"Inilah hukuman kalau kau berani melawan diriku. Bersyukur aku tidak berniat untuk membunuhmu hari ini," kata Mr Salzburg begitu selesai menginjak tangan dari darah dagingnya sendiri. Pria itu benar-benar tidak memiliki rasa belas kasihan sedikit pun pada anaknya sendiri.
"Daripada Ayah terus menyiksa diriku, mengapa Ayah tidak membunuhku saja?" tanya Wina dengan suaranya amat begitu kecil. Bocah laki-laki benar-benar kuat, ia masih bisa berbicara padahal seluruh tubuhnya sudah habis babak belur.
"Kau masih bisa berbicara?" Mr Salzburg menatap anaknya tersebut dengan wajah yang terlihat sangat murka. "Berhenti mengoceh atau kau benar-benar akan mati di sini!" katanya mencoba memperingatkan.
Wina menggertakan giginya keras. Meskipun seluruh tubuhnya terasa sangat sakit, bocah itu sama sekali belum menyerah. "BUNUH AKU SEKARANG JUGA BAJINGAN!" teriaknya dengan sekuat tenaga.
"Kau ... hahaha ... lucu sekali. Jangan harap kau bisa mati dengan semudah itu. Semakin kau melawan, maka semakin kuat tali kekang yang telah kupasang di lehermu itu." Mr Salzburg menatap hina ke arah anaknya tersebut. "Tapi kalau kau tetap bersikeras ingin meminta kematian maka Ayah bisa memberikan kematian singkat untukmu." Mr Salzburg melepas ikat pinggangnya lalu mulai mencambuki tubuh anak laki-lakinya tersebut dengan liar.
"KYAAA ...." Wina menjerit kesakitan, air mata mengalir deras dari pelupuk matanya dan membasahi wajahnya yang sudah terlihat sangat kelelahan.
Tuhan mengapa, Engkau sekejam ini padaku? Aku ... benar-benar ingin mati sekarang, ucap Wina dalam lubuk hatinya yang paling dalam.
Mr Salzburg yang sudah terlanjur kalap, tidak henti-hentinya terus mencambuki darah dagingnya sendiri. Bahkan ketika, bocah laki-laki itu sudah hampir nyaris kehilangan kesadarannya, pria paruh baya itu justru berteriak seperti ini padanya, "Bangun kau anak sialan! Jika sebentar saja kau berani menutup matamu, maka kupastikan kau tidak akan pernah bernafas lagi!" teriak Mr Salzburg yang semakin menggila.
***
Ah sakit ... apa aku sudah mati? tanya Wina dalam hatinya. Bocah laki-laki sama sekali tidak bisa melihat apa pun selain warna hitam pada pandangannya.
GREP
Wina bisa merasakan ada seseorang yang memeluk tubuhnya dari belakang.
"Maafkan Ibu, karena Ibu tidak bisa melindungimu," ucap seorang wanita yang berusaha untuk menenangkan anaknya yang tampak terlihat kesakitan.
Wina yang mendengar suara itu langsung mengenalinya, dia tahu betul siapa pemilik suara itu. Suara yang terdengar sangat halus di telinganya itu merupakan milik Mrs Oceania. Mendengar suara tersebut membuat Wina seakan-akan ingin kembali menangis namun anehnya anak laki-laki itu nyaris tidak bisa mengeluarkan air matanya lagi dan bahkan untuk mengucapkan satu patah kata pun dia sudah tidak sanggup lagi.
"Jangan pergi ... Ibu tidak mau ditinggalkan sendirian, Wina pergi meninggalkan Ibu. Ibu sangat kesepian, Wina temani Ibu seperti biasa ketika bermain boneka. Wina adalah gadis kecil Ibu yang kuat," ujar Mrs Oceania yang tengah memeluk anak laki-lakinya itu dengan sangat erat. Meskipun mengalami gangguan kejiwaan dan menganggap anak laki-lakinya sebagai seorang perempuan. Bukan berarti naluri keibuan serta kasih sayang yang dimilikinya hilang begitu saja. Terbukti ketika wanita itu melihat tubuh anak laki-lakinya itu tidak bergerak sama sekali, wanita itu langsung merasa ketakutan setengah mati.
Aku juga ... aku tidak ingin kehilangan Ibu ... mengapa Ayah sangat jahat kepada kita berdua? Apa salah kita? tanya Wina dalam hatinya.
