webnovel

Himura Kazune

"Kaa-san lihat, monster itu menyerang orang orang!!!"

terdengar suara anak laki laki dengan antusias melaporkan apa yang dilihatnya pada ibunya,

"Ara~, Kazune, kau sepertinya tidak takut monster itu akan menyakiti mereka?"

"Tentu saja, karena Kamen Knight akan datang menyelamatkan mereka!!!" seru Kazune bersemangat.

mengelus kepala Kazune, ibunya lalu bertanya,

"Kazune suka dengan Kamen Knight?"

"Un!!!" tanpa pikir panjang Kazune mengangguk, mendengar jawaban Kazune, ibunya tersenyum, memeluk anaknya lalu dia berkata,

"Ibu sayang padamu, Kazune."

-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+

"Kazune, apa kau benar benar tidak mau ikut main?"

menggelengkan kepalanya, Kazune lalu menjawab dengan rasa bersalah,

"Maafkan aku..."

"Tch, biarkan saja dia, paling dia takut kalah~"

"Mungkin dia harus mengurus ibunya?"

"Hahahaha, aku penasaran kenapa ibunya sakit sakitan."

"Kata ibuku, Ibu Kazune itu nakal makanya sakit sakitan"

"Nakal? seperti kita?"

"Pfft, Ibunya sudah dewasa tapi masih nakal"

"Hahahahahahah!!!"

-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+

"Jadi apa cita citamu Kazune-kun?"

"Aku ingin jadi Kamen Knight!!!"

Jawab Kazune dengan lantang, menjawab pertanyaan dari gurunya.

"Hahahahaha, dia bilang mau jadi Kamen Knight!!!"

"Kamen Knight kan tidak nyata, mana mungkin kau bisa jadi Kamen Knight."

"Dia bisa!!! Kalian tidak boleh menertawakan Kazune!!!"

"Wow~, si maniak Bruce Lee membela maniak Kamen Knight"

"Mereka benar benar serasi hahahaha"

-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+

"Anak liar seperti itu seharusnya diajari dengan baik, bukannya dibiarkan saja."

"Hmph, bagaimana bisa mengajari anaknya, Ibunya saja lebih parah dari anaknya."

Mendengar dua orang yang sejak tadi menghina ibunya, Kazune geram dan tanpa sadar mengepalkan tangannya, saat dia hendak mengambil batu dan melempar mereka, sebuah tangan mengelus kepalanya.

"Kaa-san..."

"Ini bukan salahmu, ayo kita pergi~" Ibu Kazune tersenyum lalu menarik tangannya.

"Un!!!"

-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+

"Kazune, untuk apa kita mengumpulkan kumbang tanduk sebanyak ini?"

mengambil buku yang tergeletak ditanah, Kazune lalu menjawab,

"Kita jual."

"Kenapa?"

"Aku butuh uang"

Sambil sesekali membaca buku yang ditemukannya, Kazune lalu melihat kumbang disebuah pohon.

"Agen Flash, target terlihat, diminta untuk segera mempersiapkan proses penangkapan."

"Apa yang kau lakukan?"

"Supaya kita tidak bosan."

"Oohhh..."

setelah hari mulai sore, Kazune lalu membagi hasil tangkapannya dengan anak yang menemaninya.

"Ini bagianmu"

"Tidak perlu, aku tidak punya tempat untuk kumbang sebanyak itu, nanti ibuku membunuhku, lagipula kau lebih butuh mereka daripada aku."

"Ok, ah, bisakah kau bilang pada ibuku kalau aku akan pulang terlambat?"

"Tentu, tapi kau mau kemana?"

"Mengembalikan barang."

jawab Kazune sambil melambaikan buku yang ada ditangannya.

-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+

"Kazune-kun, bisakah aku titip belanjaan padamu?"

"Un! tentu saja, nenek hanya perlu memberikan catatannya padaku!"

menepuk dada, Kazune menjawab dengan wajah bersemangat,

"Ara~, terima kasih Kazune-kun, ini catatan belanjaannya dan ini uangnya, sisanya bisa kau ambil,"

mengangguk Kazune lalu mengambil catatan dan uang tersebut, dan bergegas pergi.

"Oi! Kazune, tunggu aku!"

"Flash! ada apa?"

mendengar perkataan Kazune, anak itu lalu dengan terburu buru menutup mulutnya,

"Bodoh! berhenti memanggilku dengan sebutan itu! aku punya nama tau!!"

"Ehhh... tapi larimu sangat cepat seperti Flash, jadi bukankah panggilan itu cocok untukmu?"

tidak menyangka akan dipuji Kazune, anak itu tertawa sambil mengusap kepalanya,

"Hehehe, begitukah?"

namun saat dia melihat kearah Kazune, dia melihatnya tersenyum nakal, menikmati betapa gampangnya dia dibodohi.

"Kazune! kau mempermainkanku!!"

teriak anak itu dengan marah, Kazune hanya tertawa melihat tingkahnya.

