webnovel

Rencana

Galaksi terkejut bukan main ketika melihat perempuan di depannya tiba-tiba berdiri dan menggebrak meja dengan keras.

"Heh! Kalau nggak mau maafin ya udah!" ucapnya dengan intonasi nada tinggi, dan sukses membuat beberapa pengunjung menoleh ke arahnya. Beruntung pengunjung kafe tak terlalu ramai. "Maaf ya, aku nggak butuh kamu maafin dan kamu kasihani! Dan satu hal! Kalau kamu nggak suka aku, bilang sama ayahmu biar pernikahan kita dibatalin!" ucap May lebih pelan. Detik berikutnya May mencondongkan tubuhnya ke arah Galaksi. Membuat Galaksi diam tak berkedip. "Aku nggak butuh calon suami yang galak, segalak namamu, Galak!"

Sesudahnya Galaksi hanya mampu terdiam karena May langsung pergi. Meninggalkan sejuta tanya pada pelanggan lain yang kini menatap Galaksi bingung.

Ting!

Layar ponsel Galaksi menyala, sebuah notifikasi muncul di bagian atas. Pertama hanya ekor matanya yang melirik, namun detik berikutnya tanganya langsung mendekatkan layar ponsel tepat di depan matanya. Ia tak salah baca kan?

Gawat!

Ia harus mengejar perempuan tadi.

Di lain sisi, May tengah berjalan kaki sembari bersenandung ria. Tangan kananya menenteng ankle strap shoes, sementara tangan kirinya ia bebaskan sembari menyentuh dedaunan yang ia lewati di sepanjang trotoar.

Ia terus-terus tersenyum ketika mengingat kejadian di kafe tadi. Ia sukses melampiaskan emosinya dengan sempurna. Setidaknya jika Galaksi malu, maka dengan mudah pernikahannya bisa dihentikan.

Tak sia-sia perjuangannya karena harus menanggung lecet akibat ankle strap shoes yang ia gunakan untuk berlari tadi. Setidaknya rasa perihnya impas denga rasa puas yang ia dapatkan setelah memarahi lelaki berkulit sawo matang itu.

"Maydarika, tunggu!"

Seketika tubuh May membeku di tempat. Perlahan kedua tangannya ia rapatkan ke tubuh, kepalanya menunduk karena takut.

Banyak argumen yang bermunculan di otaknya. Mengingat tadi May sudah membuat Galaksi malu, maka tak menutup kemungkinan jika kini lelaki itu akan mengomelinya atau mungkin balik mempermalukannya di sini.

"Aku minta maaf."

"Tunggu ... apa yang dia bilang barusan? Maaf?" batin May ragu. Takut-takut ia salah dengar atau mungkin lelaki itu sedang tidak berbicara dengannya.

May spontan berbalik badan lalu menatap laki-laki yang sekarang berdiri di hadapannya. Sepertinya ia salah dengar.

"Aku minta maaf." Galaksi mengulangi kalimatnya.

Tidak! Rupanya May tidak salah dengar, tapi untuk apa lelaki itu meminta maaf? Apakah Galaksi sedang menyindirnya. Maksudnya ia meminta maaf agar May sadar kalau yang salah adalah dirinya, bukannya lelaki berkulit sawo matang itu.

"Buat apa?" tanya May sok polos.

"Tadi kata-kata aku mungkin aku agak kasar, dan mungkin melukai perasaanmu."

Mata mayberkedip cepat. Demi anak dinasurus yang lagi belajar salto di mimpi, ini benar-benar hal yang musatahi. "Busyet, ni anak kesambet apa? Kemana bahasa 'Lo-Gue' yang tadi ia gunakan?" tanyanya dalam hati.

"Ah, oke. Sudah selesai, kan? Aku mau pulang," ucap May lalu berbalik badan, hendak melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda. Ia hanya ingin pulang dan menikmati waktu kebersamaan bersama Kimnar. Namun, harus terhenti karena ada yang mencekal pergelangan tangannya.

"Jangan, kita kan belum ngobrol. Ayo ikut aku."

May tidak bisa menutupi keterkejutannya. Perilaku lelaki di depannya sangat aneh. Bagaimana bisa tadi sikapnya begitu arogan, tapi sekarang berubah menjadi lembut.

Gerangan jenis jin apa yang merasuki sosok lelaki galak itu? Apa mungkin Jin BTS yang merasukinya? Ngawur, mana mungkin! Itu hanya pikiran absurd seorang Maydarika Seta Bela Sugandi. Jin saja pasti tak sudi merasuki lelaki macam Galaksi.

Sepanjang melamun, tanpa sadar dirinya sudah di bawa oleh Galaksi ke restoran terdekat, dengan sebelah tangan yang masih menenteng ankle strap shoes.

Saat sadar, May lebih teekejut karena sudah duduk di depan Galaksi, dan di depannya ada segelas ice blend cookies & cream. Saat netranya bergerak ke depan Galaksi, ada segelas ice blend coffee.