***
Meskipun telah berjuang sekuat tenaga, nyatanya Wina tidak bisa menghalangi kepergian Mrs Oceania. Mr Salzburg tetap mengirimkan istrinya itu ke rumah sakit jiwa. Dan semenjak itulah, Wina tidak pernah bisa bertemu dengan Mrs Oceania lagi. Wina juga selalu dikurung di dalam rumah dan akan selalu mendapat penyiksaan jika dia berani melawan Mr Salzburg. Dan semakin hari juga ada banyak luka fisik maupun mental yang diterima oleh Wina. Meskipun telah menerima banyak luka, Wina telah tumbuh menjadi seorang remaja laki-laki yang kuat.
Delapan tahun telah berlalu dan Wina yang kini telah berusia 14 tahun ingin menjemput kembali Mrs Oceania dari rumah sakit jiwa. Setelah menanti selama depalan tahun, Wina merasa sangat bahagia begitu hari ini telah tiba. Namun sayangnya, kebahagiaannya itu tidak bertahan lama karena ketika dirinya sampai di rumah sakit jiwa untuk menjemput ibunya, Wina mendapati satu fakta baru, bahwa kini dirinya tidak akan pernah bisa bertemu kembali lagi dengan wanita yang telah melahirkan dirinya ke dunia ini, untuk selama-lamanya.
BRUAK
Wina melemparkan meja ke arah Mr Salzburg dan membuat berkas-berkas yang terletak di atas sana jatuh bersebaran ke bawah lantai.
"Selama ini aku selalu menuruti keinginanmu. Tapi kau malah mengkhianatiku. Delapan tahun aku menunggu untuk membawa Ibu kembali ke rumah ini tapi kau mengingkari janjimu padaku! Bajingan kau iblis sialaaaaan!" jerit Wina seperti orang kesetanan. Tentu saja remaja itu merasa terkhianati oleh ayah kandungnya sendiri. Bertahun-tahun, Wina selama ini selalu hidup penjadi seorang anak penurut, bahkan beberapa tahun terakhir ini juga dia bahkan membantu pekerjaan ayahnya tersebut.
Mr Salzburg menghela nafas. Dia menatap datar ke arah anaknya tersebut dengan tatapan yang terlihat seolah-olah tidak bersalah. "Huft, kau tidak perlu sampai semarah itu. Percuma saja hasil belajarmu selama bertahun-tahun itu, kalau sekarang kau tidak bisa mengendalikan emosimu." Mr Salzburg terlihat sangat begitu tenang.
Jika saja Wina membuang akal sehatnya, mungkin saja remaja laki-laki itu sudah langsung membunuh pria arogan yang duduk di depannya saat ini.
"Aku sangat ingin membunuhmu tapi aku tidak bisa melakukannya. Katakan padaku, mengapa kau tidak pernah memberitahukan mengenai kematian Ibu padaku!" Sebisa mungkin Wina masih berusaha untuk mempertahankan akal sehat miliknya yang kian menipis.
Mr Salzburg tersenyum mengejek. "Hanya karena wanita gila itu, kau kembali menjadi lemah? Menyedihkan ... apa gunanya kau sudah belajar sampai sejauh ini? Kau terlihat sangat mengecewakan."
Wina yang sudah tidak tahan mendengar ocehan Mr Salzburg langsung menarik kerah baju dari pria tersebut dengan sangat kuat. "Aku bersumpah akan mengirimkan dirimu ke neraka dengan cara paling menyakitkan yang pernaha ada di muka bumi ini!" ucapnya penuh penekanan.
"Hahaha ... pintar mengoceh ya rupanya kau sekarang. Astaga, kau tidak menyadari meskipun kau sudah belajar banyak dariku, kau itu hanyalah bayi kecil yang terlalu keras kepala. Ingat kau itu hanyalah seorang anak yang baru memasuki usia remaja, kau itu bukan siapa-siapa tanpa kehadiranku. Hanya akulah yang bisa mengontrol dirimu dan membuat kehadiranmu diakui oleh orang lain." Mr Salzburg menatap tajam ke arah remaja laki-laki tersebut. Pria itu bisa merasakan kebencian yang begitu luar biasa terlihat menguar dari tubuh anak laki-lakinya tersebut.