webnovel

Keisengan Lukman

Tangan mulus Inggrid dengan lembut menjalar ke pundak Aden, tatapannya tidak berkedip menatap haus ke arah berondong polos, yang sering menjadi objek imajinasinya agar bisa memuaskan birahinya. Pesona Aden di mata Inggrid memang sangat kuat, setelah ia melihat Aden hanya memakai celana dalam. Gundukan besar di pangkal selangkangan Aden membuat Inggrid susah move on, dan sangat ingin mencoba, sambil meremas pantat montok Aden.

Kehadiran Inggrid yang tiba-tiba tentu saja membuat tubuh Aden mendadak lemas. Selain ia sudah trauma lantaran kejadian di arisan berondong Inggrid tempo hari, Aden juga takut. Ia khawatir jika Inggrid memberi tahu Pandu, kalau ternyata ibu Veronica lah yang sudah menyelamatkannya dari jeratan para pemangsa berondong.

Inggrid membungkukkan badan, mensejajarkan tingginya dengan Aden yang masih duduk di tempatnya.

"Yang sama tante itu namanya Andre," bisik Inggrid memberi tahu Aden nama laki-laki yang sedang bersamanya. "Dia habis tante beliin hape mahal lho. Tante juga bisa beliin kamu, lima sekali gus malah. Asal kamu bisa bikin tante seneng."

Manik mata Aden melirik ke arah pemuda yang ada di samping Inggrid. Benar saja, ternyata Inggrid tidak bohong. Aden melihat pemuda itu memegang hape baru yang masih terbungkus dalam kotaknya. Aden hanya diam, sambil menelan salivahnya susah paya. Aden masih benar-benar trauma dengan apa yang sudah dilakukan Inggrid di arisan berondong. Lihat saja, tubuh Aden gemetaran, wajahnya semakin pucat.

Melihat perlakukan Inggrid, Pandu mengumpat dalam hati, darahnya mendidih, jemarinya mengepal bersamaan dengan rahang yang mengeras. Ingin sekali Pandu memaki Inggrid, namun Pandu masih punya malu. Pandu tidak mungkin membuat onar, karena mereka masih di tempat umum.

Sabar.

Akan tetapi kehadiran Inggrid membuat Pandu jadi ingat akan pertanyaanya yang belum sempat dijelaskan sama Aden. Prihal bagaimana Aden bisa selamat dari Inggrid. Pandu sempat melupakannya lantaran ia terlalu bahagia bisa berada dekat bersama Aden.

Sementara Lukman dan Tristant hanya bisa menatap Inggrid dan Andre yang datang secara tiba-tiba. Mereka tidak tahu apa yang sudah terjadi antara Aden dan Inggrid.

"Gimana? Mau kan punya hape bagus?" Imbuh Inggrid.

"Tante ngapain?" Tanya Pandu ketus.

"Eh Pandu, tante cuma pingin deket sama temen kamu. Boleh kan? Jangan mami_"

"Pandu kita pulang aja ya," ajak Aden memotong kata-kata Inggrid. Aden berdiri dari duduknya sambil menarik pergelangan Pandu.

"Kok pulang sih? Kan makanannya udah di pesen." Keluh Lukman yang tidak tahu apa-apa.

"Aku nggak laper, aku mau pulang." Kehadiran Inggrid ternyata bisa membuat perut Aden yang tadinya lapar, mendadak berubah menjadi kenyang. Selera makannya langsung hilang detik itu juga.

"Lho... kenapa buru-buru Aden? Tunggu dulu lah." Bujuk Inggrid yang tidak mendapat tanggapan sama sekali dari Aden.

Pandu yang sudah berdiri akibat ditarik tangannya oleh Aden, menyipitkan matanya menetap heran kepada Aden.

"Emang kenapa sih? Makanannya aja baru sampe." Kata Pandu sambil melihat pelayan yang sedang meletakan pesanan mereka di atas meja.

"Nanti aku jelasin, pokonya aku mau pulang." Paksa Aden sambil terus menarik tangan Pandu.