"Lupakan itu, apa kau mau pergi belanja lagi?"

"Un" Kazune mengangguk sambil terus berjalan menuju pertokoan.

"Ehhh?! ini sudah yang kelima kalinya kau pergi belanja! ayo kita main saja!!"

"Tidak Flash, aku harus melakukan ini untuk bisa membeli mainan ditoko itu," dengan wajah serius Kazune menjawab anak itu.

"Kau ini... baiklah aku juga ikut!!!"

melihat dia berhasil membodohinya, Kazune bernapas lega,

'Tidak mungkin aku bilang padamu lagi kalau aku bekerja untuk membantu ibuku, terakhir kali aku memberitahukannya padamu, entah bagaimana ibuku jadi tau dan berakhir memarahiku.'

-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+

"Paman, bisakah kau mencarikan aku informasi tentang apapun yang tertulis dikertas itu?"

Membaca apa yang tertulis disana, pria dengan kimono itu menjawab,

"Nak, ini permintaan yang mudah, tapi boleh aku tahu kenapa?"

"Ibuku tidak mau memberitahuku."

mendengar jawaban Kazune, paman dengan kimono itu tertegun sejenak, menepuk pundak Kazune lalu berkata,

"Apakah kau yakin? mungkin ibumu tidak ingin kau tahu tentang ini sekarang."

"Aku tidak tahu harus bagaimana membantu ibuku kalau tidak tahu masalahnya,"

melihat Kazune yang melihatnya dengan serius, paman dengan kimono itu tersenyum kecil lalu mengelus kepalanya,

"Baiklah, sekarang ikuti aku"

-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+

"Ini...." melihat cuplikan didepannya, *Kazune* tahu kalau ini bukan ingatan miliknya.

"Ingatan pemilik tubuh ini sebelumnya?"

"Kau benar itu ingatanku." melihat orang yang tiba tiba muncul didepannya, *Kazune* terkejut,

"Himura Kazune..."

benar, yang muncul didepanku adalah pemilik tubuh ini sebelumnya ,Himura Kazune yang sebenarnya,

"Bukannya kau..."

"Ya, aku sudah mati. setidaknya itu yang kupikirkan, tapi entah bagaimana aku terjebak disini." menjawab *Kazune* dengan nada datar, Kazune juga sepertinya tidak tahu kenapa kita terjebak disini.

melihat sekeliling, *Kazune* mendapati bahwa mereka berdua duduk disofa berwarna biru dengan meja berisi minuman dan juga cemilan kecil, melihat kebelakang, *Kazune* melihat jendela yang pemandangan luarnya penuh dengan kabut.

'Dimana aku pernah melihat tempat ini?'

"Dari yang kutebak, kita sekarang berada dalam limosin."

setelah *Kazune* mendengar jawaban Kazune, dia tersadar kalau tempat ini adalah Velvet Room dari Persona 4.

'Berarti sekarang aku dan Kazune berada di alam bawah sadar kita berdua'

"Na, Xion, boleh aku memanggilmu begitu?"

Xion mengangguk, Kazune lalu tersenyum dan bertanya,

"Untuk membuang waktu, mau mendengar ceritaku? mungkin akan lebih jelas daripada hanya melihatnya dari layar itu."

Xion mengangguk lagi, melihat Xion setuju Kazune tersenyum, bersandar disofa, dia lalu menarik napas panjang sambil menutup matanya,

"Ehto... bagaimana aku harus memulainya ya?"

dia membuka matanya sambil mengusap samping kepalanya, bingung bagaimana dia harus memulai ceritanya.

"Bagaimana kalau kau memperkenalkan dirimu dulu?"

mendengar saran Xion, Kazune seperti mendapat pencerahan,

"Benar! aku akan memperkenalkan diriku dulu!"

melihatnya yang menjadi bersemangat, Xion menahan rasa ingin tertawa,

'Kontras antara sikap dan wajahnya benar benar jauh, apa ini gap moe?'

Kazune lalu mengakhiri pikiran Xion dengan suara dehemannya dan mulai bercerita.

"Namaku Himura Kazune, umur 15 tahun, ibuku..."

berhenti sejenak Kazune, lalu melanjutkan,

-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+

-----Himura Kazune's Pov-----

"...Himura Ryoko, adalah wanita paling hebat diseluruh dunia."

"Aku bercita cita menjadi Kamen Knight, karena ibuku selalu tersenyum, setiap kali aku memberitahunya kalau aku ingin menjadi Kamen Knight saat aku sudah besar nanti.

Aku lahir dan dibesarkan seorang diri oleh ibuku, walaupun sulit dan menjadi bahan ejekan orang..., Ibuku tetap melakukannya sambil tersenyum," menutup mata, aku tersenyum mengingat senyuman ibu.

