webnovel

Seorang Tuan Muda

"Aku tidak minum dingin.."Sela Diana cepat membuat Bayu mengeryit.

"Bukankah teh botol dingin adalah kesukaanmu?"Tanyanya.

"Itu dulu.. Sekarang aku berhenti minum yang dingin-dingin"Diana menjawab sedikit gugup. Dia merasa tidak terlalu sehat akhir-akhir ini, dan dia tau itu karena kehamilannya.

Bayu menangkap ekspresi panik dimata Diana membuatnya khawatir"Apa kamu sedang tidak enak badan?. Kita bisa ke Rumah Sakit setelah makan"

"Bukan.. aku.. tidak apa-apa.." Jawab Diana sedikit terbata. Bagaimana bisa dia mengikuti Bayu ke Rumah Sakit? Yang ada pria di depannya ini akan mengetahui keadaannya yang sebenarnya.

"Apa masih ada yang lain?" Pelayan itu masih berdiri dengan setia dan bertanya.

"Kamu masih mau pesan apa lagi?"Bayu balik bertanya kepada Diana.

"Tidak itu saja.." Jawab Diana sambil tersenyum.

Pelayan itu pergi untuk mengambil pesanan mereka, tak lupa dia masih memandang Bayu yang terus mengawasi DIana dari waktu ke waktu dan mengajaknya mengobrol. Bayu pria yang tampan dan ramah, siapapun pasti senang berada di sampingnya. Pelayan itu berpikir jika mereka berdua adalah sepasang kekasih.

Diana sedikit heran, Bayu tidak pernah di lihatnya berada di warung makan ini di masa lalu, jika di kaitkan dengan status sosial yang Bayu miliki saat ini, bukan hal aneh jika dia tidak makan di warung makan sederhana.

Lantas kenapa Bayu terlihat akrab dengan tempat ini? "Apa Kak Bayu dulu waktu kuliah pernah makan di sini?" Tanyanya pada pria yang sedang membalas pesan di ponselnya dengan ekspresi sedikit muram.

"Tentu saja.."Jawab Bayu tanpa ragu, meletakkan ponselnya di atas meja dia mengalihkan perhatiannya pada Diana " Aku suka duduk di sini, memesan seporsi soto ayam tanpa kol dan daun sup kemudian se botol teh dingin. Aku juga sering menghabiskan waktuku di sini sambil menatap aktivitas keluar masuk mahasiswa disana" Diana menatap pria di depannya dengan rasa ragu.

Bagaimana bisa pria itu melakukan seperti yang dilakukannya? Dan.. mengapa selama ini mereka tidak pernah bertemu di sini jika Bayu juga menjadi pengunjung tetapnya?.

"Apa kamu tidak percaya?" Tanya Bayu melihat keraguan di mata Diana.

"Em.. bukan tidak percaya, tapi.. aku juga dulu sering berada di tempat ini"Sahut Diana.

"Benarkah…?"Bayu bertanya tapi tak terlihat kaget.

"Iya.. Aku juga suka duduk di sini, tepatnya di kursi yang saat ini Kak Bayu tempati.."Jawab Diana pelan. Entah mengapa ada nada murung disana yang mampu ditangkap oleh Bayu. "Yang aku tidak mengerti adalah, mengapa aku tidak pernah melihat Kak Bayu sekali saja?".

"Mungkin kita sering bertukar waktu.." Jawab Bayu ringan "Saat kamu pergi barulah aku datang, menggantikan dirimu duduk disini".

Benarkah seperti itu? Tapi bukankah kemungkinan untuk bertemu akan selalu ada jika memang mereka memiliki kebiasaan yang sama? Diana berusaha memasukkannya dalam logika, tapi dia tetap merasa bahwa itu tidak mungkin.

Dia dan Bayu bukan hidup di dua alam, jadi mereka pasti akan tetap bertemu di tempat ini di masa lalu, tapi nyatanya mereka tak pernah berpapasan.

"Bukankah menurutmu kita berdua cukup berjodoh?" Bayu memecah kebisuan.

Diana terpana tak mengerti maksud Bayu "Maksudku.. kita memiliki kebiasaan yang sama. Bukankah kita cukup berjodoh"Diana tersenyum dan menggeleng kecil.

Diana sangat mengenal Bu Bianca dan latar belakang keluarga besar itu, Jika Bayu adalah benar adik kandung dari Bu Bianca, maka Bayu adalah Tuan Muda dari sebuah keluarga terpandang, bukankah mereka memiliki latar belakang yang berbeda? Jangankan makan bersama seperti ini, bahkan Bayu sama sekali tidak cocok untuk berada di warung makan sederhana ini.

Entah apa yang Bayu pikirkan atau seperti apa sosok Bayu sebenarnya sehingga dia mau menjalani kehidupan sederhana di masa lalu.

Dulu Bayu selalu mengendarai motor vespa kesayangannya, bunyi motor itu cukup berisik sehingga menyita perhatian ketika memasuki kampus. Dia dengan wajahnya yang riang dan setelan anak muda pada umumnya sama sekali tidak menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya.

