Akhirnya Yelin sudah tak tahan lagi dan langsung meraih makanan yang sudah ada di hadapan matanya, menyendoknya hingga satu persatu menumpuk ke dalam piringnya. Ia pun melahapnya tanpa menoleh ke arah mamanya karena merasa malu, jadinya hanya fokus kepada makanannya saja. Ibu Yola menahan tawanya, melihat Yelin yang lahap seperti itu, seperti tidak makan berhari-hari saja. Jadinya hanya butuh waktu 15 menit saja Yelin sudah menghabiskan makanannya tanpa sisa sedikit pun.
"Astagaaaa cepat amat, Nak, makannya, enak ya ... ini tambah lagi dan kalau mau habiskan saja!" Ibu Yola menawari Yelin dengan menunjuk ke arah makanan yang masih ada di atas meja dengan dirinya yang masih menikmati makanannya yang tinggal sedikit itu di dalam piringnya.
Yelin yang mendengar itu, wajahnya bersemu merah, ia sesekali melirik ke arah ibunya dan menepuk jidatnya ketika melihat sang ibu masih belum usai makan, itu berarti dia sungguh lahap sekali makanannya, sampai-sampai Yelin terbelalak ketika melihat ke arah piringnya yang sudah kosong itu juga melihat seluruh makanan yang berada di atas meja yang tinggal sedikit itu, lalu dia pun berceloteh.
"Ibu ... apakah Yelin yang menghabiskan semua makanan ini? Benarkah?" Ibu Yola mengangguk dan kini beliau langsung menyeka bibirnya dengan tisu karena sudah menyelesaikan makanannya.
Yelin berteriak dan menggeram, sungguh ia tak terima dengan kejadian yang menimpanya barusan. "Apa! Aaaaaa bagaimana ini? Kenapa aku khilaf seperti ini sih, ini sih namanya musibah, Ibuuuu. Nanti kalau aku gemuk bagaimana? Haaaa aku sudah menghabiskan banyak kalori, bagaimana ini? Aku harus bergegas melihat berat badanku."
Yelin lalu pergi saja ke arah kamarnya dengan terburu-buru, dia tidak memperdulikan ibunya yang berteriak-teriak memanggilnya, ia hanya fokus dengan derap langkah kakinya yang terdengar gelisah itu, gara-gara ketakutannya kepada gemuk saja, sampai-sampai ibunya itu sungguh heran dibuatnya, karena biasanya dialah yang menghabiskan makanan itu semua, tanpa perduli kalori atau apapun itu, jadinya kini dugaan ibu Yola semakin yakin kalau anaknya itu sedang jatuh cinta.
Yelin mulai menimbang dan mengecek, lalu berteriak keras dengan membawa timbangan di tangannya. Berusaha memperlihatkan kepada ibunya. Ibu Yola hanya tersenyum serasa mengelus-elus dadanya karena rasa kagetnya akibat teriakan Yelin itu.
"Ibuuuu lihat ini! Berat badan Yelin 55 tau? Aduh gemuk sekali ihhh, maunya Yelin 45 tau? Coba tadi gak makan, pastinya 50 saja beratnya," protes Yelin dengan menggembungkan pipinya, dia merasa menyesal karena makan tadi. Juga protes kepada ibunya, kenapa ibunya itu memasak yang membuat dia cepat tergoda dan tak bisa beralih dari sambal teri itu.
Ibu Yola membalas ucapan Yelin. "Hmmm kenapa gak sekalian berat badan 35 saja biar keren ramping, benar-benar tidak jelas kamu, Nak, mana ada baru makan beberapa menit langsung gemuk, apa secepat itu diproses makanannya? Bukannya kamu memang dari dulu berat badan 55? Tinggi 165? Jadi itu sudah termasuk ideal, gak usah terlalu lebay deh, buktinya cowok banyak yang mengantri kepadamu, jadi tidak usah khawatir, Nak, benar-benar kamu ini, mengagetkan saja!" balas ibu Yola, beliau kini bangkit dari duduknya dan membawa piring kotor ke arah dapur berada, Yelin juga tidak memprotes lagi, baginya sudah cukup penjelasan ibunya, ia juga berjalan ke arah ibunya lagi setelah mengembalikan timbangannya, membantu ibunya membersihkan semua yang ada di meja. Setelah itu dia mencuci piring dengan sangat cepat.