Xion terkejut, sadar entah bagaimana ingatan milikku masuk kedalam ingatannya dan bergabung menjadi satu. lalu aku melihat titik cahaya terbang dari tubuhku yang mulai bersinar.

"Kazune, kau..."

"Sepertinya aku benar..., aku harus mewariskan ingatanku padamu untuk bisa pergi menemui ibuku." tertawa pelan aku lalu melanjutkan cerita,

"Ibuku selalu sakit selama yang aku tahu, tapi dia tetap memaksakan dirinya untuk bekerja demi menghidupiku. tapi ada saat dimana dia terlalu memaksakan diri dan harus tinggal dirumah karena kelelahan.

Aku yang saat itu masih kecil harus melupakan yang namanya bermain untuk mengurus ibuku, membuat anak anak lain mulai menjauhiku dan mengejek ibuku, karena sangat lemah dan menyusahkan anaknya.

Pada awalnya, Aku tidak menghiraukan mereka, tapi semua itu berubah, saat aku mendengar ibuku meminta maaf dalam tidurnya karena dia terus merepotkanku.

Aku menangis saat itu, 'Ini bukan salah Ibu' itu yang kupikirkan sambil mengelus pipinya. namun suara ibuku yang meminta maaf terus bergema dikepalaku, membuatku penuh dengan amarah.

Keesokan harinya, aku menemui semua anak yang mengolok olok ibuku, menghajar mereka walau aku harus melawan semuanya sekaligus.

Aku pulang dengan penuh luka sore itu, membuat ibuku histeris, aku langsung memeluknya dan seperti mengerti apa yang baru kulakukan, ibu membalas memelukku,

"Kazune, melawan monster hari ini?" tanya ibuku dengan lembut, sambil mengelus rambutku.

membenamkan kepalaku diperutnya, aku mengangguk,

"Walaupun mereka ada banyak aku menang."

Terus mengelus kepalaku, Ibu berkata,

"Sepertinya Kamen Knight menyelamatkan manusia 'pertama'nya lagi hari ini"

"Un!!!" Anggukku dengan keras, 'Aku menyelamatkan ibu,' Batinku dalam hati.

Saat itu juga, aku mulai bertingkah seolah olah aku adalah Kamen Knight.

mulai dari menolong kucing yang tersangkut dipohon, kupu kupu yang terjebak dijaring laba laba, aku bahkan menolong anak perempuan yang diolok olok karena dia ingin menjadi seperti Bruce Lee dan juga menolong anak laki laki yang juga berkelahi dengan anak lain karena mereka mengolok olok ibunya.

Namun tanpa kusadari, selagi aku sibuk dengan kegiatanku berpura pura menjadi Kamen Knight, keadaan Ibuku semakin melemah, ibu semakin banyak berbaring ditempat tidur, membuatnya tidak dapat bekerja, keuangan kami makin buruk, ibu terlihat murung setiap hari dan mulai memarahiku karena hal hal sepele,

'Mungkin karena makanan yang ibu makan tidak enak, jika aku membelikan makanan enak, ibu pasti akan merasa lebih baik,'

dengan pikiran itu, aku mulai bekerja sepulamg sekolah, mulai dari membantu tetangga membeli belanjaan, membersihkan halaman, membantu menjaga anak kecil, bahkan menangkap kumbang tanduk saat musim panas untuk kujual.

Ibu pernah memarahiku saat tahu aku bekerja dan melarangku untuk melakukannya lagi, tapi untuk hal ini saja, aku tidak akan mematuhinya. karena sejak aku membelikan sesuatu untuk ibu, senyumannya kembali dan dia tidak murung lagi setiap hari.

semua itu berubah saat musim dingin tiba, seperti terpengaruh oleh suhu dingin saat itu, ibu menjadi murung kembali...., tidak, itu lebih buruk, ibu, mulai berhenti bicara, aku terus mencoba memberikan ibu sesuatu namun reaksinya hanya menatapku sebentar, meletakan yang kuberikan padanya keatas meja lalu masuk kekamarnya.

Suatu malam aku terbangun mendengar suara dari kamar ibuku,

"Maafkan ibu, Kazune..."

didepan pintu kamar ibu aku mengepalkan tanganku, 'Aku pasti akan menemukan pelakunya,' lalu aku kembali kekamarku.

