Yoon Jae keluar dari Aula dan duduk di bangku taman dengan sekaleng soda di tangannya.
"Apa kamu baik-baik aja, Yoon?" Tanya Jung In
"Iya. Aku baik-baik aja kok." Sahut Yoon Jae sambil meminum soda ditangannya
"Aku tidak tahu apa alasanmu menolak kak Hyemin tapi aku lihat dia tulus mencintaimu." Ucap Jung In
"Aku tidak tahu, In." Sahut Yoon Jae sambil berdiri dari duduknya dan melemparkan kaleng soda yang sudah kosong ke tempat sampah
"Kamu mau kemana?" Tanya Jung In
"Aku mau jalan-jalan sebentar." Sahut Yoon Jae
Yoon Jae langsung meninggalkan Jung In sendirian di taman sekolah.
Dalam perjalanan menuju ke Apartement, dia bertemu dengan teman-temannya.
"Kamu mau kemana, Yoon? Acaranya kan belum selesai?" Tanya Jin Gu
"Jalan-jalan sebentar." Sahut Yoon Jae dan langsung menuju Apartement buat mengambil mobil.
Yoon Jae melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang dan berhenti tepat di depan rumah Jiwon.
"Kenapa aku malah ke sini?" Tanya Yoon Jae entah pada siapa
Yoon Jae memasuki rumah Jiwon dengan bantuan senter diponselnya. Yoon Jae langsung menuju kamar Jiwon dan duduk di meja belajar Jiwon yang terlihat berdebu. Sebelum duduk, Yoon Jae membersihkan debu di kursi dan meja belajar itu.
"Kenapa kamu ada dikamarku?" Tanya seseorang dari samping kanannya
Yoon Jae segera menoleh dan melihat hantu perempuan berdiri tidak jauh darinya. "Apa kamu yang namanya Jiwon?" Tanya Yoon Jae
"Iya. Kenapa?" Tanyanya balik
"Itu artinya kamu yang sudah menyelesaikan misteri di Kyunghee Senior High School hingga setengahnya lalu mati bunuh diri?" Tanya Yoon Jae
"Aku tidak mati bunuh diri. Tapi aku dibunuh dan dibuat seolah kalau aku mati karena bunuh diri." Jawabnya yang membuat Yoon Jae membulatkan matanya karena kaget
"Aku sarankan, kamu jangan pernah coba-coba menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi di sekolah itu kalau tidak mau bernasib sama sepertiku." Lanjutnya
"Tapi kita sudah bertekad buat mengungkap misteri yang terjadi di sekolah itu." Sahut Yoon Jae
"Terserahlah. Tapi aku tidak menjamin kalau kamu dan teman-temanmu akan selamat. Kamu mengungkap misteri di sekolah itu sama aja kamu mengundang malaikat maut buat mencabut nyawa mu dan temen-temenmu." Sahutnya
Yoon Jae terdiam mendengar pernyataan Jiwon. Pernyataan Jiwon seolah peringatan buatnya dan teman-temannya buat tidak melanjutkan misi mereka buat memecahkan misteri disekolah mereka. Apa mereka berhenti saja? Pikirnya.
"Tapi kalau kamu penasaran, kamu bisa mengambil kotak kayu berwarna coklat yang diatasnya terdapat pita berwarna merah muda. Sebelum kamu dan teman-temanmu membaca bukti yang aku kumpulkan hingga setengahnya, kalian bisa baca buku diaryku dulu. Aku sudah menulis apa yang aku alami di sana. Kotak itu aku kubur di halaman belakang rumah ini dekat pohon besar. Kamu bisa mengambil kotak itu, dan untuk membuka kotak itu kamu cukup tekan angka 1502." Ucap Jiwon memberitahu Yoon Jae mengenai keberadaan kotak itu
Yoon Jae mengangukkan kepalanya. "Terimakasih." Ucap Yoon Jae dan segera pergi ke halaman belakang rumah itu. Dia melihat sebuah pohon besar yang letaknya tidak jauh dari rumah itu. Yoon Jae segera menggali tanah untuk menemukan kotak itu. Sementara Jiwon duduk diatas pohon itu untuk menjaga pemuda yang sedang menggali kotak yang selama ini dia sembunyikan dari bahaya yang mengancamnya. Setelah berhasil menemukan kotak itu, Yoon Jae segera mengambilnya dan berbalik. Dia melihat Jiwon berada di belakangnya.
"Simpan kotak itu baik-baik. Jangan sampai kamu berikan kotak itu pada siapapun kecuali teman-temanmu. Jangan pernah percaya pada kepala sekolah, kepolisian atau siapapun yang berusaha meminta kotak ini sama kamu. Cukup kamu dan teman-temanmu saja yang menyimpan kotak ini. Karena di dalam kotak ini terdapat banyak rahasia yang melibatkan banyak pihak. Jadi kamu jaga baik-baik kotak ini. Aku percaya sama kamu karena Jiyeon bilang kalian itu orang baik. Kamu mengerti kan maksudku?" Ucap Jiwon
"Aku mengerti. Terimakasih karena sudah percaya dan memberikan kotak ini sama aku." Sahut Yoon Jae dan langsung pergi meninggalkan rumah itu
Yoon Jae membawa kotak itu ke Apartementnya. Setelah sampai, Yoon Jae turun dari mobil dan menuju Apartementnya. Di dalam sana, dia melihat teman-temannya sedang berkumpul.