Yelin tersenyum ketika melihati jam yang ternyata sudah menunjukkan pukul 5 itu, karena tidak akan lama lagi, dia akan bertemu dengan pujaan hatinya, ia bagaikan orang gila, mencuci piring dengan bernyanyi-nyanyi kecil. Ibu Yola hanya menggeleng sekaligus tersenyum melihat keceriaan anaknya itu, dalam hati ibu Yola semoga anaknya itu mendapatkan lelaki yang tepat dan tak disakiti hatinya.
***
Sementara di tempat Raj, di markas hutan berada. Raj duduk termenung, dia juga memikirkan Yelin, bukan karena merindukannya, tapi berfikir atas ucapan Yelin tadi yang tentang Santa. Berarti Santa sudah mendekati Yelin jauh lebih cepat dari dirinya. Tangannya sudah mengepal dan kesal juga akhirnya dengan sifat Santa itu yang tidak bisa diajak untuk berdamai, Raj pun berceloteh sendiri, tepat sekarang di depan cermin yang besar, menggantung di dinding markas yang terbuat dari kayu dan ala kadarnya itu, karena memang sedari tadi mereka berada di luar markas, sangat jarang berada di dalam markas kecuali kalau di waktu malam hari saja. Jadi kini Raj hanya sendirian di dalam markas.
"Baru berucap seperti itu saja, sepertinya sudah membahayakan Yelin dan dia sudah diincar oleh Santa, kalau aku mundur satu langkah dia tidak akan percaya dan tetap Yelin akan menjadi sasarannya, aaaa sial, aku sudah terjebak dengan kata-kata ku sendiri, kenapa dia justru semakin menggila dan tak bisa diajak damai sih? Lalu sekarang aku harus bertanggungjawab dengan Yelin, karena ucapanku itu? Santa pastinya akan melakukan ide gila lagi yang akan membuatku menderita," oceh Raj dengan bayangannya yang ada di dalam cermin seraya jari telunjuknya menunjuk tepat di depan wajah bayangannya.
Terry yang tiba-tiba datang langsung menyahuti ucapan Raj tersebut. "Sebenarnya ucapan, Bos, itu tidak salah, Bos hanya ingin persahabatan utuh kembali, tapi Santa yang hatinya sudah membeku seperti batu, sudah tidak bisa dibujuk lagi bagaimanapun caranya, kini yang harus Bos lakukan adalah menghindarinya, kalaupun Santa mau mengajak perang, kita semua akan siap, Bos, jadi Bos jangan menyerah terus kepadanya, juga soal cewek yang bernama Yelin itu, kalau Bos tidak suka tidak usah dilanjutkan, nanti Santa juga berhenti sendiri, jadi itu semua tidak akan membahayakannya, kalau Bos teruskan, itu yang akan membahayakan nyawa, Bos sendiri."
Raj menoleh ke arah Terry yang tiba-tiba datang tanpa suara langkah kakinya, bagaikan hantu saja menurutnya. Ucapannya itu masuk akal juga, tapi tidak menjamin kalau Santa tidak akan menyentuh Yelin, justru Santa akan semakin memancing Raj lewat Yelin itu. Lagian Raj tidak akan tega membiarkan Yelin diganggu Santa terus, bagaimanapun ia harus bertanggungjawab atas perbuatannya yang sudah dibuat dan tak bisa diganggu-gugat itu.
"Membiarkannya? Sepertinya itu tidak mungkin, Terry, bagaimanapun Santa sudah mendekati Yelin dan sepertinya Yelin juga menjawab iya, pokoknya begitulah, ahhh aku harus bertanggungjawab karena semua ini berawal dari kesalahanku, jadinya aku harus melindungi si Yelin itu, apalagi kamu tau sendiri bagaimana sifat, Santa, sepertinya ada yang terus menggerogoti pikirannya juga," balas Raj yang terlihat masih ragu-ragu, tapi kali ini dia langsung memantapkan hatinya dalam satu tarikan nafas.
"Jadi ... Bos akan berpura-pura berpacaran dengannya? Apa Bos siap akan melindungi wanita yang tidak, Bos cintai? Sedangkan dulu, Bos pernah mencintai wanita dan hampir menikah dengannya, tapi langsung meninggal seketika di hadapan, Bos karena musuh kita yang lainnya. Bukannya, Bos, berjanji tidak akan berhubungan dengan wanita lagi?" Terry masih saja memprotes Raj karena tak terima, dia sungguh menjaga bos sekaligus sahabatnya itu.
"Hentikan! Jangan diingatkan, itu berbeda, sangat berbeda."