"Lalu apa yang Kay katakan pada mereka?"
"Dia tidak mengatakan apapun. Tangannya lebih cepat bekerja dari otak." Sahut Kandra.
Kayra mengangguk, "aku menjambak mereka sampai rambutnya rontok, kulit kepalanya memerah, yang terakhir aku cincang rambutnya." Jelasnya menggebu.
Dhika tidak tau harus bereaksi seperti apa, sungguh putrinya sangat mirip Cia, bisa dia bayangkan seperti apa kesalnya kepala sekolah Kayra.
"Papa dukung, harusnya kamu rontokkan giginya."
"Aku akan mengingatnya. Dan papa, harus jadi pendukung sejatiku." Dhika mengangguk. Tentu, dia tidak akan membiarkan anak-anaknya di cemooh orang karena ketidak becusannya menjadi orangtua.
Kayra dengan lamat menatap wajah Dhika sampai dahinya mengkerut, "papa terlihat lebih tua dari uncle-uncleku."
Mak jleb, Dhika kembali mendapat kalimat tentang usia.
"Kalau papa seperti mereka, tentu kalian belum hadir ke dunia," jawab Dhika dengan senyum tulus. Dia senang sekali pada Kayra, seperti melihat istrinya.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください