webnovel

Wanita Dan Anaknya

Di saat Ken kehilangan kesadaran, wanita itu menjerit histeris. Karena melihat perubahan yang tiba-tiba. Seorang pria yang tanpa sehelai benangpun terjatuh di hadapannya. Ia menutup matanya sejenak. Namun ia penasaran dan melihatnya dari celah jarinya.

"Akh, kenapa ini? Dia ... astaga! Bukankah dia yang tadi di sungai?" ujarnya kebingungan. Ia lalu berlari untuk mengambil kain yang dijemur di samping rumah.

Anak laki-laki yang tadinya bersembunyi, kini keluar dari tempat persembunyian. Ia menghampiri wanita itu yang menutup tubuh Ken dengan kain lebar yang biasa digunakan untuk selimut. Melihat Ken yang dalam wujud manusia dan terlihat di pinggangnya ada sesuatu.

"Bu, apa dia adalah pahlawan kita? Dia superhero yang dikirim untuk menyelamatkan kita, kan?" tanya anak laki-laki tersebut pada sang ibu.

"Mungkin, Nak. Tapi apakah dia superhero atau bukan, dia yang menyelamatkan kita," jawab wanita itu. Lalu ia pandangi Ken yang wajahnya terdapat sedikit lumpur. Ia lalu mengusap dengan tangannya.

"Dia alien juga atau manusia, Bu? Ibu, aku ingin jadi seperti dia. Tadi geludnya keren banget!" ujar anak itu sambil memperagakan gerakan yang dilakukan oleh Ken barusan. "Hiya ... hiya, ayo, siapa mau melawan? Aku pahlawan penyelamat dari bumi, hahahha!"

Wanita itu hanya menggelengkan kepalanya, mengelus kepala anaknya yang baru berusia delapan tahun itu. Anak seumurannya biasanya akan bermain dengan teman-temannya. Namun sekarang teman pun tidak punya. Mereka hanya tinggal berdua di desa yang terpencil, di perbukitan dan dekat dengan hutan perburuan.

Banyak perumahan warga yang masih berdiri dengan kokoh. Terakhir kalinya saat monster burung dan beberapa monster lainnya. Sebagian dari mereka telah pergi karena tidak ada mangsa lain untuk dimakan. Manusia hanya tinggal dua saja di desa itu. Menyisakan satu jenis monster yang bisa terbang. Karena ia adalah monster yang paling lemah dan takut dengan dunia luar. Karena banyak teman-temannya terbunuh oleh para manusia.

"Nak, kita bawa orang ini ke dalam! Bantu ibu, yah!" ajak wanita berusia tiga puluhan tahun itu. "Mungkin dia bisa membantu kita nantinya."

"Iya, Bu. Kita akan keluar bersama dengan superhero, kan? Kalau tidak, dia yang akan menjadi ayahku, hihihi," tawanya cekikikan.

Tentu malu rasanya jika itu menjadi kenyataan. Bagi wanita yang telah ditinggal mati suaminya lama, ia masih muda dan membutuhkan sosok lelaki. Namun lelaki di hadapannya lebih kuda darinya. Dirinya juga tidak tahu asal-usul pria yang bisa berubah menjadi monster itu.

Wanita dan anaknya lalu mengangkat tubuh Ken. Mereka walau kadang tubuh Ken terekspos oleh wanita itu. Ia sangat malu ketika melihat bagian dari Ken yang membuatnya rindu dengan sang suami. Ia mencoba menutupi rasa malunya dari anaknya.

"Kenapa ibu berhenti? Kita masih belum membawa ke dalam, kan? Ayo, cepetan, Bu. Aku sudah nggak kuat lagi, uhh ... ini pahlawan kita tubuhnya berat banget," keluh anak delapan tahun itu.

"Eh, iya-iya. Maafkan aku, Nak. Ayo kita bawa ke dalam! Ibu juga harus memasak untuk kamu, kan? Tapi makanan kita tinggal sedikit lagi. Mungkin tiga atau empat hari lagi, kita akan kehabisan beras. Ibu juga sudah memeriksa semua rumah-rumah tetangga, tidak ada beras lagi."

Untuk bertahan hidup, Wanita itu mengambil makanan tetangga. Karena para tetangga itu sudah mati dimakan oleh para monster. Namun kini mereka hanya memiliki sisa makanan yang sedikit. Banyak uang tetangga yang tertinggal di rumah tapi ia tidak mungkin bisa memanfaatkannya. Karena jauh dari kota.

