di kerajaannya, rentang waktu ketika dia menerima kabar tentang insiden yang terjadi di Wilayah Torch tergolong sangat cepat.

"Bagaimanapun, dalam insiden kali ini aku sedikit memiliki tanggung jawab, jadi aku sudah menempatkan beberapa orang di kawasan itu. Semoga saja itu bisa membantumu, wahai orang yang kuanggap layak berdiri sejajar denganku!"

Dia tampak menikmati keadaannya saat ini, dan untuk beberapa alasan, dia berada pada suasana hati yang baik.

***

Di saat bersamaan, ketika Pangeran Kedua Kerajaan Weist menerima panggilan.

Seorang anak laki-laki dengan wajah yang sepenuhnya tenggelam dalam kesuraman, tengah meratapi ingatannya.

Dia duduk di sofa ruang keluarga dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya, hanya wajahnya yang dibiarkan untuk terlihat. Dan ekspresi redup di matanya bersatu dengan latar belakang remang-remang dari ruangan, menegaskan bahwa dirinya telah jatuh dalam keputusasaan.

Dia terpuruk hanya karena satu kali kekalahan, tapi berkat itu masa depannya bisa dipastikan akan semakin kelam.

Setelah kekalahan dari kakaknya tadi malam, dia harus bersiap kehilangan banyak waktu luangnya untuk melakukan hal-hal yang tidak diinginkannya.

Edwin Albern terpaku di tempat duduknya sambil melayangkan pandangan kosong, memikirkan betapa naif dirinya.

Dia mengira bahwa sebuah permainan akan dengan mudah dimenangkan jika dia memiliki skilL yang mencukupi untuk melakukannya. Tapi itu sepenuhnya salah!

Meskipun tanpa skill, jika seseorang bisa menyusun strategi dan menghimpun kekuatan, dia akan memiliki peluang yang lebih besar untuk menang. Seperti yang ditunjukkan kakaknya tadi malam.

Kakaknya menyusun rencana ... atau mungkin bisa disebut sebagai kelicikan, dengan membeli semua item berbayar untuk memperkuat karakter game-nya. Dan berkat itu, Edwin kalah ketika karakter game-nya hanya terkena satu kali pukulan darinya.

Kekalahan itu benar-benar meninggalkan bekas baginya. Bayangkan saja, sebuah karakter game yang baru saja dia buat harus berhadapan dengan karakter game milik kakaknya yang telah dikembangkan sejak setahun yang lalu. Belum lagi, karakter milik kakaknya tersebut dibekali dengan item berbayar, yang bahkan di antaranya memiliki efek untuk bisa membunuh karakter lain dengan satu kali serangan.

Edwin akhirnya disadarkan bahwa skill saja tidak cukup untuk meraih kemenangan. Tidak, dia sebenarnya sudah menyadari itu. Hanya saja dia tidak menyangka bahwa kakaknya sendiri akan melawannya dengan cara yang rendahan seperti itu.

Dia tidak pernah berpikir bahwa ada manusia yang begitu bodoh mengeluarkan uangnya untuk memperkuat kemampuan orang lain, bahkan orang yang diperkuatnya tersebut tidak nyata.

"Menyebalkan! Kebodohan perempuan tua itu sungguh membuatku kesal. Lebih parahnya lagi, aku malah kalah dengan orang sepertinya."

Tampaknya dia masih belum menerima kenyataan, karena sebagian keadaannya saat ini disebabkan oleh keterkejutannya, bahwa dia tidak menyangka kakaknya akan sebodoh itu.

Itu membuatnya benar-benar kesal dikalahkan oleh manusia dengan tingkat intelegensi serendah itu. Terlebih lagi, tawa kakaknya yang puas setelah berhasil mengalahkannya anehnya masih bergema di kepalanya.

Edwin yang terpuruk membuat keadaan mansionnya terasa lebih suram dari biasanya. Bahkan orang kepercayaannya, Luke Reynders, tidak berani mendekatinya.

Posisinya masih tidak berubah, Edwin masih duduk sambil memandang tanpa minat pada visual screen yang sedang menyala di depannya. VS menampilkan sebuah siaran berita tentang populasi migran yang mulai memenuhi Distrik Wimsey. Dalam siaran itu disampaikan bahwa, House of Wimsey membuat kebijakan untuk membatasi jumlah migran yang masuk ke wilayahnya akibat semakin banyaknya jumlah pengunjung di Distrik Wimsey dalam beberapa bulan terakhir.

Segera setelah berita tersebut berakhir, berita lain langsung ditampilkan. Itu adalah tayang tentang insiden ledakan tadi malam, di mana pembawa berita sedang meliput siaran langsung di dekat tempat kejadian. Isinya tidak terlalu berbeda dari beberapa tayangan berita yang Edwin saksikan sebelumnya.

Intinya, media yang menayangkan berita itu menegaskan bahwa masyarakat tidak perlu lagi khawatir akan adanya insiden susulan, karena pelaku dari kejadian itu sudah dipastikan ikut meninggal dalam ledakan.

Pelaku adalah mantan tentara bayaran, dia sudah lama dicari oleh beberapa negara karena diduga melakukan pembunuhan berantai di tempat mereka. Dia adalah spesialis yang melakukan teror dengan ledakan.

Edwin menyaksikan tayangan itu dengan dahi yang berkerut, begitu tayangan selesai, dia menghela napas panjang.

"Ketidaktahuan benar-benar bisa menyebabkan kematian!"

Dia berkata, sambil merujuk pada pengalamannya saat ini.

Edwin merasa bahwa tidak masalah bagi dirinya untuk menyerah dan menerima hasil taruhannya, tapi tetap saja hal itu tidak bisa menenangkan kekesalannya. Agar membuat perasannya menjadi lebih baik, dia memutuskan mulai sekarang akan membatasi biaya hidup kakaknya.

***

次の章へ