webnovel

Kunjungan Keluarga Besar 2

Setelah itu aku pun memasukan kembali keris Naga Kuning ke sarungnya dan memberikannya kembali Amelia. Tugas gue sudah selesai, mengeluarkan Hotel The Luna yang asli kedunia nyata dari dunia astral. Apakah akan membuat kehebohan suatu hari nanti ? mungkin saja. Tapi lebih baik seperti ini, dari pada banyak penyusup yang selalu datang diam-diam dan mengganggu.

Matahari pagi pun menyinari semua area hotel dan kemegahan dan keindahannya tetap tidak akan hilang. Bahkan makin membuatnya luar biasa indah, bisa disebut maha karya yang tidak ada duanya di dunia nyata mana pun. Semuanya buatan bangsa jin dari dunia astral.

"Wow, ini beneran yang asli !" seru para karyawan ketika mereka masuk ke lobby hotel yang mewah dan luas lagi indah.

Semua mengangguk dan kagum sekaligus terpesona oleh keindahan Hotel The Luna, walau berbentuk moderen unsur tradisional tetap ada. Lampu kristal yang besarnya dua kali dari yang sering gue lihat di hotel mewah atau pun gedung, bahkan rumah para Sultan tidak ada apa-apanya, karpet yang terhampar di lantai pun lebih lembut dan tak meninggalkan jejak apapun bila kotor atau berdebu.

Lantai marmer, patung, lukisan serta semua interiornya mewah elegan dan sesuai dengan konsep Hotelnya. Semua didominasi, hitam, merah dan gold atau emas di tambah aksen putih. Kami pun naik ke lift yang cukup besar dari lift di dunia nyata pada umumnya hingga bisa menampung 15 orang sekaligus. Ketika tiba di lantai yang ada kamarnya, semua kembali tertegun karena interior setiap lantai berbeda konsep dari karpet sepanjang koridor sampai kamarnya, yang standar saja sudah membuat kagum terpesona bagai berada di kamar VIP apalagi nanti kamar yang di maksud ? dan bisa di bayangkan bukan ? kamarnya dua kali lebih mewah dan luas dan perabotannya standar tinggi.

"Gue pikir kamar yang standar biasa seperti biasa, karena gue tidak melihat secara langsung dan ini luar biasa kayak di kamar VIP saja !" Dasep mengungkap perasaannya dan semua mengangguk.

"Dan lo lihat ketika pertama kali kita ke hotel ini? sangat kotor, menyeramkan dan kini semua berubah dalam sekejap !" ujar Agnes.

Kita pun berkeliling dan semua dibuat takjub, dapur hotelnya saja sekelas bintang lima dan moderen peralatan masaknya dan luas serta besar, bar, restoran bahkan kolam renang, area golf semua komplit. Hotel mewah di dunia nyata tak ada apa-apanya dibanding Hotel The Luna.

Kini kita berada di kantor gue yang sudah menjelma menjadi nyata, dan kembali dibuat kagum termasuk gue. Bahkan warna emas dan itu asli sebenarnya mendominasi selain hitam dan putih.

"Wuih bos, ruangannya sultan banget nih !" puji semua.

"Semua boleh masuk kapan saja kok !" jawab gue.

"Anu bos, itu foto siapa ?" tanya Dasep sambil menunjuk ada beberapa foto besar di belakang meja kerja gue.

"Akan gue perkenalkan, yang sebelah sini kakek gue dan satunya almarhum bokap gue !" jawab gue sambil memberitahu nama mereka dan bersikap biasa tanpa bahasa formal.

"Dan kakek gue sebenarnya ... raja jin! bisa di sebut gue punya darah jin dan manusia !" jelas gue, semua tidak ada yang terkejut setelah banyak kejadian yang dialami.

"Kalian lihat foto satu lagi? itu bukan disengaja di buat sama! tapi foto kembaran bokap gue namanya paman Ridwan, sekaligus musuh besar gue dan Hotel The Luna !" ujar gue sambil menunjuk ke arah foto yang lebih kecil tetap terpasang di bagian dinding dan tidak gue turunkan tetap disitu, walau bagaimana pun dia pernah menjadi bagian sejarah hotel ini.

