webnovel

Ringan

Semua orang dikejutkan oleh kedatangan dua orang yang tiba-tiba.

Bahkan Ludociel yang wajah cantiknya penuh ingus dan air mata, mau tak mau mendongak setelah merasakan cahaya paling suci. Dia bahkan menganggap jika cahaya itu adalah warna paling murni di alam semesta.

"M-Mael...!"

Mulutnya bergumam menyebutkan nama adiknya, tapi pada detik berikutnya langsung tersendat karena matanya menyaksikan keindahan paling mulia di dunia.

Saat matanya membelalak terkejut, mulutnya bergumam tak percaya: "Cahaya yang mampu menyaingi Dewa Tertinggi, ....benar-benar ada?! Tidak, itu bahkan melampauinya."

"Kedua orang itu, kan...!?" King sangat terkejut. "Orang yang mengajari Elizabeth-sama saat di Altar Druid?!"

"Heh, siapa itu, King? Apa kau mengenalnya?!" Diane langsung mengambil King di telapak tangannya dan mengguncang-guncang tubuhnya.

"Tenanglah, Diane! Mereka kenalan Merlin!" Dengan keseimbangan tubuhnya bergoyang, King mengucapkan beberapa patah kata itu dengan susah payah.

Mengabaikan pasangan itu, Elizabeth menatap dua orang bermandikan cahaya itu dengan mata pemujaan. Itu karena kekuatan yang meledak dari Meliodas langsung teruraikan setelah terkena cahaya suci itu.

"Aku merasa kita sedang di bawah Dewa Tertinggi." Cusack berkata tak percaya.

"Ini seperti Dewa Tertinggi menginjakkan kakinya ke Britannia itu sendiri!" Chandler menambahkan.

'Meh, aku ingin tahu wajah apa yang dipasang Dewa Tertinggi dalam tidurnya setelah menyaksikan ini.' batin Merlin dalam hati dengan meremehkan.

Dia tahu jika bukan hanya Raja Iblis yang mengawasi apa yang dilakukan Meliodas selama ini, Dewa Tertinggi pasti juga mengawasi Elizabeth melalui penglihatan mereka yang saling terhubung.

Meski Merlin keberatan, tapi dia tidak terlalu mempermasalahkannya karena dia tahu jika Dewa Tertinggi tidak akan bisa melakukan apa-apa karena belum terbebas dari segelnya.

Bahkan jika Dewa Tertinggi selalu menontonnya, dia hanya akan menggunakan ilusi mosaik pada Elizabeth.

'Tidak, kutarik ucapanku kembali. Aku sangat keberatan dengan wanita tua itu ikut mengawasi.'

Tidak mengetahui konflik batin dibenak Merlin, Zora dan Flora turun dari cahaya yang menuntunnya.

"Selamat siang! Eh..." Flora kemudian menatap langit gelap, sebelum memiringkan kepalanya. "Apakah malam? Nah, tidak penting untuk mempermasalahkan hal kecil itu. Sepertinya kalian bersenang-senang, ya? Terutama Merlin."

"Tidak sopan sekali." Merlin menjawab sambil mendesah. "Aku sangat kesulitan disini."

"Semua orang yang ada disini hanya kau anggap sebagai objek spesimen. Kau hanya sengaja untuk terlihat sulit, kan?"

Flora ingin mengatakan itu, tapi menelannya kembali. Bagi Flora, hal favoritnya adalah menghancurkan hati rapuh seseorang dengan kenyataan. Tapi dia tidak akan melakukannya ke Merlin.

Merlin tiba-tiba merasa merinding saat «Clairvaoyance» miliknya memperingatkan sesuatu, tapi dengan cepat menghilang. Meski dia tidak tahu apa itu, tapi dia tahu jika alarm itu pasti berhubungan dengan senyum manis yang ditunjukkan Flora saat ini.

'Wanita itu mengembangkan hobi aneh selama 3000 tahun terakhir. Apakah karena ketularan sifat busuk Asheel?' Merlin berpikir sendiri dalam benaknya.

"Wanita dari Klan Dewi, dengan kekuatan besar kalian, aku pasti akan langsung mengenalnya, tapi...." Ludociel mencoba mengabaikan pesona kecantikan dua wanita bersaudari itu saat dia mengerutkan kening. "Tapi aku tidak tahu siapa kalian."

"Klan Dewi?" Flora terkekeh, sebelum menyipitkan matanya dengan tatapan merendahkan. "Jangan samakan aku denganmu, hanya sayapmu terlihat seperti sayap burung. Inilah yang membedakan kita!"

Cahaya tiba-tiba meluap dari punggung Flora, dan seketika melonjak hingga memanifestasikan enam pasang sayap raksasa yang tumbuh di punggungnya.

Efek bulu-bulu emas jatuh, dan saat bulu itu menyentuh tanah, apa yang seharusnya menjadi gurun tiba-tiba menumbuhkan rumput.

"Hanya dari serpihan bulunya mengandung kekuatan kehidupan. Kenapa orang sepertinya tidak muncul di masa lalu?" Zeldris menjadi cemas, menyangkut pautkan semua kekhawatirannya dengan Penguasa Kekacauan.

"Sialan, kau...!" Ludociel menggertakkan giginya ketika mendengar hinaan rasisme yang dia terima. Sulit untuk mengakuinya, tapi sayap wanita itu lebih cantik dari miliknya. "Sekarang aku yakin kalian bukan orang yang taat pada Dewa Tertinggi. Orang buangan seperti kalian tidak pantas hidup!"

Dia memberanikan diri untuk membalas hinaannya, tapi untuk sesaat dia langsung menyesalinya.

