webnovel

7

Reno, kakek, dan nenek sedang berkumpul diruang tamu ingin membicarakan prihal hubungan mereka selanjutnya. Tak lama kemudian Sania keluar dari kamar dan segera duduk disamping nenek.

"Nah sekarang sudah kumpul semua, jadi bagaimana hubungan kalian kedepannya. Tidak mungkin kalian pacaran terus, nanti yang ada menimbulkan fitnah" ucap kakek membuka pembicaraan

"Lebih cepat lebih baik kek" ucap Sania

"Jadi keputusan kamu bagaimana Reno?" tanya kakek Suroso

"Kita akan menikah akhir bulan kek" ucap Reno

Semuanya tercengang mendengar omongan Reno yang akan menikah akhir bulan ini. Terutama nenek yang syok mendengar kabar itu.

"Ha, kamu yakin mau nikah akhir bulan, kenapa cepet banget?" tanya nenek

"Lebih cepat lebih baik nek"

"Tapi jangan akhir bulan, waktunya terlalu mepet. Nenek mau buatin pernikahan kalian pernikahan mewah"

"Gak usah nek, cukup dirumah aja. Akad juga udah gak papa kok" ucap Reno

"Ya sudah la ma, biarin aja akad aja. Gak usah dibesar - besarin cukup orang terdekat aja"

"Hmm terserah kamu lah Reno" pasrah nenek

****************

Beberapa hari kemudian semua tampak sibuk dengan acara pernikahan yang diadakan besok. Sania, bibi Sumi dan nenek Mirna juga sibuk membantu menghiasa bunga bunga. Walaupun sudah ada Wedding Organizer, nenek ingin turun tangan.

"Biarkan saja Wedding Organizer yang mengurus semua ma" ucap kakek yang baru datang dan duduk dikursi

"Gak papa mas, aku ingin bantu aja" ucapnya.

"Oh iya Sania. Tadi kakek udah tanya teman kakek yang bekerja di kampus Srikandi, katanya kamu bisa kuliah disana. Kamu mau?" tanya kakek Suroso

"Insyaallah kek. Sania mau" ucap Sania

Reno yang baru saja datang mendengar Sania ingin kuliah sedikit kaget, karena dia tidak ada bicara sedikitpun tentang masalah ini kepada Reno

"Lo mau kuliah? kok gak ada bilang ke gue?"

Sania hanya diam tanpa bicara apapun

"memang kamu bisa masuk kampus ternama disana?" tanya Reno

"Sania berapa nilai ujian kamu?"

" Sembilan koma dua kakek"

"Tuh kamu denger, Sania itu pintar disekolah dulu. Emang kamu apa yang...."

"Stop lah kek, jangan bahas" potong Reno dia sadar kalau nilai ujiannya sangatlah rendah.

"Sania, kamu gak undang temen - temen kamu?" tanya nenek Mirna

"Temen Sania hanya satu, dua orang aja nek. Tapi kayaknya mereka tidak bisa datang karena lagi sibuk" ucap Tania tersenyum

Sebenarnya dia hanya mempunyai teman Farah saja. Tetapi Farah sudah mengkhianati pertemanan mereka. Alhasil Sania tidak akan mengundangnya takutnya dia akan merusak pernikahannya.

Setelah selesai mendekor Sania duduk sendiri sambil memandang orang - orang yang masih mendekor tempat lainnya. Dia termenung dengan pikirannya sendiri. Tidak lama kemudian Reno datang melihat calon istrinya sedang termenung.

"Lo senang dengan pernikahan ini? tanya Reno

Sania melihat kearah Reno tetapi tidak menjawab pertanyaan Sania.

"Are you okey?" tanya Reno lagi

"Aku baik - baik saja" ucapnya

"Kalau lo baik - baik aja kenapa melamun?"

"Nggak apa - apa"

"Oh iya btw lo gak undang tante lo?"

"Aku nggak tau"

"Lebih baik jangan, karena mereka gak pantes untuk datang kepernikahanmu. Btw lo punya temen cowok, atau pacar? tanya Reno penasaran tentang Sania

"Ada. Aku punya pacar"

"Sekarang dimana dia?"

"Dia kuliah di Mesir sekarang"

"Kalian masih berhubungan?"

Sania hanya menggelengkan kepalanya

"Why? apa kalian putus, lost contac, atau dia sudah punya pacar lain?"