Berhari hari aku mencari informasi, tentang siapa yang membuat ibuku sedih seperti itu, namun hasinya nihil.

beberapa hari kemudian saat aku sedang membersihkan kamar ibu, aku menemukan kertas yang sudah diremas remas dibelakang pintu, mengembalikan kertas itu seperti semula, aku mulai membacanya, tidak mengerti informasi yang tertera diatasnya, aku lalu pergi ke paman yang biasa memakai kimono, untuk menanyakan tentang sesuatu yang tertulis dikertas itu.

biasanya paman itu bercerita padaku tentang masa mudanya yang jujur saja aku tidak terlalu paham, tapi dia adalah orang pertama yang memberiku uang lebih, saat dia tahu aku menggunakan uang hasil kerjaku untuk memberi hadiah untuk ibuku, jadi aku mempercayainya.

selesai mengutarakan niatku, paman itu lalu mengajakku masuk keruangannya, mengambil telpon diatas meja, dia lalu menghubungi seseorang, setelah mengobrol cukup lama, dia lalu meletakkan telponnya. menghela napas, dia melihat kearahku,

"Kazune, setelah aku memberitahukan arti tulisan dikertas itu padamu, aku ingin kau tidak melakukan hal bodoh, berjanjilah padaku sekarang." mendengar nada serius dari paman berkimono, aku lalu berjanji untuk tidak melakukan hal bodoh saat aku mengetahuinya.

dalam perjalanan pulang, aku terus menundukkan kepalaku.

setelah mendengar penjelasan paman berkimono, aku sadar bahwa penyebabnya adalah aku. yang membuat ibu sakit sakitan dan terus dicela orang karena rumor yang beredar adalah aku, yang membuat ibu harus merasakan sakit yang semakin menjadi tiap harinya juga adalah aku,

'Selama ini pelakunya adalah aku,'

melihat keatas, aku memutuskan,

'Jika ini semua karena aku, maka aku juga yang harus menghentikannya, aku akan menyembuhkan ibu!!!'

aku pulang dengan tujuan yang baru malam itu, aku mulai belajar dengan giat, bahkan saat kekamar mandi aku membawa buku, karena sudah memutuskan untuk menyembuhkan ibu, aku harus menghasilkan banyak uang atau cukup pintar untuk mengobati ibuku sendiri.

mungkin karena terpengaruh olehku, ibu juga mulai tersenyum kembali, kupikir semuanya akan baik baik saja sampai hari itu, hari seseorang memberitahukanku kalau ibuku dilarikan kerumah sakit karena terpeleset.

sesampainya aku dirumah sakit, aku melihat ada polisi didepan ruangan ibuku. dia memberitahuku bahwa ibu terpeleset karena mengejar berandalan yang mencuri tasnya, setelah itu dia menyerahkan tasnya padaku.

Aku ingin membantingnya kelantai, tapi aku tidak bisa, lalu aku mulai memeriksa isi tas itu, aku tidak menemukan uang yang banyak didalamnya, tidak sampai seribu yen, aku tahu benar ibu tidak pernah membawa uang dalam jumlah besar ditasnya untuk menghindari hal hal seperti ini, aku heran kenapa ibu sampai nekat mengejar orang yang mencuri tasnya.

Setelah memeriksa dengan teliti, aku menemukan sebuah kotak kado dan handphone tua didalamnya, membuka kadonya itu berisi kalung dengan liontin berbentuk sayap dan juga sebuah kartu yang berisi ucapan selamat ulang tahun untukku,

"Kaa-san..." aku menangis setelah membaca kartu itu, mengusap liontin hadiah ibu, aku kembali menaruhnya ke dalam kotak. mengambil handphone tua disebelahnya aku lalu mulai mengutak atiknya dan menemukam alarm yang disetel untuk berbunyi dipertengahan Februari, dengan catatan 'Lihat Memo :)'.

Saat aku ingin membuka aplikasi memo dihp itu, seorang dokter keluar dari ruangan ibu dan menyuruhku masuk,

"Nak..., kau masuklah dan temui ibumu, dalam keadaannya yang sudah seperti ini, hanya kau yang bisa membuat keajaiban dan membuatnya bangun." menepuk pundakku, dokter itu lalu mendorongku masuk.

disana aku melihat ibuku terbaring tenang ditempat, dia terlihat hanya seperti sedang tidur,

"Kaa-san..., kau tahu banyak hal yang ingin kukatakan padamu..."

berusaha tersenyum, aku lalu mengenggam tangan ibu,

"Eto.... sebelumnya kau melarangku untuk bekerja, kan? coba tebak~ aku masih melakukannya sampai sekarang, hehe..."

menghapus air mata yang tanpa sadar jatuh, aku lalu melanjutkan,

" Kaa-san.., kau ingat saat kita pergi ketaman bermain? aku berbohong soal tidak ingin makan es krim, lain kali kita kesana lagi dan makan es krim, ok?"

mengelus wajahnya, aku lalu melihat layar yang menunjukkan detak jantungnya yang makin lemah,

"Kaa-san! ini bukan waktunya tidur! kau berjanji akan melihat film bersamaku, kau ingat??"

dengan nada putus asa, aku lalu memeluk tubuh ibu dan tanpa sadar membasahi bahunya dengan air mata,

"Jangan seperti ini..., Kaa-san"

"Kazune...." mendengar suara ibu yang lirih, aku langsung mengangkat wajahku, melihat ibu tersenyum kearahku tapi matanya entah kenapa seperti melihat hal yang lain.