"Kapan dipesan?" tanya May bingung.

"Lah, jadi tadi melamun beneran?" Mata Galaksi sempat membola sesaat, sebelum akhirnya menyipit karena ia sedang tertawa.

Septunya ia jatuhkan begitu saja, lalu kedua tangannya terlipat di depan dada karena kesal bercampur malu. Bagaimana mungkin ia tak sadar ditarik oleh lelaki menyebalkan ini hingga ke restoran, bahkan sampai sudah memesan minuman.

Diantara semua itu, ada satu hal yang nyaris terlupakan oleh May. Ia lupa untuk bertanya perihal sikap seorang Galaksi yang bisa berubah. Ia tidak ingin berprasangka buruk, tapi keyakinannya jika lelaki itu ada maksud dan tujuan sulit untuk dibantah oleh logikanya. Lelaki yang galak ketika menjadi lembut pasti karena ada maunya.

"Udah dong ketawanya!" pinta May dengan setengah jengkel. Namun rupanya lelaki itu sama sekali tak mendengarkannya, ia masih saja tertawa seraya memegangi perutnya. Memangnya dirinya adalah badut atau pelawak yang sedang melawak?

Tak ingin kejadian yang sama terulang, May menggebrak pelan area meja yang dekat dengan Galaksi. Hal itu sukses membuat lelaki berkaus biru laut itu berhenti tertawa.

"Aku mau tanya, kenapa tiba-tiba sikapmu berubah drastis? Siapa yang sudah membuatmu menjadi sok baik seperti ini?" tanya May dengan sorot mata mengintimidasi. Rasanya ia sudah punya bakat untuk menjadi polisi yang sedang menginterogasi pelaku kejahatan.

"Eh, kelihatan banget, ya?" tanya lelaki itu sembari menggaruk tengkuknya.

"Kenapa? Dia panauan?" batin May.

May kembali fokus pada pertanyaan Galaksi, mengabaikan sejenak reaksi anehnya. Kenapa pertanyaannya seperti anak polos begitu? Padahal anak TK pun tahu jika seseorang yang galak akan berubah menjadi baik dalam waktu singkat itu adalah kemustahilan. Ditambah, yang melakukan itu adalah seorang Galaksi Gandra Watristanto. Lelaki yang membuat May dari kesal menjadi semakin kesal.

"Astaga!" May memutar bola matanya kesal. "Ya iya lah. Secara, mana mungkin muka galak, berperangai galak, dan namanya juga Galak, bisa menjadi baik," cibirnya.

Sedikit tertohok Galaksi dibuatnya. Orang di depannya ini kelewat jujur apa sengaja ingin menghinanya. "Lo kalau ngomong suka blak-blakan gitu, ya?" tanyanya.

"Aku jujur bukan blak-blakan kok! Lagian buat apa sih muji-muji kalau cuma mau dikenal baik doang. Mending apa adanya, kan? Biah lebih fair."

Galaksi tak dapat memungkiri pemikiran May yang menurutnya cukup menarik. Namun, saat ia ingat bahwa perempuan itu akan menjadi pendamping hidup selama kontrak, ingin ia buang jauh-jauh perasaan itu. Membuatnya kesal pada sang papa.

"Woi, aku tadi nanya, kenapa nggak dijawab sih?" protes May karena Galaksi hanya diam saja.

Kenapa? Apa lelaki itu sedang menunjukkan kalau jati dirinya bukan lelaki galak dengan cara berdiam diri?

Galaksi mengambil ponsel dari sakunya, lalu menghadapkan layar tersebut ke arah May.

"Kamu apakan Maydarika? Kenapa dia sampai marah? Kejar dia atau Papa kirim kamu ke Afrika sekarang!" ucap May setelah membaca pesan yang ada di notif ponsel lelaki yang ada di depannya.

"Sekarang tahu kan alasan gue?" Galaksi membalik kembali ponselnya lalu mengatur ke mode silent. Setelah ini, ia tak ingin di usik oleh papanya lagi.

"Jadi, kamu juga diancam sama orang tuamu?" tanya May setengah tak percaya. Bisa-bisanya ia dan Galaksi sama-sama dipaksa untuk menikah. Pantas saja May heran kenapa lelaki itu masih bertahan padahal May sudah berusaha agar ditolak secara natural.

"Juga? Jadi lo juga diancam sama orang tua lo buat nikah sama gue?"

May hanya menanggapi dengan anggukan.

Galaksi langsung mengurut keningnya yang terasa berkedut pening. Ia tak menyangka jika orang tuanya dan May sampai senekat itu untuk menjodohkan anak-anaknya. Sampai-sampai menggunakan ancaman agar permintaan mereka dituruti.

Keduanya sama-sama terdiam dan larut dalam pikiran masing-masing. Walau berbeda kepala, tapi yang mereka pikirkan kini sama.

"Maydarika, gue punya rencana!" celetuk Galaksi tiba-tiba.

"Apaan?"

次の章へ