webnovel

Sikap baik Ganjar

Rara menceritakan tentang perasaannya terhadap Ganjar di hadapan kedua orang tuanya. "Sedari dulu, Rara itu suka dan cinta kepada Ganjar. Tapi, kenapa kalian tidak mendukung," ucap Rara tampak ketus.

Haji Syueb tersenyum dan berkata lirih. "Sebuah hubungan jika didasari dengan keterpaksaan, sekalipun cinta tidak akan pernah terasa nyaman. Jika sudah tak nyaman langgeng hanya menjadi impian semata. Untuk itu renungkan sebaik mungkin tentang bagaimana kamu harus mencintai orang lain. Apakah sudah membuatnya nyaman atau justru malah menyakitinya?" Haji Syueb menatap tajam wajah putrinya.

"Kalau sudah cinta ya cinta, Pak. Tidak bisa dirubah," jawab Rara penuh emosi.

Haji Syueb Hanay menghela nafas panjang kemudian saling bertatapan dengan sang Istri. Rara bangkit dan melangkah masuk ke dalam kamar.

"Sudahlah, Pak. Biarkan saja, toh dia yang akan merasakan sendiri!" saran Hajah Kholifah tampak kesal dan tidak mau ambil pusing dengan keputusan putrinya itu.

"Tapi kan, Rara itu putri kita satu-satunya, Bu." Haji Syueb menoleh ke arah sang Istri.

"Iya, putri tunggal kita. Namun, wataknya keras susah dinasehati," pungkas Hajah Kholifah bangkit dan berlalu dari hadapan sang Suami.

Raut wajah pria paruh baya itu tampak terbebani dengan sikap putri semata wayangnya itu. Sejatinya, Haji Syueb takut menanggung malu jika suatu saat nanti Rara nekad berbuat tidak baik terhadap Ganjar ataupun Aisyah.

"Ya Allah, semoga aku diberikan kesabaran dalam menghadapi putriku ini," ucap pria paruh baya itu penuh harap.

***

Sepulang dari Bekasi, Ganjar langsung beristirahat sejenak di kediaman Aisyah. Setelah itu, ia langsung pamit karena masih banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan di perkebunan, salah satunya mengatur para pekerja buruh tani yang saat itu sudah memulai menanam jagung di lahan baru.

Ganjar langsung pamit kepada Haji Mustofa dan juga kepada Aisyah. Setelah pamit, Ganjar langsung menuju ke perkebunan dengan mengendarai sepeda motor matic miliknya. Setibanya di perkebunan, Ganjar disambut hangat oleh Haikal yang saat itu sedang sibuk memilih bibit jagung yang akan ditanam hari itu.

"Habis dari mana, Jar?" tanya Haikal lirih.

"Dari Bekasi mengantar Aisyah," jawab Ganjar.

"Kamu mau ngopi, Jar?" Haikal meluruskan pandangannya ke wajah sahabatnya itu.

"Tidak usah, aku sudah ngopi! Amin dan Pak Danu di mana, Kal?" Ganjar balas bertanya.

"Di lahan baru semua, Jar." Haikal mengangkat wajah menatap Ganjar.

"Kal," teriak Pak Edi memanggil Haikal.

"Iya, Pak." Haikal menjawab panggilan Pak Edi.

"Sebentar, Jar!" Haikal bangkit dan langsung berlalu dari saung tersebut.

"Ada apa, Pak?" tanya Haikal.

"Hari ini kamu kordinir para pekerja di lahan baru!" pinta Pak Edi. "Jaka dan Sigit saya suruh angkut pisang ke rumah," sambung Pak Edi.

"Baik, Pak." Haikal melangkah menuju lahan baru yang saat itu sedang dilakukan pekerjaan penanaman jagung.

***

Usai bekerja sekitar pukul 17:00, Ganjar mengumpulkan para pekerja buruh yang bekerja di perkebunan tersebut. Sore itu, Ganjar memberi kabar baik untuk para pekerjanya, terkait masalah gaji. Ganjar dan sang Ayah sudah sepakat akan menaikan gaji para pekerja, mengingat omset yang saat itu sudah lumayan besar sehingga ada keinginan kuat untuk Ganjar memberikan yang terbaik untuk para pekerjanya.

Hal tersebut, disambut gembira oleh para pekerja, mereka merasa bahagia dan senang mendengar pengumuman itu.

"Alhamdulillah, terima kasih, Kang," ucap salah satu pekerja menyambut kabar baik tersebut.