"Enggak apa-apa, Bu. Mungkin superhero kita bisa membawa motor agar kita bisa keluar dari sini! Kalau aku bisa membawa motor, kita bisa membawanya ke kota."

Mereka meletakan Ken ke sofa di ruang depan. Karena tidak mungkin dibawa ke dalam kamar. Wanita itu lalu meninggalkan Ken yang bersama anak wanita itu. Ia mengambil pakaian milik mendiang suaminya untuk dipakaikan kepada Ken.

Di kamarnya, ia membuka almari dan mencari pakaian suaminya. Ini pertama kalinya ia melihat tubuh telanjang lelaki lain selain suaminya sendiri. Ia mulai membayangkan bagaimana kalau lelaki itu menjadi suaminya. Anaknya juga akan setuju. Namun ia masih ragu, akankah pria yang menolongnya masih manusia atau sudah menjadi monster seutuhnya.

"Ini apakah alat untuk berubah? Wah, ada belt yang keren di sini. Kayaknya ini yang membuatnya berubah menjadi alien? Hemm ... ada tombol di sini, apakah ini yang bisa membuatnya berubah?"

Anak itu melihat-lihat dan ingin menekan tombol pada sabuk yang digunakan oleh Ken. Namun sebuah suara mengagetkan anak itu. Membuatnya menengok ke belakang.

"Jangan, Nak! Itu jangan kamu pencet apapun!" cetus sang ibu pada anaknya. Ia menarik tangan sang anak untuk menjauhi Ken. "Hati-hati kalau dia jadi monster, kita tidak tahu apa-apa. Nanti kalau mengamuk, gimana? Kita tidak tahu apa-apa."

"Iya, Bu. Kalau gitu, aku diam saja." Anak itu memberikan jalan pada ibunya untuk memakaikan pakaian pada Ken.

Ken masih belum tersadar ketika wanita itu memakaikan celana pendek padanya. Saat memakaikan celana, ia menelan salivanya. Beberapa kali ia mencoba untuk tidak melihatnya. Namun ia penasaran dan hanya melihat Ken sejenak. Selesai memakaikan celana, ia memakaikan kemeja pada pria itu.

"Bu, kapan paman itu akan sadar? Mungkin kalau sudah sadar, dia akan jadi superhero yang memiliki zirah besi lagi enggak, yah?" tanyanya sambil melihat ke arah Ken.

"Entahlah, Nak. Kita tunggu saja dia. Semoga akan segera sadar dan bisa menolong kita untuk pergi dari sini! Kita sudah tidak bisa hidup di sini lagi, Nak. Mungkin ibu perlu pekerjaan untuk makan dan menyekolahkan kamu."

Setelah memakaikan pakaian pada Ken, ia lalu meninggalkan pria itu bersama anaknya. Ia ingin memasak namun tidak ada air. Sebenarnya ada paralon untuk mengalirkan air ke rumah. Namun karena serangan monster, paralon itu patah dan tidak bisa diperbaiki lagi. Letaknya juga sangat jauh dari rumah.

Membuat wanita itu harus mengambil air di sungai yang letaknya mencapai seratus meter lebih. Wanita itu selalu mengambil air di tempat di mana Ken saat itu sadar. Karena ada pria yang tidak mengenakan pakaian, wanita itu meninggalkannya.

"Ibu mau pergi mengambil air di sungai, Nak. Tapi ingat, kamu jangan pencet tombol apapun di sabuknya! Kita nggak tahu apa yang akan terjadi dengannya! Mungkin dia akan membunuh kita nantinya," peringatnya, membawa ember.

"Iya, Bu. Tenang saja! Aku akan menunggunya di sini. Ibu pergi saja dulu!" perintah anak itu. Ia duduk dengan tenang, agar ibunya tidak lagi khawatir.

Wanita itu keluar dari rumahnya membawa ember dan dan selendang agar bisa menggendong ember cet besar itu. Meninggalkan rumahnya sejauh seratus lima puluh meter ke sungai.

"Hihihi ... ibu sudah pergi, bagaimana kalau aku tekan tombol merah ini, yah?" tutur sang anak dengan seringai senyum.

***

次の章へ