webnovel

Bagian ke Sebelas

Setelah mimpi buruk tadi malam, aku tahu akhirnya. Bukan salah Dodi, juga bukan salahku tapi ada yang hendak membunuhku ! entah kenapa, siapa dia ? aku tak tahu...

Aku sudah tiba di sekolah dan bersikap biasa serta melupakan apa yang terjadi, dua sahabatku menyapaku dan kemudian mengobrol. Mereka meminta diajarkan memasak karena sudah beberapa hari ini bekalku yang aku bawa selalu habis dengan berbagai macam isiannya. Aku hanya tersenyum saja dan mengangguk.

Aku bertubrukan dengan Dodi tanpa sengaja di koridor sekolah karena tadi aku melamun atau sengaja ?

"Aduh, maaf !" kataku.

"Lo kenapa ?" tanyanya.

"Engga kok, sungguh tidak apa-apa !" jawabku.

"Jangan bohong, dari kemarin kamu melamun terus !" aku tertegun.

"Kamu bisa cerita apapun sama gue !" Dodi memegang tanganku.

"Kamu engga bakalan mengerti !" kataku.

"Gue memang tidak mengerti, kamu berubah !" Dodi menatapku.

"Gue tahu, kecelakasn itu sebenarnya di sengaja !" akhirnya aku ungkap yang ku sembunyikan.

"Maksud lo ....!" dia terdiam. "Gue tahu ...gue melihat oma kamu ...bertarung dengan mereka! gue melihatnya serasa bermimpi !" Dodi bercerita sambil tak percaya, aku justru malah terdiam.

"Setelah itu oma mendekatiku dan dia berkata tolong jaga kamu ! tapi gue engga ngerti apa maksudnya !" aku tertegun.

"Maaf gue harus pergi !" aku pergi, dan bingung di satu sisi aku harus merahasiakan tentang aku seorang penyihir disatu yang lain Dodi tahu tentang diriku.

-------------------

"Ana, bangunlah !" aku mendengar suara lembut itu, oma ? aku bangun dan benar sesosok bayangan berada di samping tempat tidurku.

"Oma !" aku tidak bisa memeluknya.

"Maaf sayang, oma hanya seperti ini bila jauh dari rumah !" ucap oma.

"Oma, aku ...!" aku tak bisa berkata apapun.

"Oma tahu sayang ! oma sengaja merahasiakan hal ini untuk menghindari bahaya bagi dirimu !" jelas Oma.

"Kenapa mereka mau membunuhku, oma ?" tanyaku.

"Karena kamu adalah cucuku satu-satu yang mewarisi ilmu sihir! bila kamu mati maka tidak ada lagi keturunan penyihir di generasi oma! oma hanya bilang, saat itu yang terkuat sihirnya, diantara yang lainnya hanya oma! selain itu ... nanti saja bila sudah tiba saatnya Ana, oma akan jelaskan mungkin di pelajaran ke 5 itu cukup bagimu !" jelas Oma.

"Lalu Dodi? dia tahu oma bertarung ?" tanyaku. Oma tersenyum dan hanya mengangguk.

"Dia punya kekuatan juga tapi berbeda !" Aku terkejut.

"Penyihir juga oma ?" tanyaku.

"Entahlah, tapi ilmu itu diturunkan dari nenek moyangnya yang seorang raja yang terkenal !" aku tertegun.

"Majapahit, Sriwijaya, Mataram atau Pajajaran ?" tanyaku lagi karena penasaran. Oma malah tertawa.

"Oma tidak tahu, tapi mungkin saja salah satu kerajaan itu! oma tidak tahu sejarah kerajaan di Indonesia! tapi mungkin satu turunan dengan kakekmu! yang jelas dia dan keluarganya mempunyai keris pusaka !" lanjutnya.

"Oh, kerajaan Pajajaran kali oma? kakekkan orang Sunda !" jawabku. Oma hanya mengangguk.

"Lalu ... aku bingung! disisi lain harus dirahasiakan tapi di lain waktu ada yang tahu seperti Dodi !" kataku.

"Untuk itulah oma hadir, bila kamu sedang bingung atau kesulitan bahkan bahaya! tidak mengapa asal jangan yang tidak tahu apa-apa! mereka hanya menganggap itu tipuan atau sulap semata! dan bisa saja itu musuh kita! kamu harus memilahnya, oma percaya kepadamu! kalau tidak tahu tanyakan kepada rumput yang bergoyang !" aku tersenyum mendengarkan penjelasan oma, tumbuhan selalu jujur tahu mana yang jahat dan baik, karena mereka tidak bisa berbuat apa-apa hanya terdiam.

"Iya oma, aku mengerti !" jawabku.

"Kalau begitu, oma pergi ya !" pamitnya dan menghilang.

-----------

Keesokan harinya di sekolah, aku ingin bicara berdua dengan Dodi. Dia mengajakku kebelakang sekolah, disana aku cerita singkatnya siapa diriku dan oma, Dodi hanya terdiam.

"Sudah kuduga !" jawabnya.

"Tapi, aku merahasiakan ini dari siapa pun !" kataku. "Disini aman kan ?" tanyaku dia mengangguk.

