webnovel

No Sorry

Mobil pick up double cabin tua yang biasa dipakai Axel dan Honey jika berangkat ke kampus kini melintasi tempat parkir kampus mereka di kota kecil Crawford yaitu Universitas Allegheny. Baik Axel maupun Honey adalah mahasiswa tingkat akhir namun dari fakultas yang berbeda. Honey berada di jurusan musik dan sastra sementara Axel berada di teknik engginering.

Mobil itu parkir dengan mulus seperti biasa di kumpulan mobil-mobil mahasiswa lainnya. Setelah menarik rem tangan, Axel dan Honey membuka sabuk pengaman sambil membereskan tas yang akan mereka bawa.

Axel Clarkson adalah salah satu mahasiswa paling tampan di kampus itu. Wajahnya terkesan sedikit cantik tapi tampan di saat yang bersamaan. Sedangkan Kakaknya Honey yang memiliki tubuh jauh lebih imut dari Axel adalah seperti gadis-gadis yang ada di cerita dongeng. Ia cantik, periang, senyumannya adalah yang terindah. Dan yang paling mencolok adalah warna rambutnya.

Honey terkenal memiliki rambut pirang keemasan yang begitu cantik dan berkilau padahal ia tak terlalu merawatnya. Dengan mata biru terang yang indah, perawakan Honey bisa menyihir banyak mahasiswa yang ingin mendekat.

Namun tentu saja hal itu akan sangat sulit dilakukan mengingat Axel yang bertubuh tinggi dan tegap selalu siap melindungi Kakaknya dimana pun. Kemana pun mereka pergi, Axel selalu menggandeng tangan Honey. Itu karena dulu ia sering kehilangan Kakaknya jika di sekolah jadi akhirnya Axel terbiasa terus menggandeng tangan.

"Aku harus masuk, mata kuliahku akan segera dimulai!" ucap Axel seperti biasa melepaskan Honey di depan bangunan jurusan tempat ia akan berkuliah. Honey tersenyum dan mengangguk. Axel lalu mencium kening Honey sebelum ia berjalan ke arah beberapa orang temannya yang sudah menunggu.

Honey kemudian membuka pintu dan masuk ke koridor dan melewatinya untuk masuk ke kelasnya.

"Honey!" panggil Angelica langsung melambaikan tangan ke arahnya. Honey tersenyum dan ikut melambaikan tangan. Angelica lalu ikut menarik Brese bersamanya.

"Apa kamu sudah siap masuk hari ini?" tanya Angelica dan Honey pun mengangguk.

"Ayo kita masuk. Kita harus menikmati saat-saat terakhir kuliah ini!" sahut Angelica kemudian.

"Ah, aku lebih senang penyiksaan ini akan berakhir. Aku tidak sabar ingin segera pergi dari Crawford. Kota ini membosankan!" gerutu Brese sambil berjalan masuk ke dalam kelas kuliah mereka bersama kedua temannya.

"Memangnya kamu mau kemana?" tanya Angelica lagi.

"Tentu saja, New York. Aku tidak sabar ingin tinggal di sana. Semua kesempatan emas ada di New York. Aku akan bekerja di sebuah perusahaan terkenal dan akan dibayar mahal!" Brese mulai kembali berkhayal sambil naik ke deret ketiga tempat mereka biasa duduk.

"Memangnya tidak ada tempat lain yang bisa dikunjungi?" tanya Honey lagi.

"Ada ... LA, kamu bisa jadi penyanyi terkenal di sana!" ungkap Brese masih semringah. Angelica lalu terkekeh.

"Aku lebih setuju Honey menjadi seorang aktris daripada penyanyi. Dia punya semuanya, dia cantik, imut dan bersuara bagus. Iya kan?" ucap Angelica seakan meminta persetujuan. Brese menyengir dan tak ragu mengangguk. Honey hanya tersenyum saja dan melihat di sekitarnya. Matanya sedang mencari Charlotte yang sudah lama tak masuk kuliah semenjak mereka pulang dari Boston.

Namun mata Honey malah jatuh pada Joshua Hatlin yang tengah memandangnya. Pria berambut coklat itu lalu tersenyum manis pada Honey dan membuatnya merona. Seorang teman Josh lalu menyenggolnya sengaja menggoda dan Josh hanya bisa tersenyum lebih lebar dan tersipu pada Honey.

Honey pun menunjukkan sikap malu-malu dan sempat mengigit bibir bawahnya sambil menundukkan wajahnya. Angelica sempat memergoki dan menoleh pada arah yang membuat Honey jadi terpesona. Ia tersenyum tak berapa lama kemudian dan sedikit menyikut Honey.

"Kalian sudah lama kenal dan dia juga pernah mengatakan jika dia menyukaimu, kenapa kalian tidak pacaran saja?" tanya Angelica separuh berbisik. Honey menelan ludahnya dan menggeleng.

"Aku tidak mau pacaran dulu. Aku harus memiliki karir yang bagus dan menghasilkan uang." Angelica menarik napas dan menggelengkan kepalanya.

"Aku heran denganmu. Untuk apa menahan diri tidak pacaran?" tanya Angelica kemudian. Honey hanya bisa memilin jemarinya dan menunduk. Ia melihat ke arah Brese yang tengah sibuk menunggu kedatangan dosen dengan memainkan ponselnya.

"Bagaimana aku bisa melakukan itu setelah kejadian kemarin?" bisik Honey cemas mengingatkan Angelica pada kejadian yang menimpanya dengan pria asing di Boston. Angelica hanya bisa diam dan mengangguk.

"Tapi kamu harus melupakan masalah itu, Honey. Anggap itu tidak pernah terjadi, jika tidak ... kejadian itu hanya akan membuatmu tenggelam dalam penyesalan." Honey diam saja memperhatikan. Dosen pun masuk tak lama kemudian lalu ruang kuliah menjadi tenang.

Keluar dari kelasnya, Honey, Angelica dan Brese kembali berjalan bersama. Sambil ke arah loker, Honey mulai bertanya tentang Charlotte.

"Aku tidak melihat Charlotte beberapa hari ini. Apa dia sakit?" tanya Honey lagi. Angelica memajukan sedikit bibirnya dan menggelengkan kepala.

"Aku rasa dia tidak kuliah lagi!" Honey langsung mengernyitkan keningnya.

"Apa maksudmu?"

"Ya, dia kan sudah lulus audisi dan sekarang tengah menjalani semacam booth camp untuk penyanyi baru. Jika lolos dia bisa jadi penyanyi profesional dan dikontrak oleh Skylar!" jawab Angelica lagi sambil memasukkan dua bukunya ke dalam loker.

"Sayang sekali jika ia meninggalkan kampus dan kita begitu saja," balas Honey lalu menutup pintu lokernya.

"Aku tidak heran. Charlotte tidak begitu setia, jika ada kesempatan maka ia akan pergi meninggalkanmu begitu saja!" sahut Brese kemudian. Honey hanya bisa tersenyum tanpa mengangguk atau mengiyakan apa pun.

"Aku yakin kamu akan bisa jadi penyanyi yang lebih bagus darinya!" celetuk Angelica lagi pada Honey. Honey hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Tidak, aku sudah mencoba dan tidak berhasil." Honey menjawab pelan dan menyandarkan diri pada lokernya.

"Coba lagi!" jawab Brese mencoba memberikan semangat. Sedang tersenyum pada kedua temannya, Josh Hatlin lantas datang menghampiri Honey dan tersenyum padanya.

"Hi, Honey!" sapa Josh dengan ramah.

"Hai ..." jawab Honey dengan suara lembutnya.

"Uhm ... aku dan bandku akan mengadakan showcase nanti malam di garasi Burk seperti biasa. Apa kamu mau datang dan menontonku?" tanya Josh kemudian dengan senyuman ramah wajahnya yang memiliki janggut halus di sepanjang jambang dan rahang.

Honey mengigit bibir bawahnya dan melihat ke arah kedua teman temannya bergantian. Lengannya lantas disikut lembut oleh Angelica mendesaknya agar ia segera menjawab tapi Honey tak kunjung membuka mulutnya. Angelica yang kesal lantas mengambil alih.

"Iya, dia akan pergi nanti malam. Siapkan tempat di barisan dengan untuknya!" perintah Angelica membuat Josh menyengir senang dan mengangguk.

"Sampai jumpa nanti malam ... Honey!" ucap Josh begitu bahagia dan berjalan pergi sambil memandang Honey.

NEW YORK

The Midas Rei mungkin adalah seorang pemilik label dan produser yang juga dikenal dengan julukan tangan besi. Bukan karena ia senang menyiksa tapi kepintarannya memonopoli pasar rekaman membuatnya begitu disegani padahal usianya belum genap 30 tahun.

Namun kali ini, darah Rei sekali lagi mendidih. Penyanyi yang sudah diberikan panggung olehnya balik hendak menikamnya dengan sebuah ancaman.

"Jika kamu tidak mau melakukannya. Aku akan mengaku pada media jika kamu memang gay dan selama ini kita melakukan hubungan palsu karena pada dasarnya ... kamu tidur dengan seorang pria!" ancam penyanyi wanita terkenal Christina Megan yang awalnya adalah pacar sekaligus teman tidur Rei.

次の章へ