"I-iya udah... lepas gue bisa jalan sendiri." Karena melihat ekspresi wajah Aden yang sepertinya tidak nyaman setelah kehadiran Inggrid, akhirnya Pandu pun mengikuti kemauan Aden. "Luk... Trist kita duluan, makanannya kalian abisin aja."

Pandu berjalan cepat mengejar Aden yang sudah berjalan lebih dulu beberapa langkah darinya.

Terlihat tante Inggrid mengerutkan kening seraya membuang napas kasar. Ia kecewa lantaran Aden sama sekali tidak menghiraukannya.

Lukman dan Trsitant hanya bengong melihat tingkah aneh Aden, keduanya saling bersitatap satu sama lain.

"Pulang juga yuk," putus Lukman, mengajak Tristant. Ia juga sudah kehilangan selera makannya.

Memutar bolanya malas, sembari membuang napas berat, "yaudah, tapi pulang kerumah gue aja ya." Usul Tristant.

Lukman menganggukan kepala seraya berkata, "Ahsyaap." Kemudian ia mengambil dompet di saku jeans bagian belakang. Mengambil beberapa lembar uang pecahan ratusan ribu dari dalam dompetnya, lalu meletakan uang itu di atas meja guna membayar makanan yang belum sempat mereka sentuh.

Lukman dan Tristant berlalu meninggalkan meja, tanpa berpamitan dengan Inggird.

~♡♡♡~

Pandu dan Aden sudah tiba di tempat kos mereka sejak beberapa menit lalu. Aden yang sudah mandi lebih dulu ia sedang tiduran di atas kasur sambil memainkan HPnya.

Lega sekali rasanya ia bisa menghindar dari Inggrid. Tapi sepertinya ia harus lebih waspada, supaya tidak lagi bertemu dengan yang namanya Inggrid.

"Tadi kenapa? kok buru amat ngajak pulangnya?" Tanya Pandu sambil mengeringkan rambutnya mengunakan handuk. Ia sudah memakai kaos dan celana boxernya.

Ngomong-ngomong Pandu dan Aden harus mandi malam, lantaran hujan turun secara tiba-tiba saat mereka hampir sampai di kosan mereka. Namun hujan itu sempat membuat tubuh Aden dan Pandu hingga basah kuyup.

"Ohiya, kayaknya lu belum cerita sama gue, gimana lu bisa bebas dari tante Inggrid." Pandu menggantungkan handuk di balik pintu, setelah rambutnya dirasa cukup kering. Pandu makin terlihat ganteng dengan keadaan rambut semi basahnya yang acak-acakan, selain itu bibirnya yang merah dan lembab membuatnya semakin terlihat sangat seksi.

"Ah...? Emang belum ya?" Gugup Aden. Ia mengira Pandu sudah melupakan soal itu. Dan pertanyaan dari Pandu membuatnya menjadi gelisah.

"Belum lah," terang Pandu sambil merebahkan tubuhnya di atas kasur. Di samping Aden.

Aden terdiam, ia sedang memikirkan alasan yang tepat tanpa memberi tahu kejadian sebenarnya.

"Aku kabur dari tante Inggrid," jawab Aden berbohong, Aden menarik napas panjang, lalu di hembuskan secara kasar, sebelum akhirnya ia melanjutkan ceritanya. "Habis aku pulang dari kosan waktu itu, besoknya aku disuruh dateng di acara arisan tante Inggrid. Tapi arisannya aneh_"

"Aneh kenapa?" Tanya Pandu memotong cerita Aden.

"Saya dipaksa nari tapi cuma pake celana dalem doang."

"Hah!? Kok gitu?!" Cerita Aden membuat Pandu membelalakan matanya. Ia sangat terkejut mendengar itu, "tapi lu nggak diapa-apain kan?" Tanya Pandu dengan raut wajah penuh kekhawatiran.

Aden menggelengkan kepalanya pelan, "belum." Ucapnya.

Syukurlah, Pandu sangat lega mendengar itu.

Aden memutar kepalanya menghadap ke arah Pandu yang juga sedang menatapnya. "Aku takut sama tante Inggrid, aku belum pingin bahas dia?" Ucap Aden dengan raut wajah memohon. Ia hanya takut jika nanti salah berucap, oleh sebab itu Aden sebisa mungkin menghindari pembicaraan seputar tante Inggrid. "Nggak papa ya?" Mohon Aden kembali.