"Kazune..." ibu mengangkat tangannya ingin menyentuhku, aku lalu mengambil tangannya dan meletakkannya dipipiku,

"Kaa-san..." berusaha tersenyum sekuat yang aku bisa, aku mengelus tangannya yang ada dipipiku,

"Kue strawberrynya enak, Kazune?" tanya ibu, aku terdiam sejenak lalu mengangguk,

"Un!! sangat enak!!! itu kue paling enak yang penah kumakan!!!" mendengar jawabanku, ibu tersenyum,

"Ibu ingin beli kue coklat yang mahal, tapi uang ibu tidak cukup, Kazune tidak marah dengan ibu, kan?"

"Tidak, sama sekali tidak, Kaa-san memilih dengan benar, karena aku benci coklat, aku lebih suka strawberry,"

"Kazune, bisakah kau memeluk ibu?"

"Un..." aku kembali memeluk ibuku, ibu lalu meletakkan tangannya diatas kepalaku dan mulai mengelus rambutku,

"Kazune...., selamat... ulang tahun..., ibu... sayang padamu..." setelah itu tangan ibu berhenti bergerak, suasana menjadi sunyi, yang terdengar hanyalah suara statis dari layar yang menunjukan garis putih dan suara tangisanku diruangan itu.

Semuanya berubah sejak hari itu, setiap bangun dari tidur, mengingat ibu sudah tiada, aku memulai hari dengan menangis, beberapa orang mencoba untuk membantuku tapi aku mengabaikan mereka.

setelah lulus SD, aku memutuskan menitipkan rumah peninggalan ibuku pada sebuah sekolah dengan perantara paman berkimono.

berpesan bahwa mereka boleh menggunakannya untuk apa saja, asalkan mereka tidak mengubah dan merusak rumah tersebut, lalu aku meninggalkan kota, melarikan diri dari tempat yang membuatku ingat akan kepergian ibu.

berbulan bulan tak tentu arah, tiba tiba aku mendengar alarm dari sakuku, melihat hp peninggalan ibu berbunyi aku teringat dengan memo didalamnya, mematikan alarm, aku lalu membuka memo yang ada dihp ibu.

-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+

{Untuk Kazune,

Jika Kazune membaca ini, mungkin ibu sudah meninggal, Ibu tahu ini berat untuk Kazune, tapi ibu harap Kazune dapat menjalani hidup dengan baik bahkan tanpa ibu.

Kazune, ibu tahu kau mungkin akan menyalahkan dirimu sendiri karena mempercepat kematian ibu.

ibu akan marah jika kau melakukan itu, jika aku ada disana aku pasti mengkarate kepalamu.

jangan salahkan dirimu karena kematian ibu. karena, itu adalah pilihan ibu.

Kau tahu, ibu tidak pernah berpikiran untuk memiliki anak. penyakit ibu membuat ibu kehilangan semangat untuk hidup sambil menunggu tanggal kematian ibu.

semua itu berubah, saat ibu tahu ada kehidupan yang tumbuh dalam tubuh.

ibu tidak pernah memohon dalam hidup ibu, namun untuk pertama kalinya saat itu, ibu memohon.

mengenggam liontin yang diberikan seseorang yang tidak bisa ibu ingat, ibu memohon,

'Aku ingin dapat bertemu dengan anakku'

Ibu tahu ini kedengarannya bodoh tapi entah bagaimana, ibu dapat mengingat orang yang memberikan ibu liontin mengatakan,

"Liontin ini bisa mengabulkan 3 keinginan, walaupun tidak semuanya dapat dikabulkan. kita akan segera bertemu lagi, saat kau sudah menggunakan keinginan terakhir"

ibu sedikit tidak percaya dengan omongan orsng itu tapi hanya itu satu satunya harapan ibu saat itu, karena saat mengetahui ibu akan memiliki seorang anak, ibu tidak bisa menahan rasa bahagia dalam diri ibu dan ingin memastikan agar anak ini dapat lahir dan segera bertemu dengannya.

setiap harinya sangat sulit untuk ibu namun semuanya terbayarkan saat ibu melihat wajah kecilmu.

melihat Kazune tumbuh dengan cepat membuat hati ibu sangat bahagia. namun suatu hari penyakit ibu kambuh dan membuat ibu sadar bahwa ibu sewaktu waktu mungkin akan meninggalkanmu. ibu tidak rela lalu ibu mengingat liontin itu memegangnya lalu kembali membuat permohonan,

'Aku ingin penyakitku sembuh'

setelah itu ibu merasa lebih baik, tersadar bahwa liontin itu benar benar mengabulkan keinginan ibu, ibu senang sekali lalu dengan bersemangat pergi ke rumah sakit untuk melakukan tes.

namun hasilnya tidak seperti yang ibu harapkan. penyakit ibu tidak sembuh tapi perkembangannya menjadi sangat lambat, ibu merasa sedikit kecewa tapi ibu juga senang karena ternyata liontin itu sungguhan dapat mengabulkan permintaan walaupun tidak seperti yang ibu bayangkan namun itu cukup.