Lagi-lagi ponsel Bayu bordering tapi Bayu mengabaikannya, dia sibuk mengatur mangkuk soto yang barusaja di antarkan pelayan dengan memberikan sedikit kecap, perasan jeruk nipis "Eh.. "Diana terkejut ketika Bayu malah menggeser mangkuk yang baru di bumbuinya ke hadapan Diana.

"Apa kamu masih suka makan pedas?" Tanya Bayu tanpa rasa canggung terhadap Diana. Yang di Tanya malah tidak mampu memberi jawaban karena terkejut. Mengapa Bayu tiba-tiba begitu perhatian?"Hm..?" Bayu bertanya lagi untuk memastikan.

"Ah… Aku.. sudah berhenti makan pedas.."Sela Diana sedikit gagap.

"Kenapa?"

"Bukan apa-apa.. hanya menurutku itu tidak baik untuk kesehatan. Dan lagi, aku punya penyakit asam lambung sekarang"Ucap Diana.

"Aku rasa kamu memang perlu kerumah sakit setelah ini"Sela Bayu.

"Tidak perlu Kak, aku sungguh baik-baik saja" Diana bersikeras menolak dan Bayu akhirnya tidak bisa memaksakan kehendaknya.

Makan malam mereka selesai dan Bayu menawarkan untuk mengantar Diana pulang sampai kerumahnya tawaran itu, tanpa sadar mengingatkan Diana pada peristiwa tidak menyenangkan di antara mereka di masa lalu.

Diana ingat pernah satu kali saat kuliah dulu, Bayu menawarkan untuk mengantarnya pulang.

Diana baru saja selesai mengerjakan tugasnya di perpustakaan kampus dan sadar jika ternyata sudah hampir malam, dan dia sama sekali tidak membawa payung sedangkan hujan tiba-tiba saja turun. Diana menunggu hujan reda di warung makan yang mereka kunjungi tadi, duduk di tempatnya seperti biasa.

Saking seringnya dia disana, sampai-sampai pemilik warung dan pelayannya sudah cukup akrab dengannya.

Hujan reda setelah pukul Sembilan malam, dia bingung harus menunggu kendaraan dimana karena di jam segini akan sulit mendapatkan kendaraan yang langsung ke rumahnya.

"Apa kamu sudah mau pulang?" Sebuah pertanyaan memutus lamunan Diana di trotoar.

"Kak Bayu.."Seru Diana melihat seorang pria sedang duduk dengan santainya di atas vespa kesayangannya. Bayu tersenyum kearahnya seperti biasa. Diana ingat, itulah pertama kalinya Bayu menyapanya secara langsung.

"Ayo naik, aku antar kamu pulang"Ucapnya.

"Nggak.. makasih Kak, tapi aku nggak mau ngerepotin, rumahku agak jauh"Tolak Diana halus.

"Tidak masalah.. aku biasa bepergian.. jauh kalau masih di seputaran pusat kota itu masih dekat bagiku"Bayu menjelaskan dengan santai.

"Tidak Kak, beneran makasih tapi tidak perlu.."Diana masih menolak.

Bayu memandang lekat Diana seolah terluka "Aku tau, mana ada cewek cantik yang mau numpang di atas motor bututku ini.."Keluhnya dengan kecewa makin membuat Diana serba salah.

"Bukan Kak.. bukan karena aku malu, gengsi atau apa.."

"Nah.. tunggu apa lagi, ayo naik.." Bayu mengambil helm yang di gantung dan menyerahkannya kepada Diana. Sehingga Diana tak memiliki alasan untuk menolak lagi.

Dengan perasaan canggung, Diana duduk di boncengi Bayu dalam diam. Dia hanya sesekali menjawab apa yang Bayu tanyakan hingga mereka akhirnya sampai di depan rumah Diana setelah menempuh perjalanan selama hampir satu jam.

Diana ingin mengajak Bayu untuk mampir dan hendak membuatkannya teh hangat sebagai ungkapan terima kasih, tapi sebuah kejadian tidak menyenangkan terjadi.

Ayahnya tiba-tiba pulang dalam keadaan mabuk dan memarahi Diana yang pulang larut, juga mengumpat Bayu sebagai pria bajingan yang membawa lari anak gadis orang. Diana menyela ayahnya, bermaksud untuk memberi penjelasan.

Tapi ayahnya malah menamparnya di hadapan Bayu dan menyeretnya masuk dalam rumah dan menguncinya, meninggalkan Bayu di luar tanpa sempat meluruskan permasalahan yang terjadi.

Mengingat kejadian malam itu, Diana hanya mampu menghela nafas panjangnya "Kenapa menghela nafas..?" Tanya Bayu saat berniat untuk turun dari mobil.

"Tidak apa.."Jawab Diana pelan "Kak.. Terima kasih sudah mau mengantarku sampai rumah.." Diana menghentikan ucapannya dan Bayu masih menunggun apa yang ingin Diana ucapkan selanjutnya" Malam itu, waktu Kak Bayu mengantarku pulang dengan motor… aku belum sempat mengucapkan terima kasih..

Jadi.. terima kasih untuk malam ini dan malam itu, juga maaf untuk kejadian tidak menyenangkan malam itu" Ucap Diana tulus dari hatinya. DIa sudah menghindari Bayu sejak hari itu karena rasa bersalah, dia dan Bayu juga tidak pernah lagi bertegur sapa setelah itu.

次の章へ