webnovel

6. PANAS

Rose membuka matanya dan seseorang telah ada di depannya dengan wajah yang sangat segar sekali untuk di pandang. Lihatlah... Dia tampan dengan mata yang indah, dan senyum nya berseri-seri. Rose mendengarkan semua mahasiswa yang pada datang ke kampus ini. Ah.. sepertinya dia harus mandi sekarang ini.

Badan nya terasa sangat lengket sekali dan dia tidak bisa bergerak dengan sangat leluasa. Seolah benar benar banyak minyak di tubuh nya itu. Dia merasa sangat gerah juga.

"Ada apa dengan mu? Kenapa ada disini? Kau mabuk?" Tanya pria itu dengan menanyakan banyak sekali pertanyaan.

"Ah! Aku sedang pusing! Jangan menggangguku!" Bentak Rose.

Lihatlah siapa yang berani mengganggunya saat sedang tidur ini?! Menyebalkan sekali dia merasa sangat lelah sekali untuk melakukan suatu aktifitas. Rose diam di tempatnya sana mereka terlihat saling tatap menatap.

"Jangan mendekat! Ada Wendy..." Ucap Rose dengan melipat Kardus yang jadi alas dia tidur. Dia mengenakan Hoodie nya kembali dan pergi ke kamar mandi.

Dia ingin sekali mandi. Dalam studio musik sangat pengap sekali dan dia merasa sangat lelah juga. Badan nya seolah di tekuk-tekuk.

"Baru kali ini ada seseorang yang menolak pertanyaan ku. Apa karena aku kurang tampan? No... Ga mungkin kan? Gue kan World wide handsome." Ujar nya dengan memuji dirinya sendiri. Padahal wajah nya cuma tampan 'saja'.

Rose segera mandi. Dia merasakan guyuran air sangatlah menyegarkan sekali. Air di kampus tidak sebagus yang ada di rumah nya, tapi itu cukup menyegarkan. Karena udaranya sedang dingin saat ini.

Hingga seseorang menggedor pintu nya mengatakan jika dia tidak seharusnya mandi di kamar mandi kampus. Tapi siapa yang peduli? Hanya ingin mandi apa salah nya sih! Ini kan kamar mandi...

Rose segera mengeringkan rambutnya setelah membasuh tubuh nya dari sabun. Tak lupa dia juga menggosok giginya. Sungguh dia benar benar niat sekali untuk mandi di kampus. Bahkan dia sampai membeli pasta gigi dan sikat gigi.

"Rose!!" Teriak teman nya dengan asal membuka pintu. Untung saja dia sudah selesai mandi.

"Ada apa sih?! Yang sopan dong." Ketus Rose dengan menatap Amber yang wajah nya kusut kayak taplak meja.

Dia membawakan sebuah makalah dan dia wajah sedih nya berubah dengan senyuman indah. Bahkan dia tertawa lebar hingga melompat lompa gembira seolah ada hal yang begitu membahagiakan nya hari itu. Rose yang mengira teman nya sudah gila itu langsung membawa semua barang barang nya dan pergi dari kamar mandi.

"Sumpah! Lo ga peka banget..." Ketus Amber dengan menunjukkan nilai A di makalah nya. Rose hanya tersenyum tipis dan pergi ke arah kantin.

Pikiran nya sedang kacau saat ini. Dia merasa sangat lelah dengan ibunya. Dia baru saja mengirimkan pesan mengatakan suatu ancaman.

'JIKA TIDAK PULANG SORE INI, PERGILAH DARI RUMAH.'

"Amber... Kenapa hidup gue susah banget yah? Bahkan buat napas aja rasanya sesek banget..." Ucap Rose dengan merasa lelah dengan dunia nya.

"Nah! Nah! Mulai lagi.... Gue capek juga dengerin curhatan Lo. Ada apa lagi dengan nyokap lu?" Tanya teman nya itu.

Rose menatap Amber. Meski Amber telah lelah mendengarkan curhatan nya akan keluarga nya itu, dia masih setia membantunya dan bahkan memberikan solusi yang sangat Bagus untuk menyelesaikan nya.

