webnovel

Wish

Agenda yang diberikan Andrew membuatnya cukup kecewa, Dream play tak sesuai dengan yang diharapkannya. Dia berharap bahwa wahananya seperti dunia fantasi ancol, ataupun trans studio, namun kebanyakan hanyalah fasilitas untuk anak-anak.

Pantas saja Ale sangat ingin masuk ke dalam sana.

Dan untung saja dia memiliki cukup banyak uang untuk simpanan bulan madunya yang gagal, karena di dalam sana semua yang dibeli cukup mahal.

"Andre, ayo beralih dan menambah perjalanan untuk hari ini. Aku tak tau jika isi dalam wahana ini seperti ini."

"Kamu kecewa?"

"Lumayan." Samantha duduk sembari memperhatikan Alden dan Ale menikmati berfoto dengan para karakter dream works.

"Tapi kita masih punya sekitar dua jam untuk trip berikutnya, kamu gak mau bersenang-senang dengan Alden seperti Ale?"

"Ini untuk anak-anak Andre. Kenapa kau tak bilang dari awal?"

"Kufikir kau akan senang. Maafkan aku. Aku akan menjadwalkan ke sky ranch tagatay."

"Itu bukan untuk anak-anak kan?"

"Bukan. Wahana disini cukup menantang."

"Tapi tak ada Alden di perjalanan berikutnya." Samantha semakin merenggut dan cemberut.

"Akan ku usahakan mengajak Alden, berdo'a lah semoga dia tak memiliki jadwal yang terlalu banyak besok."

"Tak bisakah kau bertanya padanya sekarang?" Samantha memperhatikan Alden yang seakan terlah berpengalaman dalam mengurus anak kecil manapun.

"Besok kita akan berangkat lebih pagi, karena perjalanannya cukup lama."

"Tidak apa, selama Alden bisa menemani kita." Samantha tersenyum, menghilangkan awan hitam yang menyelimuti hatinya.

"Apakah kau tak mendapat masalah dengan pihak travel?"

"Kenapa?"

"Mengganti jadwal sesuka hati gitu."

"Akan menjadi masalah jika dengan banyak orang, tapi disini pelangganku hanya satu orang, jadi tidak masalah." Terang Andre.

Samantha menarik tangan Andre dan ikut berfoto serta berdansa dengan beberapa karakter yang ada di sana.

Samantha cukup bahagia dan tertawa, melupakan semua kesedihan yang ada di Jakarta. Ada rona tipis dan lesung pipi yang begitu kentara di wajah Samantha , yang membuatnya terlihat begitu manis.

Samantha meminta mengambil beberapa foto sebagai kenangannya hari itu. Bahkan membelikan pernak pernik untuk Ale, dengan harapan suatu hari nanti dia bisa kembali bertemu mereka disini.

"Sepuluh tahun dari sekarang, kita akan bertemu disini. Ale, Alden, Andre, Samantha. Wah, kalian semua dimulai dari huruf A!" Ucap Samantha ketika sudah keluar dari areal dreamplay.

Ketiganya menyetujui dan mengembalikan Ale kepada orangtua asuhnya.

"Alden, kau tak berniat untuk kembali? Jangan sampai mama ten marah lagi seperti sebelumnya."

"Aku meminta mama ten mengosongkan jadwalku hari ini dan besok. Kufikir bersenang-senang sedikit bersama kalian akan menyenangkan dan bisa menghilangkan sedikit stres." Mimik Alden dibuat seperti sedang kelelahan dan sedih.

"Alden bisa stres juga? Kufikir Alden senang menjalani semuanya." Samantha menjawab tanpa melihat, seperti sedang menerawang dan memikirkan banyak hal.

"Sam, aku tadi sempat kena marah loh sama mama ten, karena hari ini dan besok jadwalku sulit untuk di pindahkan."

"Katakan kau akan ikut dengan kami dan bersenang-senang bersama!" Mohon Sam dengan menggenggam kedua tangan Alden dan menatapnya penuh harap.

Alden tertawa dipaksakan, wajahnya terlihat seperti orang kebingungan untuk menjawab.

"Katakan iya Alden," Samantha semakin meremas tangan Alden seakan sedang berdo'a.

"Baiklah-baiklah, jangan terlalu dekat, wajahmu terlalu menggoda untuk tidak dicium!" Ucap Alden yang membuat Samantha melepaskan tangan Alden dan segera berlindung di belakang Andre.

"Andre..." Rengek Samantha yang membuat Alden dan Andre tertawa.

"Ya sudah, hati-hati dengan singa satu ini, aku akan mengambil mobil dulu, baru menjemput kalian disini."

"Ikut Dre!"