"Kalian lagi ngapain?" Tanya Yoon Jae yang baru tiba
"Membicarakan kejadian aneh yang baru saja kita alami." Sahut Joon Oh
"Mengenai pesta hantu itu?" Tanya Yoon Jae
"Iya. Aku yakin semua ini pasti ada hubungannya dengan rencana kita yang ingin memecahkan misteri di koridor berdarah." Sahut Joon Oh
Yoon Jae menganggukkan kepalanya mengerti. "Begitu." Sahut Yoon Jae dan ikut berkumpul dengan teman-temannya
"Kamu bawa apa itu?" Tanya In Seok
"Ini adalah kotak yang aku temukan di rumah Jiwon." Sahut Yoon Jae
"Bagaimana caranya kamu menemukan kotak itu?" Tanya Joon Oh
"Bukannya tadi kamu bilang mau jalan-jalan yah? Kok malah ke rumah Jiwon?" Tanya Min Gi
"Aku juga tidak tahu kenapa aku malah menuju ke rumah itu. Daripada muter balik, jadi aku memutuskan buat masuk aja ke rumah itu dan bertemu dengan Jiwon. Jiwon lah yang memberitahu letak kotak ini." Jawab Yoon Jae
Mereka semua mengangguk mengerti, dan Yoon Jaemeletakkan kotak itu di tengah-tengah. "Jiwon berpesan sama aku, sebelum melihat semua bukti yang sudah berhasil dia kumpulkan hingga setengahnya, dia menyarankan buat membaca buku diarynya terlebih dahulu." Ucap Yoon Jae
"Tunggu apa lagi, ayo kita buka kotaknya dan baca buku diarynya." Sahut Tae Oh dan langsung diangguki oleh semuanya
"Hallo kakak semua!" Sebelum mereka membuka kotak itu Hwang Bin, Daniel, Hyun Gi, Beom Gi, dan Andrew memasuki Apartement mereka dengan membawa beberapa cemilan yang mereka beli di supermarket tadi
"Untuk apa kalian membeli cemilan sebanyak itu?" Tanya Min Gi heran melihat Daniel menenteng dua kantong plastik hitam besar yang pasti isinya makanan
"Buat kita makan sama-sama lah." Sahut Andrew sambil nyengir
Mereka langsung ikut bergabung dengan tujuh pemuda tu. Beom Gi yang baru datang dari dapur ikut bergabung sambil membawa minuman.
"Ini kotak apa?" Tanya Daniel
"Ini kotak yang aku temuin di rumah Jiwon." Sahut Yoon Jae
"Kalau begitu ayo kita buka." Sahut Hwang Bin
Yoon Jae membuka pita merah mudanya dan memasukkan kode yang sudah diberitahu oleh Jiwon. Joon Oh mengambil buku diary milik Jiwon dan mulai membacanya.
Rabu, 15 Januari xxxx
Malam kemarin aku mengalami hal yang tidak pernah aku alami sebelumnya. Pesta topeng yang aku tunggu-tunggu berubah menjadi pesta hantu. Mereka mengancamku lewat tulisan yang aku temukan di punggung mereka dan mengatakan kalau aku akan mati saat jam 11 malam. Aku langsung ketakutan dan berusaha keluar dari pesta hantu itu. Saat jam menunjukkan pukul 10.55 malam, akhirnya aku berhasil keluar. Aku bisa bernafas lega karena terbebas dari ancaman mereka.
Aku kira setelah kejadian itu aku benar-benar merasa tenang, tapi kenyataannya aku salah. Aku malah mendapatkan teror entah dari siapa. Setibanya aku di rumah, aku kembali menemukan tulisan berupa ancaman di cermin yang bertuliskan kalau aku harus berhenti mencari bukti mengenai murid yang terbunuh setiap bulannya di sekolahku.
Hal yang membuat aku takut adalah tulisan itu terbuat dari darah. Aku berteriak ketakutan karena melihat tulisan itu. Tidak sampai di situ, aku juga melihat siluet seseorang dari luar sambil membawa sebuah pisau dan mengarahkan pisau itu ke jendela kaca kamarku hingga terdengar suara decitan kaca yang tergores dari luar yang memekakkan gendang telinga. Sumpah, malam itu menjadi malam yang panjang buatku. Karena aku tidak bisa tidur setelahnya.
Mereka berhenti membaca dan mengingat kejadian yang dialami oleh Jiwon sama persis dengan kejadian yang mereka alami barusan yaitu pesta topeng yang berubah menjadi pesta hantu.
