Dug. Dug. Dug.
Mbah karsin berubah menjadi seorang penjagal. Suara peraduan antara golok dan telanan yang terbuat dari kayu itu begitu kuat. Seperti kaki seseorang yang di hentak-hentakkan ke tanah.
DUG.DUG.DUG.
Ritme yang tetap terus berputar. Dengan jeda yang sama. Namun sayangnya tak seirama dengan pemandangan yang di sajikan.
Berteman dengan lampu temaram dari sorot lampu petromak berwarna kuning itu. Dara kental mengucur dari setiap sayatan yang di lakukan oleh Mbah Karsin.
Ia tampak begitu lihai sehingga yang Ia kerjakan sekarang ini bak sebuah seni.
Ayah mendekatinya. Mbah Karsin nampak tak terkejut sama sekali. Ia bahkan terlihat seperti sudah memprediksi kedatangan ayah.
"Ini adalah kijang. Salah sendiri lewat di depanku. Ya mati kamu." Ucap mbah Karsin. Sontak membuat ayah sedikit ngeri.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください