webnovel

Orang ketiga

Yash dan Mona tampak gusar begitu mata kami saling memandang satu sama lain.

"Amelie, aku..."

"Diam!" tandasku menyela ucapan Yash yang hendak berbicara padaku. Yash kian gusar, tatapannya mulai tidak fokus harus menatap kemana. Dia memalingkannya dariku yang terus menatapnya tajam.

"Mona! Apa kau sudah buta? Kau lupa siapa Yash, hah? Dia kekasih Keysa, sepupu kita!" ujarku menghardik Monalisa

Namun, seolah sedikitpun tidak ada rasa bersalah atau takut dari tatapan Monalisa yang terus memperhatikanku berbicara.

"Cinta memang buta kan, Mel? Seperti itulah yang terjadi dan yang aku rasakan pada Yash. Aku tidak peduli siapa kekasihnya saat ini," jawabnya dengan santai di sertai dengan senyuman menyeringai darinya.

Aku melangkah lebih dekat meski dengan tubuh masih gemetaran, "Kau gila, Mon! Ini bukan cinta, tapi ego. Aku tau kau selalu merasa tersaingi dengan Keysa selama ini, tapi ini salah, Mona. Kau memilih untuk berperang dengan Keysa hanya untuk laki-laki brengsek sepertinya," jawabku lagi seraya menunjuk kasar wajah Yash yang gelisah sejak tadi.

"Jaga ucapanmu, Mel! Beraninya kau mengataiku demikian, Mona tidak salah. Aku yang salah, dan ini semua karenamu. Kau yang membuatku seperti ini," sahut Yash dan membuatku kembali tersentak.

"Heh, ternyata diam-diam bukan hanya aku yang mengkhianati Keysa dengan merebut kekasihnya. Kau bahkan lebih dulu berniat ingin merebutnya dariku kan?" hardik Monalisa padaku.

"Mona..." aku benar-benar hilang kendali, seolah kedua tanganku tergerak sendiri hendak memberikan satu tamparan pada Monalisa.

Plak!

Yash menangkap tanganku gesit dan kasar, sangat kuat mencengkram lenganku saat ini, sungguh ini sangat sakit.

"Jangan pernah kau coba-coba menyentuh Monalisa, Wanita Munafik!"

Aku kian geram, mendengar Yash justru mencercaku di depan Monalisa. Aku berusaha melawan cengkramannya, untuk berbalik menamparnya saat ini. Tapi apa dayaku, cengkraman laki-laki brengsek ini sungguh kuat sehingga sangat menyakitiku dan melemahkanku.

Aku sedikit terpelanting begitu Yash menepis tanganku dengan kasar. Inginku menangis menahan sakitnya lenganku ini, tapi aku tidak boleh menangis di depan mereka, atau mereka akan mentertawakanku dan mengejekku lemah.

"Tsk, Amelie. Kau sungguh sepupu yang sangat baik dan perhatian, tapi aku tidak butuh itu semua dari wanita munafik sepertimu, mending kamu perhatikan hidupmu yang selalu mendapati julukan perawan tua dari kakek dan nenekmu itu, kau bikin malu saja."

Rasanya aku ingin sekali menelannya hidup-hidup saat ini, Monalisa sudah keterlaluan. Aku merasa sungguh terhina, di depan Yash. Laki-laki yang bahkan telah menggodaku lebih dulu di belakang Keysa.

"Sudahkah pidato kalian yang tidak bermutu itu? Saat ini, aku tidak akan tinggal diam lagi. Aku akan beberkan semua ini di depan Keysa. Dan kau, Yash! Bersiaplah apa yang akan Keysa lakukan padamu setelah ini."

Aku melangkah pergi dari hadapan mereka, hendak menemui Keysa. Kali ini aku sudah tidak bisa lagi menahannya, ini sudah keterlaluan. Aku tidak akan membiarkan Keysa di sakiti dan terus di khianati oleh laki-laki bajingan itu.

"Mona, semua ini gara-gara kau!" Yash menegur Monalisa cukup lantang di belakang terdengar olehku.

Sampai akhirnya langkahku terhenti di luar pintu, kulihat Keysa sudah menundukkan wajahnya dengan air mata yang mengalir deras membasahi pipinya.

"Keysa... Kau..."

"Aku sudah mendengar semuanya, Mel. Aku sudah mendengarnya..." ujar Keysa dengan suara parau.

Dia sepupuku sekaligus sahabat terbaik dan terdekatku. Aku tak kuasa melihatnya terluka dengan yang tangisannya seperti itu. Seakan aku ikut merasakan betapa hatinya hancur saat ini.

"Key, aku bisa jelasin semua ini." Yash berbicara dari belakangku, sementara Mona masih di dalam ruang toilet.

Segera kudekap Keysa ke dalam pelukanku untuk menguatkannya. Yah, hanya sebuah pelukan hangat dan kuat yang akan sedikit menenangkannya.

"Key, bicaralah. Kau percaya aku, 'kan? Aku dan Monalisa hanyalah..."

"Kami sudah berpacaran, Key. Maafkan aku, tadinya aku datang kemari untuk mengatakannya secara langsung padamu. Tapi aku tidak tau bahwa kau akan begitu percaya diri bercumbu dengan Yash di depan kekasihnya yang lain," ujar Mona menyusul dari belakang Yash. Dia berbicara dengan santai dan kini berdiri tepat di sisi Yash tanpa rasa takut sedikitpu.

Namun disini, tampaknya Yash lah yang sangat gelisah dan penuh dengan ketakutan.

Keysa memejamkan kedua matanya, air matanya kian mengalir deras bercucuran. Oh Tuhan, tadinya aku ingin mengungkapkan keburukan Yash di belakang Keysa dengan cara yang berbeda, tidak dengan terbuka dan di tempat umum seperti ini, terlebi ini di toilet.

Keysa memang sosok wanita yang kuat, namun dia selalu lemah dalam urusan cinta, terlebih pada laki-laki yang sangat dia cintai. Selama ini Keysa selalu memuja muji Yash di depanku, meski banyak laki-laki yang mengejarnya, namun hanya Yash yang ia pertahankan sedikit lama dari hubungan yang selalu ia jalin sebelumnya.

"Hapus air matamu, Key! Kau tidak pantas menangisi laki-laki seperti Yash," ujarku berusaha menguatkan hati Keysa, walau aku sendiri tak kuasa menahannya, ini terlalu mendadak.

"Key, bicaralah, Sayang." Yash berbicara kembali.

"Yash, apaan sih?" tandas Monalisa setelah Yash berbicara demikian.

Plak!

Sebuah tamparan keras mendarat dalam sekejap hingga sedikit melukai bibir Monalisa.

Aku tersentak, begitupun Yash yang tampak terkejut hingga membelalakkan kedua matanya menatap Keysa dan Mona bergantian.

Aku menyeringai, ada perasaan lega dan puas pada akhirnya Keysa melakukan hal yang tadinya ingin sekali aku yang melakukannya lebih dulu.

"Tutup mulutmu, Mona! Kau sudah banyak bicara sejak tadi, kau membuat gendang telingaku hampir pecah oleh suaramu yang seperti burung beo itu."

Monalisa menatap tajam ke arah Keysa yang mencercanya demikian. Keysa segera mengusap air matanya, agar tidak lagi mengalir membasahi pipinya.

Lantas Monalisa menyeringai, aku mengernyit. Apa yang dia pikirkan saat ini, setelah Keysa menamparnya cukup keras hingga bibirnya berdarah saat ini. Apakah dia sudah kehilangan akal? Atau seketika geger otak bekas tamparan keras dari Keysa?

次の章へ