"Apa kita juga bakalan mengalami hal seperti itu?" Tanya Andrew ketakutan setelah Joon Oh selesai membaca halaman pertama buku itu
"Aku tidak tahu, tapi aku harap kita saling menjaga dan tetap bersama-sama." Sahut Joon Oh
Joon Oh membalik halaman dan kembali membaca di halaman kedua.
Jumat, 23 Januari xxxx
Aku kira setelah kejadian di malam menakutkan itu, aku tidak akan pernah mengalami hal yang serupa lagi. Tapi ternyata aku salah. Aku kembali mengalami hal yang sama yang membuatku ketakutan setengah mati.
Malam kemarin juga menjadi malam yang panjang buatku. Kalimat ancaman di cermin itu juga berubah menjadi kalimat "Kamu akan mati malam ini tepat jam 12 malam". Tentu saja hal itu membuatku takut dan tidak bisa tidur. Aku juga kembali melihat siluet seseorang dari arah luar sambil membawa pisau. Orang itu terus menatapku dari arah luar. Aku langsung masuk ke dalam selimut.
Di dalam selimut, aku berdoa agar malam ini aku selamat. Aku benar-benar takut malam itu. Ketakutanku juga bertambah ketika suara jam berbunyi yang menandakan kalau waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Aku bisa mendengar suara ketokan di luar kaca jendelaku. Aku hanya bisa menutup mataku saat mendengar suara ketokan yang tadinya pelan berubah menjadi keras.
Dalam hati aku terus berdoa agar Tuhan menyalamatkanku malam ini, dan ternyata doa ku malam itu di dengar Tuhan. Aku tidak mendengar lagi suara ketokan yang keras dari luar jendela. Aku membuka selimut dan siluet orang itu sudah tidak ada. Aku juga melihat jam sudah menunjukkan pukul 1 malam. Aku ingin tidur, tapi tidak bisa. Karena aku takut orang itu akan kembali lagi dan membunuhku saat aku tidur. Sampai akhirnya aku tetap terjaga sampai pagi menjelang.
Rabu, 28 Januari xxxx
Kali ini aku mengalami teror lagi setelah aku berhasil mengumpulkan setengah dari misi yang tengah aku jalankan. Tapi kali ini bukan di rumah, melainkan disekolah. Saat jam 9 pagi tadi, aku meminta izin buat ke toilet sama guru Kang. Saat di toilet, aku merasa seperti sedang di awasi. Aku yang saat itu memang berada salah satu bilik toilet menjadi ragu untuk keluar karena aku melihat ada orang yang berdiri di depan bilik toilet yang aku gunakan.
Aku bisa tahu karena di bagian bawah pintu toilet ada lubang. Aku beringsut ke sudut dan duduk sambil memeluk lutut. Aku juga mendengar suara ketukan pintu dari arah luar. Aku benar-benar ketakutan saat itu. Aku memejamkan mata dan berharap orang itu segera pergi. Setelah beberapa menit tidak terdengar lagi suara ketukan pintu, aku memberanikan diri untuk membuka mata dan ternyata orang itu sudah tidak ada.
Aku memberanikan diri untuk membuka pintu toilet yang tadi aku gunakan dan ternyata orang itu benar-benar sudah pergi. Aku berjalan kearah westafel dan menemukan sebuah tulisan yang sepertinya di tulis dari darah. Tulisan itu berisikan "Malaikat maut akan segera menjemputmu". Aku yang ketakutan segera lari dari toilet itu dan meminta izin sama guru buat pulang lebih awal dengan alasan aku tidak enak badan dan guru pun mengizinkanku untuk pulang.
Sesampainya aku di rumah, aku langsung menuju kamarku tanpa menjawab pertanyaan dari mamaku yang bertanya kenapa aku pulang cepat dan kenapa wajahku pucat. Aku juga mengunci pintu kamarku dan langsung menuju tempat tidur lalu menyelimuti seluruh tubuhku. Bahkan aku menghiraukan ketukan pintu dan teriakan dari mamaku. Sekarang aku banar-benar ketakutan.
"Sumpah, aku takut banget sekarang." Ucap Hyun Gi
"Apalagi aku." Sahut Andrew
"Terus apa yang harus kita lakuin sekarang?" Tanya Hwang Bin yang juga ketakutan
"Sebaiknya kalian tetap di sini. Jaga-jaga kalau teror itu juga menimpa kitaAku tidak mau mengambil resiko kalau salah satu di antara kita mengalami teror." Sahut Jin Gu
"Lanjutin nggak nih aku bacanya?" Tanya Joon Oh
"Lanjut aja, Joon." Sahut Yoon Jae
"Iya lanjut aja. Aku penasaran soalnya." Sahut Min Gi dan diangguki oleh Tae Oh, In Seok dan Jin Gu
"Kita juga penasaran, kak. Jadi lanjutin aja bacanya." Sahut Daniel dan diangguki oleh Hwang Bin, Beom Gi, Hyun Gi, dan Andrew
"Oke. Kalau begitu aku akan melanjutkan untuk membacanya." Sahut Joon Oh sambil menarik nafasnya dalam-dalam buat membaca diary milik Jiwon
bersambung...