Di samping kenaikan gaji, Ganjar juga mengumumkan akan memperbaiki mes dan saung tempat beristirahat serta akan dibangun sarana ibadah sebagai penunjang kegiatan keagamaan untuk para pekerja khususnya yang tinggal di mes perkebunan itu.

"Semoga kalian senang dan bisa lebih giat lagi dalam bekerja," ucap Pak Edi sedikit menambahkan.

"Untuk besok dibuka lowongan, tiga orang sebagai penjaga keamanan di perkebunan ini. Jika ada yang punya saudara atau teman silahkan ajak ke sini!" kata Ganjar di akhir perbincangannya dengan para pekerja.

Setelah itu, Ganjar langsung pulang bersama sang Ayah. Para pekerja pun, langsung membubarkan diri untuk segera pulang ke rumah masing-masing.

"Kang Ganjar orangnya baik juga ya, Kal?!" ujar Sigit mengarah kepada Haikal yang duduk di sebelahnya.

Haikal tersenyum dan ia pun langsung berbicara mengenai kebaikan Ganjar kepada para pekerja baru yang tinggal di mes tersebut. "Karena kebaikan Ganjar, ia pun diberi calon istri yang saleha dan punya masa depan cerah," ungkap Haikal penuh sanjungan terhadap sahabatnya itu.

Pak Danu sedikit menggeser posisi duduknya dan berkata lirih mengutif sebuah ayat Al-Qur'an.

قُل لَّا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ ۚ فَاتَّقُوا اللَّهَ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

"Katakanlah: "tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan." (Al Maidah : 100)."

"Ayat tersebut menjelaskan bahwa kebaikan tidak mungkin tertukar dengan keburukan. Seperti halnya, sikap baik Ganjar, kalian patut mencontohnya!" terang Pak Danu.

Haikal dan rekan-rekannya menyimak dengan baik penuturan dari pria paruh baya itu. Pak Danu sangat menarik jika diajak berbincang karena perkataannya selalu di dasari oleh keagamaan sehingga Haikal dan rekan-rekannya berasa seperti dalam keadaan mengaji ketika berbincang dengan pria paruh baya itu.

"Kalian dengarkan baik-baik, ada beberapa ayat Al-Qur'an yang menerangkan kebaikan seseorang dan kekuatan iman yang ia miliki!" ucap Pak Danu.

Firman Allah SWT:

أَفَمَن كَانَ مُؤْمِنًا كَمَن كَانَ فَاسِقًا ۚ لَّا يَسْتَوُونَ

Artinya : Apakah orang-orang beriman itu sama dengan orang-orang yang fasik? mereka tidak sama. (As Sajadah : 18).

Firman Allah SWT:

أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ اجْتَرَحُوا السَّيِّئَاتِ أَن نَّجْعَلَهُمْ كَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَوَاءً مَّحْيَاهُمْ وَمَمَاتُهُمْ ۚ سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ

Artinya : Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, Yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu. (Al Jatsiah : 21).

Firman Allah SWT:

لَا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۚ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُونَ

Artinya : Tidaklah sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni jannah; penghuni-penghuni jannah Itulah orang-orang yang beruntung. (Al Hasyr : 20).

Firman Allah SWT:

أَفَنَجْعَلُ الْمُسْلِمِينَ كَالْمُجْرِمِينَ () مَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُونَ

Artinya : Maka Apakah patut Kami menjadikan orng-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir) ?

**"

"Intinya, kalian harus terus berbuat baik, karena balasan dari kebaikan adalah kesejahteraan hidup di dunia dan Surga balasan untuk di akhirat!" tutur Pak Danu.

Sigit sedikit menggeser duduknya, lebih mendekat ke arah Pak Danu. Sigit berkata lirih mempertanyakan prihal kesuksesan Ganjar. "Maaf ya, Pak. Dulunya, Kang Ganjar itu memang orang kaya di kampung ini ya, Pak?"

Pak Danu dan Haikal tertawa lepas mendengar pertanyaan dari Sigit. "Kok, tertawa sih, Pak?" Sigit merasa terheran-heran melihat sikap Pak Danu dan Haikal.

"Dulu itu, Ganjar sama seperti kita," terang Haikal.

Kemudian Pak Danu juga sedikit menceritakan keadaan Ganjar dan keluarganya di masa lalu sebelum mengalami kesuksesan seperti sekarang. "Semua itu berkat kerja keras dan kejujuran yang dimiliki oleh Ganjar," tutur Pak Danu lirih.

***

次の章へ