Suatu hari Kazune tiba tiba demam dan tidak kunjung membaik, karena khawatir ibu lalu membawamu ke rumah sakit.

Setelah menunggu cukup lama, dokter keluar dan memanggil ibu ke ruangannya, dokter lalu menjelaskan kalau kau mewarisi penyakit ibu.

mendengar itu rasanya seperti cahaya dalam hidup ibu lenyap seketika, membayangkan kau akan menderita seperti ibu, ibu merasa seperti hati ibu disayat sayat. setelah itu ibu pergi menuju kamarmu, melihat wajahmu ibu tidak bisa membayangkan bagaimana kau akan menderita karena penyakit itu.

saat sedang menangis, ibu teringat liontin itu, namun mengetahui itu tidak bisa menyembuhkan penyakit ibu, ibu menjadi putus asa lalu ibu terpikir,

'Jika aku mencabut keinginanku...'

lalu aku berlutut disamping tempat tidurmu dan memohon,

'Kumohon cabut permintaanku...., lakukan apapun untuk bisa menyelamatkan Kazuneku dari penyakit itu,'

menangis sambil mengutarakan permohonan terakhir ibu namun ibu tidak menyesali apapun.

karena, Kazune adalah satu satunya cahaya dalam hidup ibu, kalau kau tidak lahir didunia ini, mungkin ibu akan memilih mengakhiri hidup ibu dari dulu karena penyakit ibu.

tapi Kazune membuat ibu bertarung selama hampir 12 tahun, ibu dapat hidup lebih lama karena ada Kazune yang selalu menemani dan menyelamatkan ibu, Kazune adalah Kamen Knight ibu!!!

esok harinya kau sadar, membuat ibu sangat senang dan menyuruh dokter untuk segera memeriksamu, membuat dokter tercengang bagaimana penyakitmu bisa hilang dalam semalam.

sebelum pulang, ibu melakukan tes untuk memeriksa penyakit ibu, mengetahui kalau waktu ibu mungkin hanya sekitar 3 bulan, ibu menangis karena tidak bisa melihat Kazune lulus dari SD tapi ibu tidak menyesal karena sebagai gantinya Kazune tidak perlu hidup menderita karena penyakit ibu.

musim dingin datang dengan cepat, ibu mulai merasakan tubuh ibu yang makin melemah.

Ibu menjadi sangat khawatir dan takut, membuat ibu sering memarahimu dan mulai takut melihatmu karena saat melihat senyuman Kazune ibu merasa ingin menangis, takut jika senyuman itu akan hilang saat ibu pergi.

lalu Kazune berubah menjadi sangat giat belajar, ibu tidak tahu apa yang terjadi saat itu dan mengabaikannya. hingga malam itu ibu mendengar Kazune berbicara dalam tidumu,

"Aku akan menyembuhkan ibu... jadi kumohon...tersenyumlah..."

ibu tertegun lalu mengusap kepalamu,

"Ibu akan tersenyum untuk Kazune... jadi ibu mohon.... kalau ibu pergi.... Kazune akan tetap tersenyum..."

mengatakan itu sambil terisak isak, ibu lalu tidur sambil memelukmu.

Ibu berharap cerita ibu bisa menggambarkan betapa berharganya Kazune untuk ibu, jadi jangan tenggelam karena kesedihan setelah kepergian ibu, Ibu ingin kau hidup dengan bahagia bahkan setelah ibu pergi.

... kau tahu ibu berharap dapat terus menemani Kazune, tapi ibu hanya bisa menemanimu sampai disini, aku sangat berharap kau tidak perlu membaca memo ini seumur hidupmu, karena itu berarti ibu masih menemanimu.

tapi, jika kau membaca memo ini, hanya satu hal yang ingin ibu sampaikan padamu, ibu selalu ingin mengatakan ini sejak kau mengatakan ingin menjadi Kamen Knight,

Kazune itu lebih hebat daripada Kamen Knight, karena bahkan tanpa topeng dan kekuatan super, kau dapat menyelamatkan ibu, ibu yakin Kazune akan menyelamatkan lebih banyak orang lagi. karena ibu percaya, Kazune terlahir untuk menyelamatkan banyak orang.

Sampai akhir, Ibu sangat sayang padamu, Kazune.

Hiruma Ryoko}

-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+

"Kaa-san..." menggelengkan kepala, aku lalu menghapus air mataku dan memutuskan untuk menyelamatkan lebih banyak orang,

'Karena aku terlahir untuk menyelamatkan banyak orang.'

mengulangi kalimat ibu dalam pikiranku, aku tersenyum lalu memulai perjalananku menjadi Black Fox.

-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+

"Lalu bagaimana kau bertemu Sojiro?"

