Ia melupakan fakta bahwa kue yang ia bawa itu kue adiknya untuk dijadikan buah tangan. Gavin tidak salah ambil, ia memang sengaja mengambil kue itu. Tapi melupakan fakta bahwa itu sebagai buah tangan dari adiknya untuk teman adiknya, ia memang melupakannya.
Ia tidak bodoh untuk mengetahui siapa orang yang ingin diberi adiknya itu. Ia juga tidak bodoh untuk mengetahui makanan apa saja yang di sukai oleh orang yang akan di beri adiknya itu. Pastinya orang itu tidak menyukai stoberi dimana adiknya yang bodoh itu melupakan fakta tersebut dan berakhir ia membeli buah tangan rasa stroberi.
Gavin juga tidak tahu sebenarnya orang yang ada di dalam sana menyukai stroberi atau tidak. Tapi, apa salahnya mencoba bukan? Kalau ia memang tidak menyukainya, ya tinggal di buang dan diganti dengan yang lain.
"Hei, tidak perlu takut. Aku tahu kau pasti lapar bukan? Aku membawa banyak makanan untukmu."
Melupakan fakta bahwa ia orang yang cuek pada orang lain. Kalau adiknya itu melihat ini, pasti dia akan tercengang. Mulutnya akan terbuka lebar begitu juga matanya kalau mengetahui kakaknya itu peduli dengan orang lain.
Sementara itu, Gray yang ada di dalam langsung berbinar saat mendengar kata makanan sampai-sampai ia ingin berlari membuka pintu itu untuk mengambil makanannya. Tapi, seketika ia mengurungkan niatnya saat mengingat pesan yang menjerumus pada ancaman dari sang ayah. Ia jadi tidak berani untuk membuka pintu itu.
TOK TOK TOK
"Apa kau tidak lapar? Aku membawakan kue untukmu, ya walau itu tidak akan membuatmu kenyang sih. Setidaknya itu cukup untuk mengganjal perutmu. Aku tidak tahu kau suka atau tidak, aku membawakan kue rasa stroberi untukmu."
Sungguh keajaiban yang luar biasa. Seorang Gavin bicara panjang setelah sekian lama ia menerapkan sistem irit bicara.
Kalau ada Yervant di sana, pasti ia akan berteriak heboh melihat kakaknya yang bersikap seperti itu.
Mendengar kata stroberi membuat Gray semakin menunjukkan ketertarikannya pada makanan yang dimaksud Gavin. Terlihat dari mata nya yang berbinar. Satu fakta yang harus kalian ketahui kalau Gray sangat menyukai buat merah yang memiliki bintik-bintik itu.
Kalau kata orang, itu buah yang sangat asam dan mereka tidak menyukai buah itu. Berbeda hal nya dengan mereka yang menyukai buah tersebut yang pada dasarnya buah itu tidak lah asam.
Gray bimbang yang diiringi rasa takut, namun di sisi lain ia sangat menginginkannya.
"Tidak perlu takut, aku tidak akan menyakitimu." Kata Gavin yang tidak mau menyerah.
Sungguh ia sangat penasaran pada sosok yang ada di dalam sana. Maka dari itu, ia terus mencoba untuk membuat orang yang ada di dalam sana mau membukakan pintu untuknya. Ia tidak mau menyerah, maka ia terus berusaha sampai mendapatkan respon dari orang tersebut.
Setelah beberapa menit tidak mendapatkan respon dari orang yang ada di dalam sana, akhirnya Gavin menggunakan rencana B.
"Aku akan meninggalkannya di depan pintu, kau bisa keluar untuk mengambilnya. Makanlah, aku tahu kau lapar. Aku akan pergi, kau tidak perlu khawatir." Katanya memulai rencananya.
Setelah ia mengatakan hal tersebut, Gavin meletakkan kue itu tepat di depan pintu sesuai dengan apa yang ia katakan pada orang yang ada di dalam sana.
"Aku juga meninggalkan minuman di sini. Semoga kau menyukainya." Katanya lalu beranjak pergi dari sana.
Apa kalian berpikir dia akan pergi? Jawabannya tentu saja tidak!
Sumpah demi apapun rasa penasarannya sudah tidak bisa ia bendung lagi. Cukup lama ia memendam rasa penasarannya, kurang lebih dua tahun yang selama ini ia abaikan.
