webnovel

SSRoE 32 Kaisar Paddu marah 

SSRoE 32

...

"Yang Mulia Kaisar Paddu telah tiba." teriak seorang pengawal di depan istana Pangeran Ellder.

Rombongan pengawal Kaisar Paddu tidak terlalu banyak namun sangat berisik. Pangeran Ellder hanya seorang diri menyambut kedatangan ayahnya. Tidak lupa seulas senyum tipis menghiasi wajah Pangeran itu.

"Selamat datang, Ayahanda Kaisar Paddu." kata Pangeran Ellder, membungkuk secukupnya lalu mengikuti arah langkah kaki Kaisar Paddu.

"Cukup basa-basinya. Kamu tahu kenapa aku repot-repot datang ke tempat ini? Apa yang kamu rencanakan sekarang?" Kaisar Paddu berbicara dengan nada kesal.

Sementara para pengawal berjaga di balik pintu, Pangeran Ellder tidak merasa terintimidasi dengan ucapan Kaisar Paddu. Mereka saling berpandangan dengan tatapan berbeda. Meski hanya mereka berdua yang ada di ruangan, Pangeran Ellder tidak mau berbicara lebih dari seharusnya.

"Kenapa Yang Mulia Kaisar berkata seperti itu? Bukankah hukuman yang saya jalani sudah lebih dari cukup untuk mendapatkan pengampunan? Anakmu ini belum siap untuk mati tanpa melakukan sesuatu sebagai bentuk pengabdian." seulas senyum tipis menghiasi wajah Pangeran Ellder yang tiba-tiba merasa lelah.

Alis Kaisar Paddu terangkat sebelah. Sementara buku-buku jari Kaisar Paddu juga mulai bergetar. Jika tidak berlandaskan logika bahwa Pangeran Ellder adalah anak kandungnya, mungkin saat ini Kaisar Paddu sudah mengarahkan pistol kearah Pangeran Ellder.

"Lantas apa maumu? Sekali lagi aku tegaskan padamu, jangan pernah berpikir melakukan apapun mulai detik ini. Karena aku menampungnya hanya karena posisimu sebagai anak kandungku. Kesempatan terakhir bagimu untuk membuktikan kesetiaan kepada ayahmu ini." kata Kaisar Paddu mencoba diplomatis.

Mendengar ucapan Kaisar Paddu, Pangeran Ellder hanya bisa mendesah panjang. Bukan kalimat semacam itu yang ingin Pangeran Ellder dengar hari ini. Sementara rencana melarikan diri bersama Pelayan Ninne belum terlihat kejelasannya.

Pangeran Ellder tahu betul kalau dirinya tidak bisa bertindak sesuka hatinya kali ini. Siapa pun yang ada di istana tahu betul kalau gerak gerik Pangeran Ellder sedang diawasi langsung oleh Kaisar Paddu.

"Baik, Yang Mulia." desah Pangeran Ellder pada akhirnya.

"Bagus. Itulah sebaiknya yang kamu lakukan jika ingin aku nilai sebagai anak yang berbakti. Namun, jangan kamu berharap untuk tampil di depan umum kali ini. Kamu adalah tahanan istana sampai suasana hatiku membaik." lanjut Kaisar Paddu lalu duduk di salah satu sofa hitam yang gemerlap.

Sudah lama sekali Pangeran Ellder dan Kaisar Paddu saling berbicara lebih dari dua kata. Dan sepertinya Kaisar Paddu juga tidak ingin beranjak pergi dari istana Pangeran Ellder. Tidak ada yang tahu apa yang sedang Kaisar Paddu rencanakan kali ini.

Namun, Pangeran Ellder juga tidak mau mengambil pusing apapun yang akan Kaisar Paddu lakukan. Setidaknya mereka masih ayah dan anak. Pangeran Ellder masih memiliki keyakinan jika Kaisar Paddu juga ayah yang baik.

"Jika ayah yang baik sedang menghukum anaknya hanya ada satu kemungkinan kalau anaknya melakukan kesalahan, bukan begitu Yang Mulia?"

"Benar sekali. Akhirnya Pangeran Ellder menyadari kesalahannya." guman Kaisar Paddu sedikit menaikkan salah satu bibirnya.

Entah kenapa, entah bagaimana kesalnya Kaisar Paddu kepada Pangeran Ellder tetap saja mereka adalah ayah dan anak kandung. Hubungan mereka tidak bisa dipatahkan dengan masalah apapun. Kecuali pengkhianatan.

Sebagai balasan, Pangeran Ellder menunduk patuh. Tidak ada gunanya melawan kali ini. Hari ini Pangeran Ellder akan memperlakukan Kaisar Paddu dengan sebaik-baiknya perlakuan antara anak dengan ayahnya.

