Di saat sendiri, Dhika yang di kenal teguh pendirian dan tak tergoyahkan tumbang seperti pohon tua yang kehilangan kemampuan untuk berdiri kokoh menahan segala yang menerjang.
Dia tidak pernah serapuh ini, dari kecil sampai setua ini tidak pernah sekalipun dia sesakit ini, rasanya raga dan jiwanya ingin terpisah. Tidak ada harapan untuk melanjutkan hidup jika istrinya tidak ada bersamanya.
Tanpa di sadari airmatanya jatuh, bahu yang sangat di sukai Cia bergetar hebat, wajahnya lusuh tertunduk basah karena airmata. Dia rindu istrinya.
"Jangan tinggalkan saya," lirihnya di sela isakkan pilu.
Cintanya terhadap Cia sangatlah besar, tidak pernah dalam hidupnya dia mencintai seseorang sebesar ini, ingin memilikinya sekeras ini. Sumpah demi Tuhan dia sangat mencintai istrinya. Dalam tangisnya, Dhika menyadari telah kembali sendiri, hatinya layu karena sumber kehidupannya pergi meninggalkannya.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください