Sontak Santa langsung menoleh ke arah sumber suara itu. Kedua matanya langsung melotot ketika melihat Yelin yang berada di dalam taksi. Membuka jendela taksi itu dengan mengeluarkan kepalanya sedikit. Herannya lagi dia sungguh sangat berani menjulurkan lidahnya. Mengolok-olok santa dengan sedemikian rupa. Membuat Santa menggeram dan mengepalkan kedua tangannya. Karena dia sungguh malu, gara-gara ucapan Yelin itu pastinya semua anak buahnya berfikiran hal sama dan yang tidak-tidak. Mengolok-oloknya di dalam benaknya masing-masing.
"Benar-benar berani kau ya ... punya berapa nyawa perempuan ini. Hais aku selalu kalah sama yang namanya perempuan, dulu juga masak sekarang juga. Pokoknya kali ini aku tidak boleh kalah," gumam lirih Santa dengan kekesalannya.
Dia berlari ke arah Yelin. Berharap menghampiri Yelin dan memberi dia sedikit pelajaran. Tapi ternyata gagal, karena Yelin sudah buru-buru pergi meninggalkan tempat itu, dengan taksi yang berkecepatan tiba-tiba langsung kencang saja. Membuat Santa geleng-geleng kepala dibuatnya. Seraya berteriak.
"Haaaaa Yeliiiiin. Kau benar-benar yaaaaa. Awas kamu yaaaaa! Aku akan melumatmu habis-habisaaaaan. Hais!" Sampai-sampai saking frustasinya Santa membungkuk dan mengacak-acak rambutnya dengan kasar. Bahkan dia berjongkok bagaikan anak kecil yang sedih karena kehilangan uangnya. Membuat semua anak buahnya menahan tawanya karena Santa bisa dikalahkan oleh perempuan itu.
Santa yang merasakan keanehan di belakangnya, dia langsung melirik ke arah anak buahnya dan menyemburkan larvanya. "Apa! Apa! Apa kaliaaaaan! Berani menertawakanku hah! Kurang ajar! Ayo kita kembali ke markas kalau begitu! Jangan lupa hancurkan mobil Terry! Biar tau rasa dia! Macam-macam kepadaku!" perintah Santa yang membuat semua anak buahnya bergidik ngeri. Bahkan sudah tak berani menertawakan dia lagi. Bagaimana tidak? Santa saja sekarang marah bagaikan gajah yang siungnya keluar memanjang dan siap menikam siapapun yang menertawakannya dengan siungnya itu.
Semua anak buah pun menjawab serempak perintah Santa. "Baiklah, Bos. Siap laksanakan!"
Usai mengucapkan itu. Para anak buah pun berhamburan ke arah motor MOG Terry itu. Saling melampiaskan kemarahannya kepada motor Terry itu. Merusaknya dengan ganas. Sesekali mereka mendesis karena menendang motor itu dengan kakinya. Jelas sakit kan motor MOG besar. Mereka memang kadang rasanya tak memakai otak tapi memakai lutut rasanya.
Bahkan Santa yang melihatnya saja berdecak halus sembari tertawa. Melihat ulah semua anak buahnya yang sedemikian rupa itu. "Bagus. Bagus! Kalau perlu ledakkan motor ituuuuu! Jangan lupa pakai korek api meledakinnya, jangan pakai air liur kaliaaaan. Mana bisa menyala kalau memakai air liur kalian! Haha. Dan lakukan dengan cepaaaat! Aku sudah ingin tidur di markas! Cepaaaat!"
Para anak buah pun dengan cepat melakukan tugasnya. Bahkan mereka tak habis pikir, selalu bosnya itu suka tergesa-gesa dan tak dipikirkan terlebih dahulu, padahal dia juga seperti itu. Tapi kalau anak buahnya melakukan kesalahan yang sama juga marah. Kan wajar anak buahnya mengikuti gaya dia. Tapi dia tak sadar dan selalu benar sendiri. Jadi memang mungkin begitulah bos. Mau apapun ya terserah dia, mana ada yang berani membantahnya.
"Sudah, Booooos," seru mereka dengan serentak. Bahkan mereka belum beranjak di tempat itu. Malah menunggui motor yang habis terbakar. Santa menepuk jidatnya dengan kasar.
"Heeey kalau sudah ya ke siniiii! Kita pulang! Ngapain kalian masih terbengong menunggui motor itu! Benar-benar yaaaaa. Hais! Punya anak buah kenapa bodoh semua sihhh haaaaah! Kalau kalian mau di sana ya sudah lanjutkan biar gosong terbakar juga! Bye!"
Santa malah berbasa-basi lagi. Dia langsung pergi sendiri meninggalkan anak buahnya. Dengan menaiki motornya dan siap berangkat. Untung saja motornya aman dari atraksi tadi, jadi masih bisa dikendarai. Kalau Silver dia sedang berada di markas saja, karena badannya agak tidak enak. Makanya dia tidak mengikuti Santa jalan-jalan.
"Bos. Tungguuuu!" Semua anak buah pun akhirnya berhamburan pula. Menyusul Santa dengan cepat. Tanpa ada yang memperdulikan motor Terry lagi.
***
Sementara di dalam taksi. Yelin tertawa terbahak-bahak ketika mengingat Santa yang mengejarnya tadi. Dia mendengar teriakan Santa yang mengancam akan melumatnya itu. Aslinya Yelin sungguh bergidik ngeri mendengar itu. Tapi dia berfikiran kalau Santa tak akan berani kepadanya. Apalagi ada Raj, pastinya Raj juga akan melindunginya. Meskipun bukan pacar sesungguhnya. Tapi Yelin percaya diri kalau Raj sedang membutuhkannya menjadi pacar kepura-puraannya itu. Jadi Yelin tak membuang rasa takut itu dan menutupinya dengan keceriaan.
"Kita ke mana lagi, Nona?" tanya supir taksi yang membubarkan lamunan Yelin. Karena memang Yelin tertawa sembari sedikit melamun. Yelin yang sekarang sudah mengerjap. Dia menoleh ke arah supir taksi itu dan membalasnya.
"Pak, terimakasih telah membantuku melarikan diri dari setan-setan ifrid dan kafir tadi haha. Pokoknya bapak the best, bisa mengendarai dengan kencang. Nanti aku kasih double deh bayaran buat Bapak. Sekarang kita kembali ke rumahku saja, kembali ke cafe tadi dan berjalan lurus sedikit dari sana, nanti aku turun didekat sana dan berjalan ke arah rumahku, karena memang rumahku gang sempit. Jadi taksi tak bisa masuk. Ya bisa sih, Pak, tapi takutnya kalau ada kendaraan lain malahan Bapak akan terjepit di sana haha." Sambil basa-basi Yelin mengajak bercanda kepada supir taksi yang menolongnya tadi. Ternyata supir taksi yang ditumpanginya bisa diajak kompromi, jadi dia beruntung tadi naik di taksi ini. Bahkan Yelin bersedia membayar banyak. Karena memang dia dikasih uang kepada Raj tadi sewaktu di cafe.
Memang Yelin berencana untuk mengikuti Raj dan biar dia tau tempat Raj di mana, kok selalu dia pergi ke arah hutan saja. Membuat Yelin pemasaran. Tapi dia sudah kehilangan jejak Raj, jadi memutuskan untuk pulang saja. Meskipun sebetulnya Yelin tau pastinya Raj akan ke sana lagi. Tapi sudah jam malam, jadi Yelin tak berani ke arah sana. Lagian kalau kelamaan pulang juga takutnya ibunya mengomeli dia saat di rumah nanti. Makanya Yelin segera buru-buru pulang saja. Yelin pun membatin.
'Aslinya aku sungguh penasaran dengan tempat Raj itu. Tapi sudah malam siiih, hmmmm, apa besok saja ya aku mengeceknya sendiri sehabis kuliah. Ya sudah besok saja! Sekarang juga belum terburu-buru.'
"Jadi? Pulang ke rumah saja ya, Nona?" tanya supir sekali lagi, karena takutnya Yelin berubah pikiran. Terlihat wajah Yelin yang galau. Membuat pak supir yang menatapinya dari kaca spion kebingungan. Bahkan sekarang supir taksi itu sudah menghentikan mobilnya. Terus bersiap menunggu perintah dari cewek berambut agar pirang dan memanjang itu.
"Hmmm iya, Pak. Jalan! Kita lewat jalan yang berbeda saja, Pak, agak jauh gak apa-apa, takutnya kalau lewat sana lagi. Melihat para setan tadi. Nanti gawat. Jadi lebih baik menghindari saja!" perintah Yelin yang diangguki oleh pak supir dan siap menjalankan perintah.