Melihat wajah Aden yang memang masih terlihat seperti ketakutan, sepertinya Pandu juga tidak tega memaksa Aden supaya melanjutkan ceritanya. Kejadian di restoran saat Aden bertemu dengan Inggrid, bagi Pandu itu sudah sangat membuktikan kalau Aden benar-benar takut.

"Yaudah nggak papa nggak usah diterusin, kapan-kapan aja kalu lu udah siap."

Hembusan napas lega keluar dari mulut Aden, untuk semantara waktu akhirnya Aden bisa menghindari agar tidak membahas soal Inggrid.

"Makasih ya," ucap Aden kemudian ia tersenyum simpul.

Pandu juga tersenyum simpul, sambil mengangukan kepalanya. "Iya yang penting lu udah di deket gue sekarang."

Beberapa saat kemudian, keduanya terdiam lantaran sudah tidak ada lagi obrolan yang dibahas. Malam semakin larut, suasana kamar kosan juga menjadi terasa hening, sudah tidak ada lagi suara, hanya ada bunyi rintik hujan disertai dengan suara petir dari luar sana.

Suara bunyi pesan masuk dari HP Pandu dan Aden, yang di sertai dengan getaran mengalihkan perhatian mereka. Lalu keduanya secara bersamaan membuka pesan maksuk di HPnya masing-masing.

Layar hape Pandu.

Lukman

#gambar

Ndu... lu udah pernah ginian belum?

Awokawokawok...

Pandu menelan salivahnya susah payah, saat melihat gambar porno yang baru saja dikirim Lukman untuknya. Belum sempat ia mengetik balasan untuk mengumpat kepada Lukman, ternyata Lukman sudah mengirimnya lagi pesan. Namun kali ini Lukman bukan mengirimkan gambar, melainkan viedo porno sesama jenis. Tanpa sengaja Pandu menyentuh tulisan play pada video tersebut, sehingga suara desahan yang kencang dari pemain video porno tersebut langsung terdengar menggema.

Pandu sontak merubah posisi tidurnya memunggungi Aden, lalu mengecilkan volume di video yang dikirim Lukman barusan. Awalnya Pandu menahan, enggan menonton video itu, namun rasa penasaran merontokkan pertahanannya. Sehingga mau tidak mau Pandupun memutar Video porno tersebut.

Hal yang serupa pun dilakukan oleh Aden, ia juga merubah tidurnya menjadi miring memunggungi Pandu. Lukman benar-benar iseng, ternyata Lukman tidak hanya mengirimkan video porno kepada Pandu, Aden juga mendapat keisengan dari Lukman.

Layar hape Aden.

Lukman

#video

Tonton ini dulu, biar lu nggak kaku pas praktek sama pandu.

Wkwkwk.

Haduh ini teh apa lagi?

Lukman benar-benar iseng, tidak tahu situasi. Apa Lukman tidak tahu kalau Aden dan Pandu sedang tidur berdua di kosan? Selain itu suasana di kosan juga terasa sangat dingin, akbiat hujan yang masih belum reda juga.

Pandu dan Aden secara bersamaan menghela napas panjang setelah mereka selesai mononton video porno dari HPnga masing-masing. Jantung keduanya berdetak semakin kencang, dan cuaca yang mendukung ditambah dengan rangsangan dari video porno, membuat alat kelelakian Aden dan Pandu yang masih terbungkus kolor menjadi berkedut, dan semakin mengeras.

Lukman brengsek! Pandu mengumpat di dalam hatinya.

Secara tidak sengaja, antara Pandu dan Aden memutar tubuh mereka secara bersamaan. Sehingga pandangan keduanya bertemu, dan anehnya jantung keduanya semakin kencang berdetak saat mereka saling bertatap mata.

Namun tiba-tiba.

Duaar.....!!

Suara petir yang sangat keras mengubah kamar kos menjadi gelap gulita.

"Sial mati lampu," umpat Pandu.

"Iya.." jawab Aden.

Hujan yang turun semakin deras saja, dan

Lukman benar-benar sangat iseng.

次の章へ