Setidaknya masih ada sisa kasih sayang diantara mereka berdua. Hubungan darah seharusnya tidak dengan mudah dipatahkan hanya karena sebuah alasan tentang perebutan kekuasaan. Atau ketamakan manusia itu telah berhasil merenggut hati nurani manusia itu sendiri?

"Akan tetapi kamu tetap dihukum. Ingat itu." kalimat terakhir Kaisar Paddu sebelum meninggalkan istana Pangeran Ellder.

"Terima kasih untuk kemurahan hati Yang Mulia Kaisar." balasan Pangeran Ellder mengantar kepergian Kaisar Paddu.

"..."

"Berani-beraninya anak itu mengancam Yang Mulia." keluh Selir Weyya sesaat setelah Kaisar Paddu duduk di ruang kerjanya.

"Diam kau. Wanita licik seperti dirimu tidak pantas menghujat keputusanku. Bagaimana pun Ellder itu masih anak kandungku. Ellder masih darah dagingku. Setidaknya aku harus memberinya kesempatan kedua.

Kalian sebaiknya memperbaiki diri untuk melayaniku lebih baik. Engkau dan Hector. Tolong jaga baik-baik anakmu itu. Jangan sampai Hector juga membelot. Karena jika itu terjadi maka kematian adalah satu-satunya hukuman untukmu." balas Kaisar Paddu dengan nada kesal.

Selir Weyya tidak biasanya marah-marah kepadanya. Namun kebebasan yang seharusnya hanya dimiliki Permaisuri juga diberikan kepada Selir Weyya membuat Selir Weyya besar kepala. Ada rasa menyesal dari dalamnya manik mata sang Kaisar.

Sedangkan Selir Weyya merengut kecewa. Meski kata-katanya kali ini agak berlebihan namun tidak seharusnya Kaisar Paddu mengancamnya dengan hukuman mati. Kecuali Selir Weyya naik tahta menjadi permaisuri maka tidak ada yang mampu membunuhnya di Kekaisaran ini. Tidak juga Kaisar Paddu.

Akan tetapi, untuk mencapai puncak sebagai Permaisuri itu sangat sulit dan penuh risiko. Setiap cara menuju jalan itu pun beresiko dengan kematian.

"Baik, Yang Mulia. Maafkan atas kelancangan ucapan hamba. Tidak mudah mengontrol mulut yang suka berbicara ini di depan Yang Mulia." bisik Selir Weyya dengan kedua tangannya berusaha memijit pundak besar Kaisar Paddu.

"Tentu saja. Aku mengerti. Aku hanya sedang kesal kepada Ellder. Dan tidak seharusnya kamu menambah rasa kesalku saat aku susah payah meluangkan waktu di tempat ini. Bukankah seharusnya kamu mempersiapkan diri menghiburku hari ini?" lanjut Kaisar Paddu tiba-tiba berbisik di telinga kiri Selir Weyya.

Mendengarnya Selir Weyya tersenyum simpul. Sudah lama mereka tidak bertemu setelah kepergian Kaisar Paddu ke Planet Mors untuk membangun pangkalan perang baru Kekaisaran Solar. Tentu saja Selir Weyya sangat mengerti isyarat tersembunyi dari kalimat Kaisar Paddu.

Dengan pelan tapi pasti jari jemari Selir Weyya diletakkan di dada bidang Kaisar Paddu. Tanpa menurunkan senyum Selir Weyya menggenggam tangan Kaisar dan menariknya menuju kamar mandi.

"Akan lebih baik jika Kaisar membersihkan diri terlebih dulu. Saya akan membantu Kaisar menggosok punggung. Setuju?" kata Selir Weyya dengan nada menggoda.

"Hmm, itu caramu kali ini? Baik. Baiklah. Aku akan mengikuti alur yang kamu rencanakan. Jangan buat dirimu merasa membuang-buang waktu kali ini. Jika nilaimu kurang dari 10 maka aku akan pergi." desis Kaisar Paddu.

"Tidak akan. Saya tidak akan membiarkan Kaisar merasa tidak puas." kekeh Selir Weyya lalu memeluk tubuh Kaisar Paddu.

Bersama mereka menghabiskan waktu penuh gairah di kamar mandi.

Sementara itu Pangeran Hector merasa resah dengan niatnya untuk membantu Pangeran Ellder. Pangeran Hector jika perbuatannya akan diketahui oleh Kaisar.

"Tapi aku hanya bisa memberi waktu 3 hari untuk kalian mempersiapkan diri." kata Pangeran Hector kepada Pelayan Ninne dengan tegas.

-TBC-

次の章へ