Mirip seperti saat Meliodas memuntahkan kekuatannya sebelumnya, Raja Iblis berada dalam kondisi yang sama. Pilar ungu yang meluap dari tubuhnya terus mendistorsi dunia putih, hingga setiap serat dari percikan kekuatannya mulai menggerogoti ruang disekitarnya.
Pilar ungu itu adalah manifestasi dari Aura Kekacauan yang diakses oleh Raja Iblis dengan paksa menggunakan kekuatannya. Sementara dunia putih yang merelokasi area ini adalah efek cahaya dari berkah Zora, yaitu «Judgement».
Keduanya bertabrakan dan saling bersaing, dengan Aura Kekacauan terus menggerogoti dunia putih dan mencoba menghancurkannya.
"Mustahil, aura ini adalah kekuatan yang menciptakan segala sesuatu di dunia ini! Orang sepertimu seharusnya tidak bisa menandinginya!" Wajah Raja Iblis nampak seperti sedang memaksa kotoran keluar dari lubang pantatnya. Dia menggunakan setiap ons kekuatannya hanya untuk bisa mengakses Aura Kekacauan dari tubuh Meliodas, karena itu dia tidak bisa menggunakan teknik ini lebih lama.
Atas perkataan Raja Iblis, Zora hanya mencemooh: "Menurutmu, siapa yang telah memberiku berkat ini?"
Melihat tatapan merendahkan dari mata Zora, Raja Iblis semakin marah saat dia menggenggam tangannya sangat erat hingga berdarah. Tapi dia masih memikirkan jawaban yang keluar dari mulut Zora.
Hanya dengan sedikit memikirkannya saja dia langsung tahu.
"Chaos?" Raja Iblis bergumam dengan nada tidak yakin. Semakin dipikirkan, kerutan di dahiya semakin dalam. "Tapi itu tidak mungkin! Chaos tidak memihak salah satu ciptaannya. Bagaimana bisa seorang rendahan sepertimu dapat menerima berkatnya secara langsung? Bahkan aku, Raja Iblis, salah satu ciptaan awalnya hanya menerima kegelapan darinya!"
Raja Iblis menolak untuk mempercayainya, karena itu dia menyangkalnya.
"Karena itulah kau bodoh. Akan kuberitahu satu hal, bahwa sejak awal, kau, Dewa Tertinggi, Pohon Suci, dan segala sesuatu yang ada di dunia ini hanyalah kotorannya! Bahkan aku, yang sebelum bertemu dengannya hanyalah makhluk hina sebelum tersucikan dan diakui olehnya! Dengan begitu, kau sudah mengerti, kan? Keberadaanmu di dunia ini ... hanyalah kotoran dari kotorannya!" Mata Zora menyipit merendahkan saat meludahkan setiap kata dari mulutnya.
Wajah Raja Iblis sangat jelek saat ini, urat nadinya berkedut akan membengkak, tapi dia sebisa mungkin menahan amarahnya. 'Aku tidak tahu lagi, biasanya aku sangat tenang, namun didepan wanita ini, entah bagaimana setiap kata yang diucapkannya berhasil membuatku marah. Apakah aku berada dalam efek tertentu?' Raja Iblis berpikir sendiri dalam hati, sambil memindai tubuhnya sendiri dan hanya menemukan semuanya normal.
Bercanda, itu tidak normal karena tubuh yang digunakannya saat ini bukan miliknya.
'Mari akhiri ini.' Raja Iblis menetapkan dalam hati, lalu menatap serius pada Zora saat dia memulai gerakannya. Dia tahu jika serangan apapun yang berasal darinya tidak akan berefek pada Zora, karena itu dia hanya bisa memanfaatkan Aura Kekacauan.
Tapi sebelum itu, dia harus mengalihkan pandangan Zora dengan mengganggunya. Apalagi, dengan aura pedang pada bilah Zora sangat kental hingga menembus langit-langit, berhasil mengintimidasinya dengan perasaan seolah-olah pedang itu mampu memotong dunia menjadi dua.
Untuk mengatasi perasaan mengancam itu, Raja Iblis membutuhkan tumbal untuk menyerangnya, tentu saja dengan tumbal yang kuat, sehingga bisa memaksa Zora menggunakan pedangnya itu dan menyianyiakan kesempatan dalam melancarkan serangan terkuatnya. Itulah yang sebenarnya dia incar.
"«Tansoku no Kenjin»,«Setsuna no Inja»." Raja Iblis memulai rencananya dengan merilis dua teknik itu. Tiba-tiba, sepasang cakar logam yang menempel pada zirah emas bagian pundak Raja Iblis terlepas.
Salah satunya membentuk makhkuk seperti patung yang tubuhnya penuh tonjolan seperti cakar. Sementara satunya lagi membentuk ukiran kepala tanpa tubuh dari tonjolan yang juga seperti cakarnya.
Patung cakar itu menyerbu ke arah Zora, sementara ukiran kepala hanya melayang lebih tinggi ke udara sambil membuka mulutnya.
Menghadapi makhluk yang akan mengganggunya saat dalam posisi harus menyerang atau mati, Zora tidak panik. Dia hanya mengepakkan sayap cahaya di punggungnya.
Bulu-bulu emas jatuh dari sayap itu dan semakin lama bulu itu semakin terkumpul menjadi gunung. Zora menghendaki bulu-bulu yang jatuh dengan kesadarannya, dan tiba-tiba semua bulu emas yang berhamburan berkumpul menjadi satu dan membentuk entitas sementara.
Entitas itu memiliki penampilan yang sama persis dengan Zora, karena pada dasarnya itu adalah klon yang dia buat menggunakan bulu-bulu sayapnya.
Pembentukan klon terjadi dalam sekejap, dan segera klon melesat ke depan sambil bentrok dengan makhluk seperti patung dengan banyak tonjolan itu.
Yang mengejutkan, makhluk patung itu dapat menandingi teknik pedang klon Zora, tapi itu hanya sesaat karena klon langsung mewujudkan cahaya pada bilang pedangnya dan menebaskannya ke makhluk patung aneh itu, membelahnya menjadi dua.
Klon tiba-tiba tersentak oleh rasa bahaya dari nalurinya, dan karena itu dia segera melesat ke samping. Dari tempat dia melayang sebelumnya, semburan energi panas menyebur ke arah itu dan berniat membakarnya, tapi reflek klon Zora begitu menakutkan hingga berhasil menghindari serangan kejutan itu dengan mulus.
Meski klon bisa menghindarinya, sayangnya tempat serangan itu jatuh tidak bisa lepas dari nasib yang menghancurkannya.
BOOM!
Ledakan hebat terjadi di area itu, menghepaskan semua yang ada di sana menjadi debu. Awan panas menyembur ke langit, membuat suhu udara naik. Kawah besar terbentuk, mengubah apa yang seharusnya merupakan rerumputan yang tercipta karena efek sihir Flora menjadi gurun sekali lagi.
Orang-orang yang di bawah harus berlindung untuk menepis tekanan yang dibawa oleh ledakan itu.
"Apa seharusnya aku memblokir serangan itu?" Mata Zora melirik ke bawah, menyaksikan kehancuran yang terjadi sebelum menaruh fokusnya kembali.
Menggunakan jeda waktu itu, dia memanfaatkannya untuk menghancurkan dalang yang menyebabkan ledakan dahsyat itu, yaitu makhluk kepala yang juga salah satu dari cakar Raja Iblis. Zora berhasil menghancurkannya melalui klonnya.
Tapi tiba-tiba Raja Iblis menghilang dari pandangannya, dan saat dia melihatnya kembali, Raja Iblis sudah berada dalam jarak beberapa meter darinya.
Raja Iblis telah mewujudkan pedang kegelapannya yang diselimuti aura ungu destruktif itu ke arahnya.
Zora bereaksi mengayunkan pedang cahaya yang dia kumpulkan ke arah Raja Iblis. Saat menebas pedangnya ke bawah, dia ingin meneriakkan Excalibur saat ini, tapi menahannya karena dia tahu itu adalah peran Arthur untuk melakukannya, bercanda.
"Matilah!" Raja Iblis berteriak dengan seluruh udara dari paru-parunya, menempatkan semua energi yang tersisa pada serangan ini. Setiap lintasan yang tertinggal dari pedang itu mendistorsi dunia putih, memberi potensi jika kekuatan itu benar-benar bisa menghancurkan dunia.
Pedang cahaya putih raksasa dan bilah pedang tipis ungu-gelap saling bentrok, dengan keduanya berusaha bertahan dari tekanan hasil bentrokan tersebut.
Warna putih dan ungu saling mendorong satu sama lain, dengan kedua warna itu mewakili kekuatan yang di bawa oleh masing-masing petarung.
Keduanya saling menggertakkan giginya, berusaha mati-matian mendorong dan menjatuhkan lawannya.
Zora tahu jika sejak awal dia tidak memiliki kesempatan untuk melawan seseorang yang memiliki kekuatan Aura Kekacauan, tapi dia masih memperhitungkan seluruh kemungkinan dari pertarungan ini.
Karena itu, dia memanfaatkan kekuatan persahabatan yang dimiliki oleh Tujuh Dosa Mematikan untuk melemahkan Raja Iblis.
'Omong-omong, sungguh ending yang buruk...'
...
Sebelum Merlin menyuruh Gowther untuk menggunakan «Invasion» pada Raja Iblis agar jiwa Tujuh Dosa Mematikan dan Elizabeth bisa terhubung dengan Meliodas, Gowther sendiri tiba-tiba mengajukan saran yang sama, membuat Merlin tersenyum puas.
Tapi jaraknya terlalu jauh untuk dijangkau, karena pertarungan Raja Iblis berada di langit, sedangkan mereka berada di tanah, dan yang membuat mereka tidak berdaya adalah; mereka hanya bisa menonton pertarungan dari bawah.
Pada saat itulah peran Merlin dibutuhkan, dia menjentikkan jarinya dan merapal dalam diam. «Ligament of Spiritual Bond», setelah mantra itu aktif, bidang berbatas meluas dari bawah kakinya hingga menutupi seluruh area ini sampai menyangkup Raja Iblis dan Zora yang sedang saling bertarung di langit.
Dengan ikatan spiritual yang ditingkatkan, Gowther mampu menghubungan jiwa mereka dengan alam jiwa Meliodas, membantunya memberi motivasi dan semangat saat Meliodas bertarung melawan Raja Iblis di alam jiwanya sendiri.
Flora dan Malaikat Agung lainnya bertugas melindungi Tujuh Dosa Mematikan yang tidak aktif karena kesadarannya berada di tempat lain.
Dengan itu, Raja Iblis berhasil digoyahkan!