"Jauh Sam! Disini saja!" Andre melepaskan tangan merengek Samantha kemudian berjalan menuju parkir mobil.

Samantha melirik dan sedikit menjauh dari Alden.

"Tenang saja, aku tidak segampang itu mencium wanita." Ucap Alden yang sudah kembali duduk di kursi yang ada di depan pintu masuk.

Dengan pelan dan hati-hati, Samantha duduk disamping Alden. Masih ada sedikit jarak yang dibuat oleh Samantha.

"Sejujurnya, mencium dan dicium bagiku itu hal yang sakral dan tabu. Jadi, ketika kamu ngomong kayak tadi, aku beneran takut." Samantha berucap tanpa melihat Alden, memainkan sling bag yang cukup besar yang sejak awal dibawa olehnya.

"Santai saja, Sam. Aku beneran hanya menggodamu tadi, habisnya kamu terlalu serius. Padahal aku sudah bilang, sudah meminta mama ten untuk menjadwal ulang setiap kegiatan hari ini dan besok."

Mobil Andre tiba di depan mereka sehingga keduanya mulai naik dan menuju destinasi berikutnya.

"Destinasi berikutnya itu kita akan wisata kuliner, dan beresiko membuka identitas Alden."

Kalimat Andre membuat Sam dan Alden berpandangan, jika Alden ketahuan, maka itu akan cukup sulit untuk menghindarkannya dari kerumunan. Dan acara jalan-jalan mereka akan berakhir hari itu juga.

"Jadi, kita harus bagaimana?"

"Bungkus saja, makannya di hotel."

"Kamu yakin? Kami bisa memakanmu loh disana!" Ucap Alden lagi yang membuat Samantha bersemu merah seperti tomat.

"Ih, Alden mulai! Aku bisa laporin Andre ke pihak travel, trus, aku bakalan maksa Alden buat nikah sama aku. Masalah selesai!" Ada sedikit getaran di suara Samantha yang dibuat tegas.

"Kalau aku gak mau dan berkelit bagaimana?"

"Aku umumin di media!"

"Alden, berhenti bercanda dengannya, wajahnya sudah benar-benar merah!" Andre menonjok lengan Alden pelan, yang membuat Alden malah tertawa dengan ekspresi yang di nampakkan Samantha.

"Sam, Alden memang seperti ini. Karena itu, guru kami waktu SD berkata kalau dia bisa menjadi bintang besar!"

Samantha membulatkan mulutnya tanda mengerti.

"Tapi Sam, apa kamu suka hidangan laut?"

"Aku suka udang!" Samantha bersorak menjawab pertanyaan Andre, "Eh, tapi, aku juga suka kepiting, suka kerang, suka semua deh pokoknya!" lanjut Samantha menyambung jawabannya yang pertama.

"Bagus! Karena kita akan menjelajah makanan laut ter fresh!"

*

Dan Samantha benar-benar mencoba semua yang disarankan, Kepiting telur asin, udang bakar bumbu pedas, Udang goreng, dan banyak lagi yang membuat Andre dan Alden heran.

"Kamu bisa habisin porsi besar ini? Gak takut badanmu melar?" Alden mempertanyakan tindakan yang dilakukan Samantha sekarang.

"Aku ini unik, Alden. Aku mudah kurus, namun sulit untuk gemuk. Paling naik dua tiga kilo aja maksimal." Samantha kembali melahap makanan di meja, dibantu eh Andre.

"Udah, makan aja, aku tau kamu gampang gemuk dan dietmu ketat, sesekali, buat mama ten kesulitan. Kau gak akan bisa menikmati makanan kalau banyak pertimbangan." Andre malah mendorong Alden untuk mencoba makanan yang ada di hadapannya.

Sementara Alden masih menimbang-nimbang. Yang ada di hadapannya adalah lemak, kolesterol, dan hal-hal yang bisa membuat berat badannya meningkat drastis, terlepas dia berolahraga setiap hari atau tidak.

"Alden, ayo makan, bisa mensyukuri segala nikmat yang diberikan itu juga karunia."

Alden menghela nafas pasrah. Makanan di depannya cukup menggoda dan kapan lagi bisa makan bermacam-macam tanpa ditegur oleh mama Ten.

Dan akhirnya Alden mencoba udang bakar pedas yang terpampang menggoda di hadapannya.

"Nah, gitu dong! Kan lebih enak!"

Ini adalah fiktif, adapun jika karakternya keluar dari sifat asli, maka maafkan, penulis tidak terlalu mengerti tagalog sehingga mengandalkan video mimik dan ekspresi di tiap interview Alden Richard

Rin_da_Liviancreators' thoughts