Rose mulai menceritakan nya. Udara di kampus jadi sangat panas sekali entah karena apa. Mungkin sebentar lagi akan hujan. Rose melepaskan Hoodie nya dan dia menangis.

"Hey... Jangan nangis... Oke oke. Gue paham banget sama lu sekarang ini. Sorry. Gue kemarin ga ada di rumah. Seharusnya gue bisa nemenin lo." Ucap Amber.

"It's okay. Lagipula gue mau pergi ke kos kos an aja. Gue... Capek tinggal di rumah itu." Ucap Rose dengan merasa lelah.

Tentu saja siapa yang akan betah bila setiap pagi di teriaki? Di suruh ini, itu, dan ini. Di anggap seperti pembantu. Dan bila salah dia akan di hukum. Ini sekolah militer? Atau hidup seorang anak?

Dimana mana... Semua orang sangat menginginkan posisi menjadi anak terakhir. Pasti akan lebih disayang. Tapi nyatanya? Itu sungguh memuakkan. Berbanding terbalik dengan kenyataan yang dia dapatkan. Setiap harinya di suruh ini itu seperti pembantu.

Seolah-olah ibunya tidak menganggap dirinya sebagai seorang anak. Dia bahkan pernah tidak melakukan apa yang dia pinta. Alhasil... Dia malah mendapat cambukan maut saat dia sedang tidur di malam malam. Di punggung nya... Itu sangat kejam sekali. Semenjak itu dia takut dengan ibunya. Bahkan dia sempat berpikir jika ibunya itu harus di bawa ke rumah sakit untuk di periksa mental nya.

Kring!! Suara bel berbunyi dan menandakan ada salah satu sesi kelas untuk hari ini. Rupanya Amber termasuk dalam salah satu mahasiswa yang masuk kelas di jam pertama.

"Gue cabut dulu yah. Bye Rose. Nanti malam gue bakalan nginep di rumah Lo. Biar nyokap lu ya marahin lu oke?"

"Thank you Aem." Ucap Rose dengan tersenyum lebar. Dia melambaikan tangan nya dan sangat senang sekali akan hal ini. Untung lah... Ada salah satu orang yang dengan senang hati memberikan solusi dan memberikan nya suatu solusi. Jika seperti ini dia tidak tersesat lagi jadinya.

Rose segera beranjak berdiri. Udara sepoi-sepoi yang tidak menyejukkan ini membuat dirinya harus membawa kertas untuk mengipasi dirinya sendiri.

Hingga saat dia hendak berbalik di ujung koridor... Dia berpapasan dengan seorang dosen. Ah! Shit. Dia bertemu dengan dosen songong itu lagi. Apa yang harus ia lakukan saat ini?! Sebal sekali rasanya berpapasan dengan nya itu. Dia merasa sangat muak sekali hanya dengan menatap nya.

"Panas!! Panas!!" Teriak Rose dengan membuka satu kancing baju nya tapi entah mengapa malah 4 kancing bajunya ikut terbuka juga. Astaga...

Ini memalukan sekali.

Dia akhirnya sadar bila dia tadi di kamar mandi tidak terlalu memasukkan benih kancing dengan benar. Tapi.... Bagaimana sekarang ini?

Rose menatap Dosen itu dan dia langsung berlari sembari menutup bajunya.

"Dasar mesum!" Teriak Rose dengan bingung harus kemana kakinya mengarah.

Sedangkan dosen itu hanya diam saja. Wajah nya syok. Dia baru pertama kalinya melihat hal seperti itu. Terlalu cantik-- dia tidak bisa membiarkan otak nya terus berkeliaran. Dia berlari dan menuju kamar mandi. Segera mencuci muka nya. Ah! Apa ini? Perasan apa ini? Sungguh... Rupanya bentuk nya seperti itu-- dia baru tau. Astaga...

Dia tidak bisa melupakan hal ini. Haruskah dia minta maaf bila bertemu dengan Rose nanti? Tapi.... Ini bukan salah nya kan? Itu kan kesalahan Rose sendiri yang ceroboh.

Tapi dia melihat!---

次の章へ