Sania tidak tau hubungannya dengan Farhan telah berakhir atau tidak. Karena saat itu mereka lost contac. Farhan tidak pernah lagi memberinya kabar sejak setahun lalu.

"Lost contac. Aku sama dia tidak pernah ada kata putus, hanya tiba - tiba saja dia tidak pernah memberikan kabar ke aku setahun lalu"

Entah kenapa Reno tersenyum seolah ia senang mendengar kenyataan bahwa Sania tidak memiliki seorang pacar

"Tandanya berarti dia sudah ada wanita lain disana" ucapnya

Sania memandang Reno dengan kesal. Dengan mudahnya dia berkata seperti itu. Karena dia yakin kalau Farhan bukanlah seperti itu. Sania pergi meninggalkan Reno. Sedangkan Reno masih terdiam di tempat duduknya.

Didalam kamar Sania termenung kembali, dia menatap ponselnya ingin sekali dia menelpon tantenya untuk bisa datang ke acara pernikahannya. Dengan berani dia menelpon tantenya.

"Ha, ada apa kamu telpon saya?"

"Tante besok hari pernikahan aku. Tante bisa datang?"

"Saya gak mau datang kepernikahan kamu! lebih baik kamu gak usah hubungi saya kembali. Saya tidak sudi kamu saya telpon. Jangan pernah datang ke sini sama laki - laki yang ngerawat kamu itu. PAHAM!"

Tut tut tut sambungan terputus begitu saja.

Sania begitu sedih karena seharusnya keluarganya datang malah berkata seperti itu. Kemudian pikirannya melayang ke tiga tahun lalu saat ia masih bersama Farhan.

Flasback tiga tahun

Mereka berada di danau. Farhan ingin bertemu dengan Sania membicarakan sesuatu.

"Farhan kenapa kamu ajak aku kesini?" tanya Sania

Farhan tersenyum sambil memberikan sebuah kertas kepada Sania "Aku dapat beasiswa ke Mesir Sania, akhirnya impian aku bisa kuliah disana tercapai"

Raut wajah Sania berubah menjadi sendu, dia merasa sedih saat membaca isi surat itu, dia akan ditinggalkan oleh orang yang dia sayangi.

"Sania. Kamu tau bukan, aku sangat cinta sama kamu" ucap Farhan

"Iyah aku tau" ucapnya pelan

"Aku janji akan mengirimmu surat, dan aku janji setelah selesai kuliah disana, aku akan menikahimu. Kamu tunggu aku ya" janji Farhan

"Aku akan menunggumu Farhan"

Flasback Off

Sania memandang baju pengantin yang tergantung di sana, dia akan menikah besok hatinya saat ini tidak karuan.

****************

Tok tok tok

Nenek Mirna masuk kedalam kamar Reno dan menaruh baju pengantinnya diatas tempat tidur. Akhirnya cucunya menikah juga dengan perempuan yang bisa merubah Reno kearah yang baik. Nenek Mirna melihat foto perempuan yang terpajang di meja rias, dia mengambilnya tiba - tiba saja air matanya mengalir begitu saja.

Reno yang baru saja keluar dari kamar mandi melihat neneknya yang sedang menangis melihat foto itu.

"Nek" panggil Reno

"Reno, andai aja Maya masih ada pasti dia juga bahagia" ucapnya

"Nek, sudah lah nek jangan sedih gitu. Besokkan hari pernikahan Reno nenek harus bahagia juga" ucapnya menenangkan

Nenek Mirna menghapus air matanya dan tersenyum melihat cucunya.

"Reno kamu selalu bahagia ya sama Sania. Jadi imam yang baik, sholat jangan pernah tinggal. Jangan seperti...." ucap nenek Mirna menggantung

"Seperti siapa nek, seperti papa?" tanya Reno

Nenek Mirna hanya diam tanpa bicara apapun.

"Nek, Reno janji tidak akan pernah seperti papa yang pergi begitu saja. Terlebih lagi mama, mama gak mau datang kepernikan Reno" ucap Reno sedih

"Sabar ya Ren, nenek yakin pasti mama sama papamu suatu saat nanti menyadari semuanya dan kembali ke keluarga kita" ucap Nenek Mirna

Reno mulai meneteskan air mata mengenang kedua orang tuanya dulu waktu masih tinggal bersama. Spontan nenek Mirna memeluk cucunya itu.

次の章へ