Setelah melalui perdebatan panjang, akhirnya Larisa dan Irina sepakat untuk tidak lagi mengungkit perihal undangan pesta ulang tahun perusahaan keluarga Romanov. Kini, ketiganya telah sampai di salah satu apartemen tipe Azzure Garden Embassy Arbat yang baru saja dibeli oleh Cyzarine kemarin.
"Wow! Pemandangan yang sangat bagus, Cyza!"
Larisa berseru seraya mengedarkan pandangannya ke segala penjuru arah. Kedua matanya berbinar. Ya, begitu pula dengan Cyzarine dan Irina yang berdiri di sampingnya. Mereka bertiga berdiri di balkon depan kamar apartemen nomor 220, tepat di lantai 11.
"Apakah kau suka tempat ini, Larisa? Dan, bagaimana denganmu, Irina?"
Cyzarine bertanya tanpa menoleh ke arah 2 sahabatnya.
"Tentu saja semua orang akan menyukainya, Cyza."
Larisa menjawab tanpa berpikir 2 kali.
"Tapi, Cyza ...."
Irina meraih kedua bahu Cyzarine, lalu membawanya menatap lurus ke hadapannya.
"Ya?"
Cyzarine menarik salah satu alisnya.
"Mengapa kau membawa kami ke sini?"
Cyzarine tersenyum dan kedua sahabatnya tampak kebingungan.
"Mari masuk!"
Cyzarine merogoh saku mantel yang dikenakannya. Ia meraih kartu apartemen dari dalam sakunya, lalu menempelkan di tempat yang semestinya.
"Cyza, tunggu!"
Tangan Irina menahan langkah Cyzarine dan mereka berdua pun saling pandang satu sama lain.
"Oh, ada apa, Irina?"
Cyzarine yang kebingungan segera bertanya kepada Irina.
"Jangan sembarangan masuk ke sana! Kau tidak mengenal siapa pemilik apartemen ini, 'kan?"
Bukan hanya Irina yang terbengong-bengong melihat tingkah Cyzarine yang menurutnya sangat aneh, tetapi Larisa pun merasakan hal yang sama.
"Cyza, ada apa?! Apakah telah terjadi sesuatu padamu hingga kau memutuskan untuk menyewa apartemen ini?"
Larisa ikut bertanya. Keduanya hanya bisa menduga-duga atas apa yang mungkin terjadi pada sahabatnya.
"Let's come in!"
Tak ingin menunggu lama, Larisa dan Irina segera mengikuti Cyzarine masuk ke sana. Cyzarine melangkah melewati ruang tamu bergaya mediterania.
"Apakah menurut kalian berdua ruang tamu ini sangat cantik?"
Apartemen Azzure memiliki ruang tamu seluas 145 meter persegi dengan gaya mediterania yang elegan dengan dominasi warna dinding kuning kunyit. Salah satu sisi dindingnya dihiasi lukisan Tsar terakhir Kekaisaran Rusia, yaitu Nikolai II dan tepat di bawahnya terdapat penghangat ruangan berwarna senada dengan dinding.
"Cyza, aku merasa seolah-olah sedang berada di dalam Istana Musim Dingin St. Peterburg!"
Irina berseru seraya berjalan mendekati lukisan Nikolai II. Wanita itu tidak berhenti menatapnya.
"Bukan, 'kah, kau merasakan perasaan yang sama seperti ku, Larisa?"
Jika Irina yang tidak banyak bicara bisa berkata seperti itu, apakah artinya dia menyukai apartemen pilihan ku? Jika begitu, pengorbanan ku tidak sia-sia dan aku semakin yakin bahwa mereka berdua akan senang tinggal di sini!
Cyzarine sangat senang bermain dengan pikirannya. Ia membiarkan kedua sahabatnya beradaptasi dengan suasana apartemen yang sebentar lagi akan menjadi hunian keduanya.
"Aku juga merasakan perasaan yang sama, Irina! Aku akan sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Cyza jika dia akan menyewakannya untuk kita berdua!"
Larisa tidak segan-segan berkata seperti tadi seakan tidak ingin menutupi perasaan bahagianya di hadapan Cyzarine dan Irina.
"Ya, benar! Walaupun hanya untuk semalam saja, Larisa. Karena aku tahu, nominal Rubel yang dikeluarkan tidak sedikit!"
Irina berseru seraya menoleh ke belakang di mana Cyzariner berdiri sejak tadi. Namun kini, Cyzarine sudah tidak berada di ruang tamu bersama mereka. Keduanya pun merasa ada yang janggal.
