webnovel

RAHASIA DAVID

Apa yang disembunyikan David sebetulnya? Karla merasa perlu untuk menyelidiki semua itu. Ia ingat betul bagaimana sifat Amelia sejak kecil. Amelia bukanlah gadis liar yang bisa melakukan hubungan di luar pernikahan yang sah secara sembarangan.

Pura- pura tidak peduli, Karla melanjutkan makannya dengan lahap. Markonah memang pintar memasak, untuk urusan yang satu itu, Karla harus mengacungkan jempol. Setiap kali ia membelikan buku resep masakan, Markonah akan langsung praktek. Hasilnya, cukup memuaskan, bahkan menurut Karla Markonah jarang sekali masak tidak enak. Telur mata sapi saja, bisa menjadi sangat enak jika Markonah yang menggorengnya.

"Katanya mau diet, jam berapa ini kau masih makan nasi goreng. Ini karbonya tinggi, belum lagi kandungan minyak di dalamnya," sindir David.

"Besok, aku sudah mulai yoga, ada pelatih khusus yang aku suruh ke rumah. Besok aku juga akan belanja kebutuhan makanan selama aku diet. Jadi, anggap saja malam ini perpisahan dengan makanan yang enak," jawab Karla acuh tak acuh.

David hanya menyeringai, ia tau betul bagaimana ambisi Karla. "Atur saja semaumu dan seenakmu," ujar David. Setelah selesai makan, keduanya langsung masuk kamar. Karla yang masih merasa penasaran dengan apa yang disembunyikan David langsung membaringkan tubuhnya dan menarik selimut. Sebenarnya hal itu tidak baik untuk pencernaan,tapi Karla malas jika ia harus melayani keinginan biologis David malam ini. Untuk pertama kalinya Karla merasa seperti seorang perempuan murahan yang menjajakan tubuh demi uang.

Bedanya ia adalah seorang penjaja tubuh yang sedikit lebih elegan karena bisa menjadi seorang artis dan memiliki kehidupan yang amat sangat layak jika dibandingkan dengan perempuan murahan di luar sana. David sendiri sama sekali tidak berminat untuk menyentuh Karla malam ini. Sejak Karla melahirkan, David menjadi sedikit tidak berselera menjamah tubuh Karla, mungkin karena ia melihat gelambir lemak yang mulai terlihat di tubuh Karla.

***

"Kau sudah gila,Dave?! Aku belum lagi menghubungi pihak media di Korea, kau sudah membelikan aku tiket bahkan reservasi hotel. Kau gila!" hardik Patricia saat David memberikan tiket dan sejumlah uang yang sudah ia tukarkan menjadi mata uang Korea.

"Secepatnya, Patricia. Jika tidak, kita akan keduluan orang lain!" seru David.

"Aku tau jika saat ini perusahaan kita sedang dalam kondisi tidak baik. Tetapi, bisnis kita bukan hanya ini, Dave. Kau ini seperti orang yang sudah kehabisan uang saja," tukas Patricia.

David menghela napas panjang, "Kau tau betul arti perusahaan ini untukku, Pat. Jadi, sekalipun bisnisku yang lain masih bisa membuatku berdiri tegak, tetap saja, aku harus mempertahankan perusahaan ini."

Patricia mengembuskan napasnya dengan berat lalu mengangkat kedua tangannya. "Baik, kau menang! Besok aku akan berangkat ke Seoul dan mencari Jasmine."

"Terima kasih, Pat."

Patricia terdiam, jawaban David tampak tidak bersemangat sama sekali. Ia menatap wajah sepupunya itu, "Kau kenapa?" tanya Patricia.

"Apa yang kenapa?"

"Kau tidak bisa menyembunyikan apapun dariku, Dave. Aku mengenal dirimu sama seperti aku mengenal diriku sendiri," kata Patricia. David tertawa getir, ia menyalakan rokok dan mulai mengisapnya perlahan.

"Ada rahasia yang selama setahun terakhir ini aku simpan sendiri, Pat. Aku malu mengakui hal itu," ujar David membuat Patricia menautkan alisnya.

Gadis cantik itu langsung duduk di hadapan David dengan tenang, ia tau bahwa ini pasti adalah masalah serius.

"Kau bisa mempercayaiku, Dave," ujar Patricia.

"Amelia ... ini tentang Amelia."

"Ada apa dengannya?"