Cukup sudah dia mengabaikan keberadaan orang layaknya hantu itu yang tidak bisa terlihat oleh mata normal. Bukan berarti mereka yang bisa melihat hal seperti itu tidak memiliki mata yang normal. Itu hanya perumpamaan nya saja.
Mereka yang bisa melihat hal seperti itu memiliki mata yang spesial, namun kasus nya ini berbeda. Orang yang membuatnya penasaran ini manusia bukan jiwa yang telah keluar dari raganya alias hantu.
Tidak ada yang bisa melihatnya baik itu mata normal maupun mata spesial.
Kau bisa melihatnya dengan mata apapun itu kalau kau mencaritahu keberadaannya.
Setelah Gavin memastikan bahwa tempat persembunyiannya itu aman, ia menempatkan dirinya agar terasa aman di persembunyiannya itu.
Sementara itu, orang yang membuat Gavin setengah mati penasaran itu akhirnya menunjukkan reaksinya. Terlihat dari engsel pintu yang mulai bergerak tanda seseorang akan membuka pintu tersebut.
Iya, Gray mulai menunjukkan reaksinya setelah ia memastikan sepupu nya itu sudah pergi dari depan pintu. Ia tadi mendengar suara sepupunya yang akan meninggalkan kue stroberi kesukaannya di depan pintu beserta minumannya. Ia mulai bergerak saat sang sepupu mulai meletakkan makanan tersebut. Ia menempelkan telinganya di pintu tersebut demi mendengar apa kelanjutan yang akan dilakukan sepupunya itu.
Ia terus menempelkan telinganya sampai ia mendengar langkah kaki yang semakin lama semakin menjauh. Gray tidak bodoh saat mendengar langkah kaki yang mulai menjauh itu dimana hal tersebut mengartikan bahwa sepupunya itu telah pergi dari sana.
Ia tidak sepenuhnya pintar karena sesungguhnya sepupunya itu masih berada di sana. Bersembunyi di suatu tempat untuk mengamati kegiatan yang akan Gray lakukan serta mengetahui bagaimana wujud Gray.
Terlihat dari Gray yang sudah mulai membuka pintu tersebut. Perlahan, namun pasti pintu itu mulai terbuka lebar.
Gavin tercengang.
Ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. Bagaimana tidak percaya? Ia sedang melihat seorang laki-laki ganteng yang menjerumus ke cantik. Rambutnya yang berwarna pirang keemasan serta pahatan wajah yang begitu sempurna jangan lupakan matanya yang biru layaknya seorang dewi.
Gavin yang melihat ciptaan Tuhan tersebut tidak menutup fakta bahwa ia mengagumi orang yang ada di depan sana.
Jujur, ia tidak pernah melihat manusia yang bentuknya begitu rupawan. Kalau ia seorang perempuan, pasti ia langsung mendekatinya. Ia tidak akan melepaskannya.
Ia tidak mungkin kan berakhir menjadi seorang yang suka sesama jenis hanya karena melihat pria yang ada di depan sana. Itu sangat tidak mungkin!
Ia straight!
Gavin terus mengulang kata tersebut untuk menghilangkan pikiran yang menurutnya sudah di luar jalur prinsip kehidupannya.
Sementara itu, Gray melihat ke arah kanan dan kiri lebih tepatnya melihat ke seluruh penjuru untuk memastikan apakah ada orang atau tidak. Dia tidak mau mengambil resiko.
Setelah memastikan tidak ada orang, ia mengambil kue serta minuman yang di tinggalkan oleh sepupunya itu.
Melihat ke sekelilingnya lagi dan melangkahkan kaki nya pelan layaknya seorang pencuri yang dimana saat ini statusnya bukanlah seorang pencuri melainkan tuan rumah.
Secara perlahan ia melangkahkan kakinya menuju kamar nya. Ia tidak menyadari bahwa semua yang ia lakukan dalam pengawasan yang dilakukan oleh sepupunya itu.
Gray terlalu bodoh, ah... maksudnya Gray tidak bisa peka terhadap hal yang begituan. Ia itu masih polos yang menjerumus lugu.
Dia memang pintar dalam bidang pengetahuan, tapi kalau hal seperti itu dia tidak bisa memahaminya.