"Cyza?!"
Kedua mata biru Irina menyapu seluruh ruang tamu. Begitu pun dengan Larisa.
"Ke mana Cyza?!"
Irina melemparkan pertanyaan kepada Larisa, tetapi sahabatnya tersebut hanya mengangkat kedua bahu disertai dengan gelengan kepala.
"Larisa, Irina, kemarilah!"
Suara Cyzarine terdengar nyaring di telinga kedua sahabatnya yang sedang mencari keberadaannya.
"Cyza, kau di mana?"
"Cyza, kau di mana?"
Larisa dan Irina berteriak berbarengan memanggil nama Cyzarine.
"Aku di ruang tidur!"
Entah sejak kapan, Cyzarine senang sekali berteriak hingga membuat 2 pasang telinga sahabatnya mendengung.
Tak! Tak! Tak!
Larisa dan Irina berjalan menuju ruang tidur di mana Cyzarine berada. Keduanya terlihat sangat antusias.
"Cyza!"
Larisa memekik nama Cyzarine dari ambang pintu.
"Kau membuat kami takut saja!"
Larisa melayangkan protes kepada Cyzarine dengan bibir mengatup sempurna.
"Takut?!"
Cyzarine yang sebelumnya sedang merebahkan dirinya di ranjang besar yang nyaman, kini duduk bersila menatap Larisa dan Irina dengan memamerkan senyumnya yang manis.
"Ya, kami pikir kau pergi meninggalkan kami!"
Larisa menjawab pertanyaan Cyzarine dengan tegang. Ia berjalan mendekati ranjang bersama Irina.
"Tidak akan, aku tidak akan meninggalkan kalian. Namun, kalian harus merasakan sensasi tidur di ranjang besar yang nyaman ini!"
Cyzarine mengingat kenangan beberapa bulan ke belakang di mana dirinya baru saja menjadi istri sah sang tuan muda keluarga Romanov.
"Hmm?"
Usai bergumam seorang diri, Cyzarine pun lantas tersenyum getir.
"Ada apa, Cyza?"
Larisa dan Irina duduk menghimpit Cyzarine. Keduanya pun memeluk Cyzarine.
"Apakah kau sedang mengingat kenangan buruk bersama Vyach?"
Irina memberanikan diri untuk bertanya mengenai isi pikiran sang sahabat.
Aku berharap kau berangsur-angsur akan melupakan bajingan itu, Cyza! seru Irina di dalam hatinya bersemangat.
"Kau bisa memberitahu kami, Cyza! Ya, walaupun kami tidak bisa membantu mu lebih banyak."
"Kalian sudah banyak membantu ku. Semua itu sudah cukup!"
Cyzarine berkata seraya melepas pelukan dari kedua sahabatnya.
"Sebaiknya, cepat tentukan di mana kalian berdua ingin tidur!"
Cyzarine bangkit dan menatap Larisa juga Irina yang sedang menatap dirinya.
"Jaーjadi, apakah dugaan ku benar bahwa kau akan menyewakan tempat ini, Cyza?!"
Irina bertanya kepada Cyzarine agar dirinya tidak salah paham dengan apa yang sedang terjadi.
Aku sangat berharap Cyza menjawab 'ya', tetapi aku tidak ingin menjadi beban baginya, ucap Irina di dalam hatinya dengan sedih.
"Benar, Cyza. Lebih baik jangan membuang uang untuk hal tidak berguna seperti ini!"
Larisa pun memiliki pemikiran yang sama seperti Irina. Ia merasa tidak sampai hati jika Cyzarine menghamburkan banyak uang untuk memenuhi keinganannya juga keinginan Irina.
"Di apartemen ini terdapat ruang tamu, 2 ruang tidur dengan masing-masing kamar mandi di dalamnya juga ruang ganti, dan ruang makan beserta dapur."
Cyzarine menjelaskan sedikit mengenai apartemen yang dibelinya dengan menggunakan uang pemberian Anastasia beberapa hari lalu. Wnita 19 tahun tersebut mengeluarkan beberapa lembar kertas dari dalam tas yang ia bawa, lalu memperlihatkannya kepada Irina dan Larisa.
"Aku bukan hanya akan menyewakannya untuk kalian, tetapi aku bahkan telah membelinya."
Cyzarine berkata dengan santai seraya tersenyum lembut. Dan tentu saja, membuat kedua sahabatnya membuka mata mereka lebar-lebar.
"Mulai sekarang, kalian bisa tinggal di sini. Maka cepat putuskan kapan kalian berdua akan pindah ke sini!"