webnovel

Misi Untuk Hidup yang Baru

Night menepis lamunan singkatnya barusan. Diliriknya lagi pria berkulit hitam di depannya, yang dapat ia identifikasi memang merupakan manusia jadi-jadian seperti dirinya.

"Tapi sepertinya kau baru sampai di jaman ini? Kau pasti telah terkurung di suatu tempat dalam tempo waktu yang cukup lama?" tebak vampir di depannya itu setelah beberapa saat. Ia menyeringai sambil memandangnya.

"Begitulah. Tapi kenapa kau bisa tahu?" tanya Night heran.

"Karena kau terlihat kampungan. Sudah kukatakan tadi, bukan? Kau terlihat terlalu mencolok sedikit memalukan bagi kaum vampir yang terhormat."

"Apa katam—"

"Cih, sekarang bukan jamannya lagi meminum darah, tahu…." Mahluk di depannya mengayun-ayunkan satu tangannya di depan wajah begitu Night mendekat. "Selain karena menjijikan dan bau, minum darah tak lagi efisien di saat sekarang. Kau tak akan bisa kemana-mana dengan bebas karenanya. Sinar matahari bisa membakarmu di siang hari."

Mata Night langsung melebar dengan penuh ketertarikan.

"A-Apa? Jadi vampir zaman sekarang memang tidak meminum darah lagi?" tanya Night terlihat begitu tertarik.

"Tentu saja. Sudah banyak hal yang berubah di dunia ini."

"Lalu apa? Apa yang saat ini kalian santap agar tetap dapat bertahan di bawah sinar matahari?" tanya Night cepat dan mulai terlihat sedikit mendesak.

Mahluk itu lagi-lagi hanya menyeringai licik. Tak mengatakan apapun.

"Hei, kenapa kau diam saja? Jawab."

"Mengenai itu silahkan kau cari sendiri. Itu bukan urusanku," katanya tak acuh.

"Apa? T-Tap—"

Belum sempat Night menyelesaikan ucapannya, pria di depannya itu tiba-tiba hilang begitu saja. Night tampak kebingungan, dengan cepat celingukan untuk memeriksa sekitar. Berharap menemukan kehadiran mahluk itu lagi.

Namun pria itu tak terlihat di mana-mana.

"Kenapa dia harus merahasiakannya? Sekarang bagaimana lagi caranya untuk tahu. Aku mungkin akan kesulitan menemukan vampir lain untuk menjawab pertanyaan ini," keluh sambil mengacak rambut sewarna perak di kepalanya.

"Argh, sudahlah. Aku pikirkan nanti. Sebaiknya sekarang aku kembali pada Miss Honey saja. Sepertinya di sana kini sudah kembali larut malam."

Tak lama kemudian sosok itu kembali menghilang dari sana dengan hitungan mili detik. Sebenarnya banyak CCTV yang mengarah ke sana, namun vampir memiliki kemampuan untuk memanipulasinya. Walaupun Night hanyalah seorang vampir kuno yang bahkan tak tahu apa itu CCTV.

***

Walau sedikit ragu, namun saat ini Honey sudah kembali sampai di depan gedung apartemen sederhana miliknya. Dengan gontai berjalan ke atas untuk menemui mahluk menyeramkan yang menunggu di dalamnya.

Asal tahu saja. Honey sempat berpikiran untuk tak pulang. Awalnya tadi ia berniat kabur dengan mengajak teman-temannya bersenang-senang. Namun lagi-lagi, bisikan suara Night menggumam di dadanya bagaikan intuisi. Ia diancam dari jarak yang sangat jauh, memintanya untuk tak pergi ke mana-mana kalau tak mau disusul.

Itulah yang akhirnya membuat Honey menyerah. Karena sepertinya percuma. Mahluk itu pasti akan dengan mudah menemukannya, bahkan walau dirinya harus lari sampai ke ujung dunia.

"Sekarang terserah. Aku sepertinya harus pasrah dengan takdir. Berdoa saja semoga mahluk aneh itu menepati ucapannya."

Dengan langkah berat Honey berjalan memasuki tempat itu. Berusaha menepis segala keraguan yang masih tersisa di dadanya.

Saat membuka pintu apartemen, keadaannya tampak sepi dan sangat tenang. Bahkan lampu sama sekali tak dihidupkan. Benar-benar seperti tanpa ada yang bernyawa di dalam.

'Mungkin dia keasyikan keliling dunia. Aku iri. Andai saja aku juga memiliki kekuatan seperti itu.'

Dengan langkah berat Honey meraih sakelar lampu untuk menyalakannya. Lalu mulai berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Kira-kira setengah jam kemudian, gadis itu selesai membersihkan diri. Perempuan itu kembali melangkah keluar kamar untuk makan malam

"A-Astaga."

Honey tersentak. Karena begitu melangkah di ruang tamu, matanya langsung menemukan sesosok pria dewasa yang duduk di salah satu sofa sambil memangku boneka Doraemon kesayangannya.