"Ya sudah, ini menjadi rahasia kita !" jawab Dodi, ketika hendak pergi dia melarangku.

"Kenapa ?" tanyaku heran.

"Ada orang !" bisiknya. Dan memang aku melihat 4 orang cowok datang.

"Sssttt ...!" memintaku berdiam tanpa berbicara, secara mengejutkan mereka tidak melihat kami berdua, dengan santainya mereka mengobrol padahal kami di samping mereka. Rupanya keempatnya hendak merokok di belakang sekolah.

Dodi menarik tanganku dan memberi tanda untuk mengikutinya dan berjalan melewati mereka tanpa bersuara. Perlahan kami berjalan melewati mereka tanpa diketahui. Mungkinkah ini ilmunya Dodi ? entahlah ....

Kami berhasil dan berjalan di lorong, tanpa diduga kami bertemu Wahyu dan Robi.

"Cie ... udah gandengan tangan aja nih !" ejek Robi, aku terkejut dan tanpa sadar menarik tanganku dari Dodi.

"Maaf, gue duluan !" kataku langsung pergi dengan muka merah.

Ternyata gosip dengan aku dan Dodi pun menyebar dengan cepat. Entah siapa yang memulai, mungkin saja Robi.

"Na, lo beneran sama Dodi ?" tanya Dina, kepadaku aku menggeleng kepala.

"Gue, hanya temenan aja kok !" jawabku.

"Oh, katanya lo gandengan tangan !" kini Rena bertanya. aku menceritakan dengan cerita yang berbeda agar tidak ketahuan kalau ada pembicaraan penting.

Dan ternyata Dodi pun mengatakan hal yang sama denganku, sehingga gosip pun kini hilang begitu saja. Tanpa terasa waktu pun berlalu, kini mulai masuk bulan Februari saatnya valentine, bagi para remaja saatnya memberikan coklat kepada pasangan atau sahabat.

Masalah coklat ini ada di dalam resep masakan oma aku, makanya aku pun mencoba resep membuat coklat ini. Tentu saja semua teman dan sahabatku akan aku bagi. Bi Minah pun membantuku untuk memasak coklatnya. Dan aku titip kepada mamaku untuk membeli cetakan coklatnya, nanti di dalam coklatnya akan aku isi dengan berbagai isian rahasia.

Aku pun mencicipi coklat yang sudah aku masak, dan hmmm ... enak dan lezat, dan tak kalah dengan buatan coklat yang sudah populer atau pun toko-toko kue atau coklat. Coklat yang aku buat tidak terlalu manis ada sedikit pahitnya dan itu disengaja.

Hari Valentine masih seminggu lagi, tapi aku sudah membawa masing-masing satu kotak untuk dibagikan.

"Dina, ini satu kotak coklat sebagai hadiah valentine !" aku pun memberikan kotak berisi coklat yang aku buat sendiri.

"Serius nih ?" tanyanya, aku mengangguk.

"Din, Ren memberikan coklat itu bukan hanya untuk kekasih tapi juga sahabat, orang tua dan lainnya !" kataku kepada mereka. Keduanya memelukku erat.

"Terima kasih ya Na! elo baik banget, sudah selalu bikin bekal yang selalu kami ketagihan kini ngasih coklat lagi !" ucap Dina.

"Ini buatan lo sendiri kan ?" tanya Rena, aku mengangguk.

"Wah, bakalan enak dong !" ujar keduanya memujiku. Aku hanya tersenyum.

Aku pun membagikannya kepada Dodi dan juga Wahyu serta Robi juga, mereka sangat senang dengan pemberianku. Kotak itu memang tidak besar tapi kecil ada 5 buah coklat yang aku bungkus.

"Ana, ini enak banget! sumpah baru kali gue makan coklat seperti ini !" seru mereka berdua.

"Tapi ko lo bikinnya sedikit sih ?" ujar Rena cemberut dalam sekejap coklat itu habis tak bersisa.

"Nanti juga kalian dapet dari mana-mana! jadi dari gue udah !" jawabku tersenyum.

---------------

Ketika aku mau pulang, mang Udin nelpon meminta maaf karena ada maalah dalam mobilnya sehingga aku harus naik taksi.

"Lo kok belum pulang ?" ternyata itu Dodi, aku pikir Rena dan Dina.

"Belum, gue mau naik taksi! soalnya mang Udin mau ke bengkel !" jawabku.

"Ya udah barengan sama gue !" tawarnya. Aku terdiam tapi tanpa diduga dia menarik tanganku dan masuk ke mobilnya.

"Udah, naik! gue takut lo kenapa-kenapa di jalan !" ujar Dodi, akhirnya aku tak menolak.

"Coklatnya enak !" pujinya.

"Terima kasih !" jawabku.

"Lo mau pindah ya ?" tanyanya.

"Ko tahu ?" aku balik bertanya.

"Kevin yang cerita !" jawabnya, aku mengangguk.

"Kapan ?" tanyanya.

"Nanti udah lulus SMP !" jawabku, setelah itu kami berdua terdiam.

Akhirnya aku sampai depan rumah, aku pamitan sama Dodi dan dia mengangguk aku turun sementara mobilnya Dodi melaju pergi ....

Bersambung ...

次の章へ