"Ah, aku bertemu dengannya sehabis mengunjungi rumah ibuku. sepertinya sudah 2 tahun belakangan ini rumah itu menjadi asrama bernama Sakurasou. lalu aku melihat sekelompok berandalan menanam Morgana ditanah dan melemparinya dengan batu, aku menghajar mereka dan menyelamatkan Morgana. saat mereka hendak menggunakan senjata, Sojiro datang dan berkata, dia sudah memanggil polisi dan mereka akan segera datang, setelah itu mereka melarikan diri. aku lalu berbincang dengan Sojiro yang berakhir dengan dia mengajakku tinggal dicafe miliknya jika aku tidak punya tempat tinggal. mengingat aku harus mencari paman berkimono yang menjadi saksi saat aku menitipkan rumahku pada sekolah untuk mengambil hak milik Sakurasou aku pun langsung setuju."

selesai dengan penjelasannya Kazune lalu, mengambil teh untuk membasahi tenggorokannya yang kering setelah bercerita panjang lebar tentang masa lalunya pada Xion.

"Jadi apakah kau sudah mengambil hak milikmu atas Sakurasou?"

"Aku sudah memgambilnya, jadi aku bisa memutuskan untuk tetap menjadikannya asrama dan mengambil uang sewa dari mereka atau mengusir mereka, tapi aku belum memutuskan karena belum bertemu penghuninya."

Xion bernapas lega mendengarnya, karena kalau Sakurasou tidak ada, plot cerita Sakurasou tidak akan pernah dimulai,

"Oh ya, Kazune, apa alasan kau sampai mati dilorong gelap?" Xion penasaran apa yang terjadi sebelum jiwanya pindah ke tubuh Kazune.

"Berandalan sama yang mengubur Morgana menemukan cafe Sojiro, berpikir mereka harus menghancurkannya untuk memberi pelajaran padanya. tentu saja kuhentikan, karena akulah yang membuatnya terlibat masalah. setelah menghajar mereka sampai babak belur, aku bermaksud untuk meninggalkan mereka namun karena ceroboh, seorang dari mereka berhasil memukulku dengan pipa dikepala, tentu saja, aku menghajarnya lagi. tapi setelah mereka pergi, aku langsung tak sadarkan diri. dan saat sadar, aku sudah terjebak ditempat ini sampai kau datang."

mendengar kalau kepala Kazune dihantam pipa, Xion merinding lalu berpikir bagaimana luka fatal dikepalanya bisa hilang,

'System pasti melakukan sesuatu pada luka yang mengancam nyawaku, sebelum memindahkan jiwaku ke tubuh Kazune,'

"Hmmm, sepertinya waktu kita cukup sampai disini saja Xion," melihat tubuh Kazune semakin bersinar dan mulai transparan, Xion merasa seperti akan kehilangan sesuatu yang penting, mungkin karena ingatannya dan ingatan milik Kazune tergabung jadi satu, ikatan diantara mereka berdua menjadi sangat kuat.

"Kazune..., kau tidak ingin menyampaikan sesuatu sebelum kau pergi?"

"Aku ingin cepat cepat bertemu ibu, untuk menceritakan pengalamanku setelah dia pergi, tapi, sepertinya aku juga harus mengatakan sesuatu sebelum aku pergi seperti ibuku."

berpikir sejenak, Kazune lalu berkata,

"Untuk Sojiro, sampaikan padanya, kalau dia harus berhenti menyuguhkan kare setiap kali menawarkan orang lain makanan, walaupun rasanya enak orang akan bosan jika dia terus melihat kare dipiringnya.

ah, dan untuk Isshiki-san, bilang agar berhenti memintaku jadi anaknya, ibuku cuma satu Hiruma Ryoko!!! aku heran kenapa wanita itu tetap bersikeras walaupun aku sudah menolaknya berkali kali....."

Aku kaget ketika tau ibu Futaba masih hidup, ini benar benar berbeda dengan yang terjadi dianimenya,

'Sepertinya aku tidak boleh berpatokan pada plot didunia ini,'

mendengar Kazune mulai mengeluh tentang ibunya Futaba, Xion lalu mendehem,

"Kazune, waktu kita tidak banyak."

"Hmmm, kau benar, ok, sampaikan ini pada Futaba, dia menjengkelkan aku tidak suka berurusan dengannya, tapi jika dia menghilangkan sikap keras kepalanya itu maka aku ingin kesempatan menjadi kakaknya"

lalu Xion mengangguk setuju untuk mennyampaikan pesan Kazune.

"Xion, kau juga merasakannya bukan?" Kazune lalu tersenyum kepada Xion,

"Hah?"

"Ikatan diantara kita bodoh, ini rasanya seperti aku akan berpisah dengan ibuku waktu itu, seperti akan berpisah dengan keluargaku..."

mendengar perkataan Kazune, Xion menghela napas,

"Kau bisa tinggal disini kau tahu, kita bisa berbagi tubuh,"

"Tidak, terima kasih, walaupun itu tawaran yang menggiurkan aku lebih memilih bertemu ibuku, melihat Futaba dan ibunya membuatku makin merindukannya,"

'Dia selalu tersenyum lembut seperti itu tiap kali membicarakan ibunya, apa dia mothercon?'