"Karena sudah muncul, maka gue akan menjelaskan kapan Hotel The Luna di bangun !" kata gue sambil tersenyum, setelah itu gue ceritakan kapan sejarah Hotel The Luna di buat.

---------------

Mereka tak perlu kembali ke Hotel Luna yang lain, gue membawa mereka ke kamar mess di hotel ini yang sudah di sediakan dan itu lebih bagus di banding di sana tapi semua menolak tapi nanti saja bila sudah banyak pegawai sesama mereka, dan gue mengantarnya kembali ke Hotel bersama gue dan Amelia untuk mempersiapkan kedatangan keluarga besar yang akan datang.

Dan keesokan harinya pun tiba, gue sendiri bersikap biasa tidak terlalu ribet atau deg degan dan atau pun takut kepada semua keluarga besar gue yang sering nyinyir, angkuh dan juga sombong. Yang jelas gue melalukan yang terbaik.

Mereka akan di tempatkan di kamar khusus yang exklusif di Hotel Luna, dan sekarang gue sedang menunggu di lobby sedang Amelia yang menjemput mereka, semua bersiap bagai akan ada pejabat tinggi datang ke hotel.

Dan akhirnya satu persatu mobil penjemput datang ada sepuluh mobil dari paman dan bibi gue plus anak, menantu, cucu dibawa ke Bali, mereka turun dengan angkuh bagai orang penting sambil membawa semua benda yang branded dari ujung rambut sampai kaki bahkan yang di tentengnya baik tas maupun koper.

Gue menyambut mereka bersama pak Sunarto dengan senyum ramah di sertai makanan dan welcome drink, mereka dilayani secara khusus. Sejauh ini memang gue tidak melihat paman Ridwan tapi bukan tidak ada, karena gue merasakan hawa keberadaannya tapi tidak disini tapi di Hotel The Luna yang asli. Sejauh ini semua tampak puas, begitu pun dengan ketika masuk kamar masing-masing. Setelah itu gue peritahkan untuk melayani mereka 24 jam secara khusus dan jangan sampai membuat kesalahan sedikit saja, karena mereka akan menyerang kita sampai akarnya, pak Sunarto mengerti dia sudah 20 tahun bekerja di berbagai hotel mewah sebelum akhirnya bekerja disini.

Sementara gue dan Amelia pergi ke Hotel The Luna. Amelia pun merasakan hal yang sama dengan gue.

"Itu dia tuan muda !" teriak Amelia dan secara mengejutkan paman Ridwan sedang terbang melayang di atas bukit tak jauh dari Hotel The Luna, gue dan Amelia turun dari mobil.

"Dia tahu dan menyadari tidak bisa mendekati Hotel The Luna !" ujar gue. Karena Hotel The Luna di lindungi pelindung yang kuat.

"Betul, tuan muda !" jawab Amelia.

"Gue merasa tak lama lagi dia akan melakukan sebuah rencana !" ucap gue melihat wajahnya yang menyeringai dan dalam kondisi astral dengan bentuk iblis bertanduk dengan tubuh merah !

"Ya gue harus hati-hati !" kata gue.

"Aku rasa tuan muda sudah siap !" ujar Amelia. Gue terdiam.

"Tentu, karena ada ilmu kakek, tapi paman Ridwan tidak bodoh untuk yang kedua kali !" kataku.

"Itu tidak masalah tuan muda !" kata Amelia.

"Apa maksudmu Amelia ?" tanya gue.

"Keberadaan Hotel The Luna sangat penting bukan hanya bagi kakek anda tapi juga bagi 5 besar kekuatan jin di Indonesia! bila Hotel The Luna dalam bahaya itu artinya semua pun sama terancamnya !" Amelia menatap gue.

"Dan itu sudah dirasakan oleh semuanya, makanya beberapa hari lagi ada pertemuan 5 kekuatan besar Jin di Laut Selatan dan Gunung Merapi !" ujar Amelia.

"Dan anda tuan muda di undang, untuk mewakili kakek anda yang saat ini tidak bisa kemana-nana !" kata Amelia.

"Oh begitu, baiklah! aku terima !" dan menatap ke atas rupanya paman Ridwan sudah menghilang pergi entah kemana.

Bersambung ...

次の章へ