Salah satu bulu emas dari ribuan yang jatuh tiba-tiba berputar seperti drill, sebelum berhenti pada tempatnya dan menargetkan ke arah dimana Ludociel berada. Setelah mengunci targetnya, bulu itu melesat hingga menembus dada Ludociel tanpa dia bisa bereaksi.

"Onee-sama!" Elizabeth berteriak panik saat melihat dada kakak perempuannya ditembus oleh sesuatu yang tampak seperti peluru. Tapi ketenangan datang padanya pada detik berikutnya saat merasakan telapak tangan Merlin mendarat di bahunya.

"Tenanglah, Nee-nee. Itu hanyalah serangan konseptual yang hanya menargetkan tubuh spititual. Yang terluka adalah orang didalamnya, yaitu Ludociel itu sendiri."

Meski begitu, Elizabeth masih memasang wajah khawatir. "Tapi Ludociel masih...!"

Setelah itu, Merlin berusaha menenangkan Elizabeth.

"Nah, apa kalian masih ingin melanjutkan pertarungan? Aku akan meladeni kalian." Dengan kombinasi suaranya yang dingin dan menawan, nada Flora begitu meremehkan saat mengatakan ini.

"Zeldris-ouji, orang ini sangat berbahaya. Lebih dari Malaikat Agung!" Cusack memperingatkan tuannya.

"Bocchan!"

Tiba-tiba suara teriakan Chandler terdengar, yang segera sebuah siluet terlihat melesat dari tanah menuju ke langit, tepatnya ke arah dimana Flora dan Zora berada.

"Meliodas!" Elizabeth berteriak khawatir.

Siluet itu, Meliodas, memanifestasikan kekuatan iblisnya untuk membuat lengannya menjadi pisau tajam.

Flora jelas memperhatikan itu, tapi dia tetap tidak mengambil tindakan apa-apa dan hanya membiarkan orang lain bertindak untuknya.

Zora yang selama ini diam kemudian juga mengungkapkan sayapnya. Perbedaan dari sayap Flora, miliknya memiliki warna yang lebih terang, tapi lebih ke putih.

Tiba-tiba saja dia sudah berada di depan Flora, dengan sikap melindunginya. Senjata yang dia gunakan adalah perisai bundar di lengan kiri, dan sebuah pedang di tangan kanan.

Penampilannya seperti gadis valkryie, tapi yang ini memiliki cahaya suci. Hanya dengan parasnya yang cantik, zirah ketat terbuka, dan pesonanya saja bisa membuat musuh kehilangan fokus.

Tapi sayangnya Meliodas sudah kehilangan akal dan menganggap Flora dan Zora sebagai orang ancaman yang akan mengganggu tujuannya. Orang jenis ini harus disingkirkan.

Saat Zora mengangkat perisainya ke depan dan menangkis bilah yang akan mengenainya, dia tiba-tiba menghentikan gerakan itu setelah ragu-ragu sejenak. Dia membiarkan Meliodas untuk menggores kulitnya,

Itulah yang dipikirkan semua orang tapi...

Shing!

Bilah kegelapan yang terbuat dari kekuatan Iblis Meliodas terhenti sebelum dia bisa melukainya.

"Kau masih ragu-ragu, ya? Yang seperti ini tidak diperbolehkan dalam pertarungan!"

Setelah mengatakan itu, Zora tanpa ampun menebas pedangnya ke depan. Itu hanya sebuah tebasan yang dinilai lambat di mata semua orang, tapi tekanan yang dibawa oleh tebasan itu sendiri membuat naluri menghindar Meliodas padam, mengakibatkannya tertebas oleh pedang dan terhempas ke tanah.

"Bocchan!" Chandler berteriak khawatir saat melihat Meliodas tertebas oleh pedang.

"Meliodas!" Seperti biasa, Elizabeth hanya bisa teriak khawatir.

"Teknik itu....!" Zeldris dikejutkan oleh hal lain.

"Ya, sama dengan teknik pedangku." Cusack mengangguk sambil menyilangkan lengannya. Meski tampak santai, tapi ekspresinya sangat serius saat ini.

"Teknik pedang aneh yang sama dengannya? Hmm," Escanor yang sudah kembali berotot mengangkat alisnya. "Nona muda itu cukup hebat."

"....." Diane tidak bisa berkata-kata pada komentar Escanor, sebelum menepuk punggungnya. "Tampaknya dia lebih hebat darimu, Escanor."

"Ha ha, mana mungkin."

Diane cemberut memalingkan muka, sebelum menunduk melihat King yang tertidur di antara payudaranya. King sedang dalam proses pemulihan mana melalui skill «Sloth». Dengan melakukan tindakan yang masuk ke klasifikasi bermalas-malasan, King dapat memulihkan mananya lebih cepat.

Sebenarnya itu adalah saran Merlin untuk menggunakan skill Dosa-nya untuk memulihkan diri dengan memanfaatkan keadaan saat ini.

Di sisi lain, Merlin sendiri tidak terkejut oleh teknik pedang yang ditampilkan Zora. Dia tahu jika Zora berlatih sangat keras untuk bisa menguasai teknik bertarung yang diajarkan oleh Sera pada saat terakhir kali mereka berpisah.

Yang membuat Merlin agak tertarik adalah apa yang diucapkan Zora. 'Huh, sudah kuduga. Mau sampai kapan kau akan terus berpura-pura kehilangan akal, Danchou? Seperti Asheel saja. Tapi ... ini bagus karena Raja Iblis bisa keluar entah bagaimana. Dengan Zora dan Flora disini, aku hampir yakin kita bisa mengalahkan Dewa itu.'

次の章へ