"Xion, jaga rumahku dan ibu dengan baik, dan lakukan sesuatu tentang memorimu itu, aku bosan melihatmu terjebak dikamar sempit seperti itu!!!"

'Sikapnya mulai mirip ibunya saat bersemangat'

Xion hanya bisa mengangguk kaku mendengar nasihat Kazune,

"Selamat tinggal, Xion! gunakan tubuhku dengan baik, buatlah kenangan indah, agar saat kita bertemu lagi kau bisa menceritakan kisahmu padaku, aku juga akan mengenalkanmu pada ibu kita!"

"Ibu kita?"

"Un! karena kau ada ditubuhku mulai sekarang, tentu saja ibu kita otomatis adalah orang yang sama, karena tubuh itu lahir dari ibuku tentu saja dia juga jadi ibumu."

tertegun mendengar logika Kazune, Xion hanya bisa tersenyum. Kazune lalu melambaikan tangannya,

"Sampai jumpa, Xion, aku tak sabar ingin bertemu dengan ibu!!!!"

-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+

*ding*

-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+

Kazune nampak sangat bersemangat lalu tubuhnya mulai bersinar sangat terang hingga akhirnya yang dapat dilihatnya hanyalah warna putih.

membuka mata, Xion melihat sekeliling,

'Ah, sepertinya aku sudah kembali'

berdiri Xion lalu membuka jendela, tanpa sadar dia mulai menangis,

'Rasanya sulit untuk bernapas dan seperti ada bagian yang kosong dari diriku. jadi ini yang dirasakan Kazune, aku tidak bisa membayangkan bagaimana dia bisa menahannya selama 3 tahun. tidak heran dia sangat bersemangat bisa menemui ibunya...., maksudku ibu kita,'

Xion yang kini menjadi Kazune, berdiri disana memandang keluar jendela, berusaha untuk menenangkan dirinya. karena saat memikirkan Ibu Kazune dadanya makin sesak, rasanya seperti dua orang yang disayanginya meninggalkannya secara bersamaan.

"Ka-Kazune?! kenapa kau menangis???"

Kazune menoleh, melihat gadis berkacamata dengan rambut oranye yang mengenakan jaket hijau, berdiri disebelah tangga,

'Mengingat dia satu umur dengan Kazune, dia terlihat sangat pendek, keimutan memang berbanding terbalik dengan tinggi'

melihat Futaba secara langsung, tanpa sadar Kazune mengeluarkan jurus senyuman mematikan yang biasa ditunjukan oleh Kazune sebelumnya saat berbicara tentang ibunya,

"Futaba..."

melihatnya terdiam, Kazune mendekatinya, lalu teringat dengan ucapan Kazune,

'Sepertinya Futaba tidak seburuk yang Kazune pikirkan, mungkin kesan pertama mereka saja yang buruk, hmmm..., sebaiknya aku menghilangkan bagian 'menjengkelkan' agar tidak memperburuk hubungan kami'

Mungkin karena penasaran tanpa sadar Kazune memegang pipi Futaba, dan mulai mengelusnya,

'Uwaahhh...., apa apaan ini... aku tidak tahu kalau kulit perempuan itu selembut ini, gawat aku mulai ketagihan...'

Wajah Futaba mulai memerah, Kazune lalu sadar kalau dia lupa mengatakan pesan dari Kazune sebelumnya,

"....Aku ingin dapat kesempatan jadi kakakmu, Futaba."

Setelah mengatakan itu, dia melanjutkan dengan membelai rambutnya,

'Sedikit basah? mungkin dia habis mandi? pantas saja dia wangi sekali, apa sabun perempuan memang sewangi ini ya?'

memikirkan hal yang tidak perlu, Kazune lalu sadar setelah merasakan suhu tubuh Futaba mulai meningkat,

'eh? apa manusia normal wajahnya bisa semerah ini? apakah hukum alam yang ada dianime juga berlaku didunia ini? jika benar, dia mungkin akan mimisan lalu pingsan setelah ini'

memikirkan itu, Kazune bersiap untuk kemungkinan terburuk. tapi seperti menampar ekspektasinya Futaba malah melarikan diri,

-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+

*ding*

-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+

"Futaba!!!" melihatnya menghilang dengan cepat, Kazune lalu menghela napas, kecewa karena sepertinya tidak semua hukum anime yang bertentangan dengan logika ada didunia ini,

"Himura Kazune-kun," berdiri dihadapan Kazune, adalah orang yang tidak dia sangka akan menemuinya,

"Niijima Sae-san."

My finger hurts writing this chap, that's it, uwu)/ ciao~

Xionsama23creators' thoughts
次の章へ