webnovel

Hadiah dari Papa

"Lihatlah apa yang sudah kau lakukan, Yeobo" protes mama. "Apa?, aku hanya menasehatinya. Jangan salahkan aku." bantah papa. "Tolong beri Yoo Min waktu untuk menyadarinya. Jika kau selalu menyuruhnya, Kau tidak kasihan pada dirinya?." kata mama pada papa. "Tapi, itu untuk kebaikan dirinya sendiri" kata papa sedikit meninggikan suaranya. Mama langsung terdiam. Ia tahu jika terus melawan tidak akan ada solusi. Mama tidak mau bertengkar hanya karena perbedaan pendapat ini. "Sudahlah aku mau tidur, hari ini sungguh melelahkan." ucap papa sambil memeluk mama dari belakang. mereka menarik selimut dan mematikan lampu bersiap tidur.

...

Kriett... Pintu kamar terbuka. Aku buru-buru mengusap air mataku.

"Yoo Min-ah. Kau sudah tidur?" Kak Taehyung berjalan menghampiriku. "Gantilah pakaianmu dan hapus riasan wajahmu itu jika kau tak ingin jadi badut keesokan harinya." katanya. Ia duduk di atas kasurku membelai rambutku. "Oppa, kenapa papa tidak peduli padaku." Aku langsung memeluk tubuhnya. Air mataku mengalir deras dalam pelukannya. "Oppa tahu perasaanmu, tapi bukan appa tidak peduli. Namun, ia ingin tuan putri yang satu ini berani." Ujar Kak Taehyung menyemangatiku. Hanya Kak Taehyung yang selama ini mengerti perasaanku. Aku sudah sering meluapkan semua curahan hatiku padanya. Ia juga selalu mendengarkan dan mendukungku. Rasanya, aku tidak mau kehilangan sosok berharga didepanku ini.

"Sudahlah jangan menangis, nanti kecantikanmu ini luntur loh." canda kakak. Ia mengangkat wajahku sembari mengusap air mataku. Ia membelai rambutku dengan lembut. Aku hanya menganggukan kepala dan tersenyum padanya.

"Cepat ganti baju dan jangan lupa untuk menghapus riasanmu. Tidurlah dengan nyenyak, selamat malam." Kak Taehyung beranjak meninggalkan kamar. Aku memandang ke cermin. Benar, wajahku sudah berantakan. Aku berjalan ke kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi setelah ganti baju. Wajahku kembali segar walau mataku masih terlihat agak sembab. Aku melompat ke kasur dan menarik selimut. Mematikan lampu dan memejamkan mata. Selamat malam.

...

Matahari bersinar terang di pagi hari ini. Kicauan burung yang terdengar merdu menambah kesejukan pagi. Mama sedang menyiapkan sarapan pagi ini. Kak Taehyung dan Papa pun sudah bangun. Sedangkan aku masih meringkuk di balik selimut.

"Taehyung, dimana Yoo Min?" tanya papa.

"Masih tidur dikamarnya." jawab Kakak.

"Ya ampun, dia sebenarnya seorang gadis atau babi?" oceh Papa.

"Sudah, biarkan, Yeobo. Jika lapar dia pasti akan keluar." ucap Mama pada papa saat membawa sepiring omelet yang baru selesai ia masak ke meja makan. Papa menurut. Ia kembali melahap sarapannya. Begitu pula Kak Taehyung dan Mama. Papa melirik jam tangannya. Sudah pukul 07:55. Papa menyelesaikan sarapannya dengan cepat. Ia bersiap-siap berangkat ke restoran.

"Yeobo, Aku pergi dulu. Kalau tidak akan terlambat." Papa mencium kening Mama dan pergi membawa tas kopernya. "Hati-hati dijalan Appa, jika sudah sampai restoran, kabari aku." Kata Kak Taehyung pada Papa. "Baik Taehyung, oh ya, jika Yoo Min sudah bangun, sampaikan padanya untuk memeriksa kolong tempat tidurnya." pesan Appa. "Baik Appa, akan kusampaikan jika ia sudah bangun." Ucap Kakak. "Papa berangkat, sampai jumpa!" Papa pergi.

"Taehyung, bangunkan adikmu!" perintah Mama. Kak Taehyung bergegas menuju kamarku. Betapa kagetnya saat ia tahu aku sudah bangun dan sedang menangis. Ia berjalan mendekatiku dan duduk disebelahku.

