webnovel

Gairah yang Tertunda

Sesampainya di club bosnya menyodorkan sebuah paper bag kepada Fanya.

"Ini kiriman dari Tuan muda! segera lah pakai karena sebentar lagi Tuan muda akan segera menjemputmu" ucap bosnya.

"Baik Pak" jawab Fanya sedikit gemetar.

Tidak ada pilihan lain lagi selain ia harus menurut. Ia tidak punya cukup uang untuk mengganti biaya kerugian yang lelaki itu sebutkan.

Bahkan lelaki itu menyebut bahwa gajinya saja tidak cukup untuk mengganti bajunya.

Dengan nafas berat ia mulai menuju ruang ganti. Di bukanya paper bag tersebut. Fanya terkejut! bagaimana tidak, ia harus memakai gaun yang sangat mini. Meskipun ia sebenarnya adalah orang kaya, namun belum pernah sekali pun ia memakai dress semini itu.

"Ah, sial! benar-benar sial nasibku ini" umpatnya dalam hati.

Dengan terpaksa ia memakai drees tersebut. Fanya memandang dirinya di dalam kaca.

"Sebentar lagi kamu akan menjadi wanita yang kotor! iya wanita kotor" serunya yang tak terasa meneteskan air mata.

Di luar sang bos mengetuk pintu berkali-kali. Lama Fanya menyaut hingga ketika dang bos berteriak barulah ia menyaut.

"Fanyaa!! jangan bikin saya malu. Ayo cepat keluar Tuan muda sudah menunggu di depan" seru sang bos dengan teriakannya.

"Iya Pak. Sebentar lagi Fanya keluar," jawab Fanya.

Lalu ia menghapus aor matanya. Setelah itu ia membuka kunci pintunya dan keluar menemui lelaki kejam yang akan menghancurkan hidupnya.

"Waoow lumayan cantik juga kamu ternyata!" seru lelaki itu dengan senyum liciknya.

Fanya hanya menunduk. Tidak berani ia menatap lelaki itu.

"Ayolah sayang! jangan sedih seperti itu, malam ini kita akan bersenang-senang" ucap lelaki itu. Kemudian Dave menggandeng tangan Fanya untuk keluar dari club tersebut.

Fanya hanya menurut saja. Tangannya ia tautkan pada dresnya. Jantungnya seakan terpompa cepat, ada rasa takut yang menyelinap dalam fikirannya.

Setelah sampai di depan mobil lelaki itu mambukakan pintu untuknya.

"Silahkan masuk Tuan putri" Serunya dengan nada yang di buat sangat lembut.

"I ... iya," jawabnya gemetar.

Fanya duduk di samping pengemudi. Sedangkan Deka duduk di kursi pengemudi. Jika biasanya akan ada supir yang menyetir untuknya, maka kali ini ia menyetir sendiri.

Deka mulai melajukan mobilnya membelah jalan raya. Di sepanjang perjalanan tidak ada percakapan apa-apa. Sampai oada akhirnya Deka lah yang bersuara terlebih dulu.

"Namaku Deka!" ucapnya sambil menoleh sebentar ke arah Fanya.

"Saya Fanya Pak," jawab Fanya.

"Nama yang cantik! sama seperti orangnya," gombal Deka.

Fanya hanya mengulas sedikit senyum. Deka yang melihat itu semakin gemas dan tidak sabar untuk memainkannya.

Mereka telah sampai di rumah milik Deka. Betapa terkejutnya Fanya, ketika ia turun dari mobil ia langsung di suguhi pemandangan rumah seperti istana.

Rumah Deka cukup besar. Bahkan untuk tuju turunannya pun bisa tinggal di sana. Kebayang seberapa besarnya?

Deka mengajak Fanya untuk masuk ke dalam rumah tersebut.

"Jangan bengong! yuk masuk, aku sudah tidak sabar untuk .."

"Ah iya Pak. Mari kita masuk." seru Fanya tiba-tiba yang memotong omongan Deka.

"Oh! ayo" ucap Deka kemudian.

Mereka masuk ke rumah tersebut. Deka mempersilahkan Fanya untuk duduk terlebih dulu di ruang tamunya.

"Aku ke dapur sebentar!" ucapnya.

Fanya hanya mengangguk. Ia memang lebih memilih banyak untuk diam dari pada bicara.

Di dapur Deka membuatkan orange jus untuk Fanya. Tapi sebelum ia membawanya untuk Fanya ia menaburkan obat perangsang pada minuman tersebut.

Ihh, jahatnya kamu Deka. Untung kamu ganteng!

Setelah itu Deka keluar dengan dua minuman dintangannya.

"Ini untuk kamu!" ucap Deka sambil menyodorkan minuman pada Fanya.

Tanpa menaruh rasa curiga Fanya pun langsung meminumnya. Kebetulan tenggorokannya sudah sangat kering. Dalam hitungan detik ia menghabiskan minumnya.

Dan apa yang terjadi?

Fanya merasakan hawa panas masuk ke dalam tubuhnya.

