webnovel

HAPPY BIRTHDAY 8 [END]

Pagi, Xiao Zhan terbangun dengan Wang Yibo di sisinya. Lelaki itu curang. Dia sudah mandi, berkaus biru sambil menyesap secangkir teh. Dan saat Xiao Zhan menatapnya, Wang Yibo mengulas senyum sebelum mendekat untuk memberi ciuman pagi.

"Selamat pagi..."

Hanya saja, Xiao Zhan menyadari ada yang berbeda dengan jemarinya saat berpegangan di leher Wang Yibo. Dia belum membalas sapaan lelaki itu, tapi justru tertarik memandangi sebuah cincin yang sudah melingkari jari manisnya.

"Lao Wang..."

Cincin itu sangat ramping, tapi kilau putihnya sudah mengatakan kalau bahannya bukan sembarangan. Jujur, Xiao Zhan tak terlalu memperhatikan soal perhiasan. Dia tak tahu menahu dengan harga, keistimewaan, atau lain sebagainya. Beda lagi dengan Wang Yibo yang bekerja untuk Swarovski. Jadi saat lelaki itu tersenyum, Xiao Zhan justru tertegun diam.

"Zhan Ge cukup tak boleh berhenti mengawasiku," kata Wang Yibo. "Lihat, dari tahun ke tahun aku jadi seperti apa."

"..."

"Semua itu untuk Zhan Ge."

"..."

Xiao Zhan dipeluk lembut. Wang Yibo tampak tenang bersandar di bahunya. "Sekali lagi, happy birthday..." bisiknya pelan. "Aku tidak akan menyerah dengan rencanaku. Zhan Ge tahu itu kan?"

Perlahan, Xiao Zhan membalas pelukan itu. "Kenapa jadi kau yang melakukan banyak hal..." katanya. "Ini ulang tahunku. Seharusnya aku yang bertugas mengayomimu."

"Haha... Zhan Ge tidak boleh mengalahkanku."

"Senang sekali..." kata Xiao Zhan. Di posisi itu, Wang Yibo tidak tahu bola matanya mulai berair. "Terima kasih, Lao Wang. Terima kasih sudah membuktikan terlalu banyak hal untukku."

"Itu hadiah," kata Wang Yibo. "Tapi Zhan Ge boleh meminta hal lain jika ada. Katakan saja."

"Bodoh..."

"Zhan Ge pikir aku bercanda?"

"Tentu saja kau tidak bercanda, tapi bagaimana bisa seperti ini," kata Xiao Zhan. Pria itu semakin mempererat pelukkannya. Dia seperti bergantung tanpa sandaran lain lagi disana. Takut kehilangan jika sampai dilepaskan. "Aku belum memberi sebanyak yang kau lakukan."

"Zhan Ge bersamaku. Itu lebih dari cukup."

"Haha..."

"Zhan Ge senang dengan hadiahnya?"

"Tentu saja. Apapun yang kau berikan mana pernah aku tidak suka."

"Zhan Ge tahu itu tanda aku melamarmu?"

"Apa?"

Xiao Zhan membeku.

"Zhan Ge, ayo menikah."

Wang Yibo melepaskan pelukkannya perlahan-lahan. Dia meraih wajah Xiao Zhan dan mebelai lembut bibir bawahnya dengan ibu jari.

"Lao Wang, kau sadar apa yang kau katakan?"

"Ge, aku tidak bisa membayangkan bibir ini dicium orang lain," kata Wang Yibo. Tak mengindahkan ucapan Xiao Zhan. "Maksudku, di luar pekerjaan. Apalagi kalau sampai jatuh cinta selain kepadaku. Gege harus setuju menerimaku kali ini."

"Astaga..."

"Cincin-cincin yang sebelumnya tidak perlu dihitung. Tapi cincin yang sekarang sudah kubuatkan pasangannya. Hanya belum kupakai. Aku akan memakainya kalau Zhan Ge setuju."

"Tapi kan... itu masih lama..."

"Justru karena lama, aku tidak mengizinkan Zhan Ge punya celah untuk lari. Zhan Ge milikku."

Mendengar hal itu, Xiao Zhan sadar... betapa lelaki ini sangat menginginkannya. Mencintainya, lebih dari siapapun setelah ayah dan ibunya. Tidak pernah ada seorang pun yang seperti ini sebelumnya.

Xiao Zhan pun tertawa. "Haha... bukankah aku sudah tidak diizinkan untuk menolak?"

Xiao Zhan memang berkata begitu, tapi dia samasekali tidak merasa terpaksa. Wang Yibo punya cara sendiri untuk mencintainya. Dan ini sungguh-sungguh membahagiakan.

"Kalau begitu?"

"Ya... tentu saja, ya..."

Wang Yibo tersenyum lebar. Dia menjentikkan jari bahkan sebelum Xiao Zhan meneteskan air matanya. "Kalau begitu tunggu sebentar..."

Wang Yibo turun ranjang. Dia berlari untuk mengambil sesuatu yang tersembunyi di balik punggung sofa dan membawanya mendekat.

Itu kue tart. Hanya sebulat piring, tapi hiasannya membuat Xiao Zhan tertawa seketika.

Krim warna-warninya dibentuk kelinci putih yang bergandengan dengan singa tersenyum. Lilin tanda 29 tahun pun dicium api kecil dari korek. Memo mungil yang dibawa si singa bertuliskan 'Happy Birthday, Zhan Ge'. Membuat Xiao Zhan ingin menabrak peluk lelaki itu jika tak khawatir merusak kue.

"Zhan Ge, make a wish..."

Xiao Zhan pun mengatupkan tangan dan membuat permohonan dalam hati.

Sejujurnya... dia sudah memikirkan satu permohonan terbaik sebelum hari ulang tahun. Tapi setelah bicara serius dengan Wang Yibo tadi malam, dia berubah pikiran.

"Tuhan, aku ingin bahagia bersama Wang Yibo. Bocah nakal ini... tapi sangat kucintai. Tolong simpan dia untukku sampai saatnya tiba..."

Begitu membuka mata, Wang Yibo menelengkan kepala. "Zhan Ge minta apa?"

Xiao Zhan tersenyum jahil. "Ra-ha-si-a..."

Wang Yibo merengut sekilas, tapi dia langsung tersenyum kala Xiao Zhan mengecup pipinya. "Ayo tiup bersama."

Dan api di lilin-lilin itu pun padam.

Saat Wang Yibo memberikan pisaunya, Xiao Zhan tertawa. "Akan kupotong dulu kepalamu."

"Hei...!"

"Siap-siap saja..."

Wang Yibo langsung diam begitu disuap sesendok tart.

Jam 10 pagi, Wang Yibo pun pamit kembali. Sebab dia memiliki jadwal pemotretan majalah sebentar lagi. Xiao Zhan memberi kecupan singkat di bibir yang dibalas di kening. Di balik pintu dia melambaikan tangan kecil sebelum Wang Yibo benar-benar pergi.

Lelaki itu telah mengenakan cincin yang dia ceritakan beberapa saat lalu. Di jari manis. Meski hanya sebentar sebelum nanti dilepas lagi saat pemotretan. Yang pasti, Xiao Zhan tahu... apapun tindakan Wang Yibo. Lelaki itu hanya berfokus kepadanya.

TAMAT