"Appa yang memberikan ini?". Aku menunjukkan benda itu pada kakak. "Wah, lensa kamera baru. Itu sangat bagus" Kak Taehyung terkejut. "Lalu kenapa kau menangis?" tanya Kakak. "Ini!." Aku menyerahkan sebuah buku agak berat pada Kak Taehyung.

"Buku resep?" tanyanya. "Dan itu ditulis oleh papa, dihalaman depan tertulis namaku, Kak." kataku. "Aku tahu papa ingin aku mengikuti jejaknya dan mengambil alih restoran kelak, namun bagaimana aku mewujudkan keinginannya sedangkan aku membenci hal itu." sambungku. "Kamu harus berani melawan isi hatimu, Yoo Min." saran Kak Taehyung. Aku mengangguk. "Cepat makan, jika tidak kau bisa sakit. Aku tidak mau melihat adikku yang cantik ini sakit." Kak Taehyung beranjak dari kasurku dan keluar dari kamarku. Aku kembali memandang buku resep itu. Pikiranku sekarang sedang kacau. Aku memegang kepalaku. Sungguh muak. Akhirnya aku meletakkan buku itu kembali ke kotak dan memasukkannya kedalam laci. Aku bergegas mandi.

...

"Mana Yoo Min, sudah kamu bangunkan?" tanya eomma kepadaku. "Sudah, dia sedang mandi" jawabku asal. Aku tidak mungkin mengatakan bahwa ia habis menangis pada Mama. Yoo Min memang memiliki hati yang rapuh. Aku selalu tak tega jika ia menangis karena dipaksa oleh Papa untuk memasak. Aku tau dia trauma dengan memasak karena kejadian hari itu. "Taehyung, kapan kamu kembali ke agensi lagi?" tanya Mama membuyarkan lamunanku. "Oh, Minggu besok, Ma." jawabku. "Kamu lagi mikir apa?" tanya Mama melihatku sebelumnya melamun. "Nggak ada, Ma." jawabku berbohong.

"Kamu tahu tempat les memasak yang dekat dari sini nggak, Tae?" Tanya Mama. "Buat lesnya Yoo Min? tanyaku balik pada Mama. Aku rasa Mama mulai terpengaruh keinginan Papa. Atau mungkin disuruh olehnya. "Ya, buat siapa lagi, Appa-mu yang menyuruhnya. Mama sempat menolak, namun Kau tahu betapa keras kepalanya Appa-mu itu." Ucap Mama terlihat pasrah. "Aku tidak yakin, tapi temanku di agensi ada yang pintar memasak, walau tidak setingkat chef. Bagaimana?" Seketika Seokjin terlintas di pikiranku. Dia member yang paling tua dan pintar memasak, Ada Yoongi juga. Mereka berdua yang selalu memasak makanan untuk member lain. "Bukankah lebih mudah jika Yoo Min diajar oleh orang yang kukenal, Ma?" Mama terlihat berpikir sejenak. "Tidak apa, bukannya kalian sangat sibuk sekarang?" tanya Mama terlihat khawatir. "Tidak apa-apa, nanti akan ku tanyakan pada mereka." Ucapku lega. "Ok, kalau kamu tidak keberatan." kata Mama menerima saranku.

Drrt...drrrrttt.. Ponselku berdering. Nama Seokjin terpampang di layar. "Ma, Aku angkat telepon dulu ya." Ucapku pada Mama. Aku meninggalkan Eomma di ruang makan, menuju ke kamar.

...

Aku sudah selesai mandi. Aku keluar dari kamar setelah sadar perutku berbunyi. Aku sangat lapar. Apalagi setelah menangis, aku terlalu membuang tenaga. aku memandang ke cermin memastikan wajahku tak terlihat seperti setelah menangis.

"Bersikap biasa saja, Yoo Min. Jangan buat Eomma khawatir karena hal sepele ini." kataku. Aku keluar dari kamar dan menuju ke meja makan. aku hanya melihat eomma yang sedang mencuci piring di dapur. "Eomma, dimana Oppa?" tanyaku setelah menyadari bahwa kakakku tidak ada. "Oh, dia di kamar." jawab Mama setelah melihatku di meja makan. "Makanlah, sudah Eomma siapkan di meja makan." kata Mama menunjuk ke meja makan. Disana Makanan sudah tertata rapi untukku. "Gomawo, Eomma." Aku duduk dan mulai menyantapnya.

Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!

PutihBiru583creators' thoughts
次の章へ