David mengembuskan napas dan menceritakan masalah yang selama ini ia simpan sendiri. Saat mendengar hal itu, Patricia bukan menunjukkan simpatinya. Tetapi, gadis itu langsung bangkit dan tanpa ragu menampar sepupunya itu dengan keras.

"Brengsek! Seandainya ayahmu tau hal ini, dia pasti akan jauh lebih marah dariku!" hardik Patricia dengan geram.

Patricia tau, David memang tidak pernah bisa memiliki komitmen dengan pernikahan , tetapi bukan berarti bisa melepaskan tanggung jawab begitu saja hanya dengan cek senilai tiga ratus juta rupiah.

"Amelia pasti sedang mengandung anakmu saat ia pergi, jika memang benar kau dan Karla menemukan tespact di kamarnya," kata Patricia.

"Aku juga berpikir demikian, Pat. Itulah sebabnya aku merasa sangat bersalah pada Amelia. Tapi, aku bingung harus bagaimana aku menebusnya."

"Menikahinya!"

David merasa seperti baru saja disambar petir saat mendengar perkataan Patricia.

"Dengan Amelia? Dia itu ...."

"Kenapa? Dia gemuk, jelek, bukan tipe gadis yang kau idam-idamkan, begitu?" cecar Patricia membuat David terdiam.

"Dave, kau harus bertanggung jawab atas segala perbuatanmu, Amelia gadis yang baik," ujar Patricia lagi.

David hanya terpekur, jika sudah menyangkut pernikahan entah mengapa hati David rasanya seperti tersayat sembilu. Tidak banyak orang yang tau bagaimana keluarga David yang sebenarnya kecuali Patricia. Ayah David Ronald Romano, lahir di Perancis, ia bertemu dengan Cahaya Kamila, ibu David ketika mereka sama-sama kuliah di Paris. Cahaya adalah anak tunggal sehingga Ronald memutuskan untuk mengganti kewarganegaraannya. Mereka menikah di Indonesia, kedua orangtua Cahaya mewariskan semua asset dan perusahaan mereka sepenuhnya kepada Ronald.

Ronald yang saat itu juga sudah membangun perusahaan sendiri tidak keberatan menjalankan apa yang sudah dipercayakan kedua mertuanya. Dia pun meminta bantuan Gracia, adik kandungnya yang juga ikut pindah ke Indonesia. Gracia tak lain dan tak bukan adalah ibu Patricia. Sama seperti Ronald, Gracia pun menikah dengan orang Indonesia asli. Kepada merekalah akhirnya Ronald mempercayakan perusahaan ayah mertuanya hingga bisa berkembang pesat.

Tetapi, kecelakaan maut sudah merenggut nyawa Cahaya dan kedua orangtuanya. Mereka meninggal dalam kecelakaan pesawat saat hendak bertolak ke Perancis untuk menyusul Ronald yang sudah lebih dulu berangkat ke sana bersama David. Usia David waktu itu baru 14 tahun, dan pemuda itu harus menerima kesedihan yang teramat sangat. Sejak saat itu David lebih banyak menghabiskan waktu bersama aunty nya Gracia dan juga melewatkan masa remajanya dengan Patricia. Sejak saat itu juga entah mengapa David merasa sebuah pernikahan apa lagi yang berbeda kultur dan budaya hanya akan membawa malapetaka. Seandainya saja Cahaya dan Ronald sama-sama orang Indonesia, tentunya Cahaya tidak perlu jauh-jauh ke Perancis hanya untuk bertemu dengan mertuanya.

Hati David juga seolah tidak mengenal cinta, mungkin karena kurangnya sentuhan kasih sayang seorang ibu membuatnya menjadi sangat dingin. Ia juga seolah mencari sosok wanita yang cantiknya sama seperti almarhum ibunya. Ia selalu ingin wanita yang langsing, cantik ,sempurna seperti Cahaya Kamila di matanya dulu. Bukan hanya sekali Ronald meminta David untuk menikah dengan Karla. Namun, David tidak pernah mengindahkan permintaan sang ayah.

"Kau tau betul alasanku tidak mau menikah. Aku tidak mau seperti Daddy, saking cintanya kepada Mommy, sejak Mommy tidak ada dia hidup dalam dunianya sendiri," tukas David kepada Patricia.

"Terserahlah apa katamu, Dave. Tapi, jika boleh aku memberi saran, carilah Amelia.'

次の章へ