"Ahh panas-panas!" serunya.

Deka yang melihat itu pun tertawa sangat puas.

"Cihh, polos sekali gadis ini!" ucapnya.

Fanya yang merasa bahwa tubuhnya sangat panas pun berlari kesana kemari mencari kolam renang.

Ia ingin segera menjeburkan dirinya ke dalam kolam renang untuk mengurangi hawa panas yang tiba-tiba menyerang tubuhnya.

"Hey kamu kenapa?" tanya Deka saat ia melihat Fanya hanya mondar mandir di depannya.

"Ahhh,.Bapak saya sangat gerah sekali. Saya ingin melepas pakaian saya!" ucap Fanya.

"Mari ikut saya, kita akan bersenang-senang bersama"

Fanya yang kepanasan dan seskan menjadi bergairah akhirnya mengikuti Deka di belakangnya. Tanganya memegang erat baju belakang Deka.

"Aghh Pak panas sekali!" ucap Fanya lagi. Lalu tanpa pikir panjang ia melepaskan dresnya.

Deka yang melihat itu mulai menujukkan nafsunya. Bagaimana tidak seekor kucing yang mendapatkan makanannya. Sudah pasti Deka langsung mendekati Fanya.

Ia kecup pelan bibir Fanya, kemudia ia turun ke bawsh untuk mengecupi leher Fanya.

Fanya pun mendesah, belum pernah ia merasakan kenikmatan seperti yang ia rasakan saat ini.

"Ahhh, ohh Pak, terus Pak! ahhh" begitulah desahan yang keluar dari mulut Fanya.

Deka semakin bergairah, Ia kemudian mulai membuka baju dan celananya. Kemudian ia mulai menindih tubuh Fanya.

Fanya pun menerima perlakuan Deka, obat yang di berikan oleh Deka rupanya sangat manjur buktinya berhasil membuat seorang gadis polos seperti cacing kepanasan di depannya.

"Aah, sungguh luar biasa! teriaklah sayang. Lepaskannlahh" ucap Deka.

Fanya masih terus medesah atas perlakuan yang Deka berikan kepada tubuhnya. Deka melumat habis bibir mungil milik Fanya.

"Bagaimana sayang, apakah kau menyukainya?" tanya Deka di sela-sela kegiatan mereka.

"Ya, aku sangat menyukainya," tanpa sadar Fanya menjawab seperti itu.

Dan hal itu semakin membangunkan gairah Deka. Ia semankin bernafsu. Deka kembali mengecup leher Fanya, Meninggalkan bekas kepemilikan disana.

Keduanya semakin bergairah, Fanya merespon setiap apa yang di lakukan oleh Deka. "Sungguh surga dunia yang nyata" ucap Deka.

Ia benar-benar merasakan rasa yang berbeda saat bercumbu dengan Fanya. Rasa nikmat berbaur menjadi satu dengan rasa nyaman. Ia seperti mendapatkan kenyamanan dari Fanya.

Setelah puas dengan leher Fanya. Ia menjeda sebentar aktivitasnya. Ia akan menunggu Fanya lepas dari pengaruh obat yang ia berikan terlebih dulu agar mereka sama-sama menikmati permainan ini.

Deka mendekap tubuh Fanya dari belakang. Di ciuminya Rambut Fanya yang entah mengapa terasa harum di penciumannya.

Fanya mulai sedikit sadar dari pengaruh obat tersebut. Ia mulai mengingat kembali mengapa ia bisa berada di sini, dan "Oh Tuhan! kenapa aku bisa seperti ini!" gumamnya lirih.

Deka yang merasakan pergerakan Fanya pun bangun dati tidurnya.

"Hey sudah bangun kamu?" ucap Deka.

"Kamu jahat!" satu kata yang terlontar begitu saja dari mulut Fanya.

Ia menangis tersedu-sedu sambil menaikan selimut untuk menutup tubuhnya. Kini tubuhnya telanjang tanpa busana sehelai pun.

Deka memandang heran ke arah Fanya. "Kamu yang sudah menyetujui perjanjian ini." ucapnya "Lalu kenapa kamu mengatai saya jahat!" hardiknya.

Emosi Deka tersulut, niat ingin mejunggu Fanya sadar justru malah membuatnya emosi. Sontak saja ia langsung membuka selimut yang menutupi tubuh Fanya lalu ia buang begitu saja ke lantai.

Deka kembali meninidih tubuh Fanya, kali ini semuanya di lakukan dengan kasar. Kemudian ia mulai menyatukan tubuh mereka.

Fanya menjerit dalam tangisnya. Ia harus mengalami pelecehan seksual seperti ini.

"Aahhh, sakit Pak!" teriak Fanya.

"Berteriak lah, sebentar lagi kita akan menyatu," jawab Deka dengan senyum jahatnya

Hallo guys,, mampir yuk jangan lupa tinggalin suscribe dan reviewnya yan.. Jika berkenan boleh juga kasih hadiahnya..

Selamat membaca!!

次の章へ