"A-Apa yang kau lakukan?"

Honey bertanya bingung. Namun walau begitu sebenarnya ia sedikit mengagumi perubahan penampilan sosok ini. Karena tak lagi memakai jubah yang usang dan kuno tadi, ia kini mengenakan pakaian yang lebih modern. Kaos putih dengan jaket denim, celana jins, bahkan juga sepatu modern untuk menyesuaikannya. Oh ya, ada sebuah masker hitam juga yang menutupi setengah wajahnya. Membuatnya makin terlihat mempesona.

"H-Hey, kau kenapa sih? Jangan bikin takut!" seru Honey membuang jauh-jauh kekagumannya.

Mahluk itu mendesah pelan. Dengan tanpa gairah memandang Honey. "Jangan pedulikan aku. Aku hanya merenung mengenai sesuatu yang penting. Terkait klanku."

"Oh."

Honey hanya bereaksi begitu. Dia penasaran sebenarnya, namun dia tak mau ambil pusing. Dia tak mau terlibat lebih jauh dengan mahluk itu.

Itu sebabnya Honey lebih memilih untuk lanjut berjalan ke dapur. Melanjutkan niatnya untuk makan. Membiarkan mahluk itu menyelesaikan masalahnya sendiri.

Seperti biasa, kehidupan seorang mahasiswi yang tinggal sendiri semuanya serba sederhana. Asal memiliki mie rebus untuk dicampur dengan nasi maka perutnya akan menjadi kenyang.

Dimasaknya makanan instan itu selama beberapa menit, lalu mulai duduk di meja makan. Kini bersiap untuk menyantapnya.

"Boleh aku menyicipinya, Miss Honey?"

"Hmff!"

Honey menyemburkan makanan di mulutnya. Karena tahu-tahu Night sudah duduk tepat di sampingnya, dengan penasaran mendekatkan wajah padanya.

Sang gadis mengerang kesal. Sambil memegangi mulutnya yang sedikit ngilu, dipandangnya mahluk itu dengan tajam.

"SUDAH KUBILANG BERHENTI MENGEJUTKANKU! KAU BISA MEMBUNUHKU TAHU!"

"Tapi kan kau tak mati?" tanya Night tak acuh.

"Dasar kau ini."

Honey benar-benar tak ingin meladeni mahluk menyebalkan ini. Namun ia tak bisa mengabaikan ekspresi penasaran mahluk itu. Ia seperti benar-benar menginginkan makanan ini.

"E-Emangnya kau bisa memakan makanan manusia?" tanya gadis itu heran.

"Aku bisa memakannya, tapi aku tak menyukainya. Sama sekali tak enak menurutku," ucap Night ringkas.

"Trus kenapa kau menginginkan mie ini?"

"Tentu saja untuk bertahan hidup. Kan kau sendiri yang menyuruhku untuk menyesuaikan diri dengan zaman sekarang. Aku sudah berpakaian 'aneh' seperti dirimu, maka mungkin aku juga perlu memakan 'sampah' itu. Dengan begitu mungkin yang aku cari dapat ditemukan."

"Pilihan kata-katamu selalu saja menyebalkan, tahu." Honey tak tahan ingin mengomel. "Tapi memangnya apa yang tengah kau cari?"

'Cara untuk dapat kuat terkena sinar matahari, serta agar dapat terus bertahan hidup.'

Ingin Night mengatakan itu, tapi ia menahannya. Merasa tak perlu memberi tahu rahasia klannya pada manusia. Lagipula Honey juga tidak akan mengerti.

"Pokoknya hanya untuk mengikuti gaya anak manusia zaman sekarang. Jadi…itu sebabnya aku mau mencobanya. Sini berikan padaku."

Namun Honey malah menyeret mangkuk itu menjauh dari Night.

"Enak saja minta-minta. Aku membuatnya susah-susah karena lapar. Kalau mau buat sendiri sana," ucap Honey.

"Dasar pelit."

Night langsung cemberut. Namun tak lama kemudian, ia menjentikkan tangannya pelan. Yang lagi-lagi membuat Honey terpana karena mie buatannya menjadi dua mangkuk. Bahkan seperti hasil fotokopi, bentuknya terlihat sangat mirip hingga ke bagian detail.

"Udah, kan? Sekarang ayo makan," ucap Night datar sambil dengan lahapnya mulai memasukkan makanan it uke mulutnya. Menyisakan Honey yang masih saja ternganga dan tak terbiasa dengan semua keajaiban ini. "Argh, rasanya benar-benar seperti sampah. Masakan manusia dari generasi ke generasi selalu saja sama. Aku tak tahu kenapa mereka memakannya."

"Kalau begitu tak usah dimakan!" seru Honey tak terima, sambil menyuap satu sendokan pertama ke mulutnya.

***

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Putri_Andina_7944creators' thoughts
次の章へ