webnovel

THREE

08.00 A.M

US Holdings

Saatnya kembali bekerja dan kembali hidup normal. Aku diberi cuti tiga hari tapi dua hari sudah cukup membuatku rindu dg kantor, dan ketiga "kakakku."

"Wow !, welcome agent Rose !," Sambut Steve.

"Hey !."

Orang – orang memberikan toss sepanjang jalanku menuju mejaku.

"Hey, grainy, sapalah senirmu," Ujar Ashley, salah satu officer yg dekat dg mejaku.

Aku menoleh untuk melihat dengan siapa dia bicara.

Pria itu berdiri dan menatapku.

"Welcom back, i'm..," Namun ia berhenti bicara ketika kami saling menyapa.

"Ixchel," Ujarnya.

"Hai, Hans. Kau tidak bisa memanggilku dg nama itu disini, panggil aku Rose," Ujarku.

"Oh, oke. Welcome Agent Rose."

Aku menyalaminya dan segera duduk di mejaku.

Louis menggeser kursinya mendekati mejaku, " Kalian saling kenal ?," Tanya Louis.

"Dia tetanggaku waktu di Wyoming, aku hanya 5 bulan tinggal disana," Jawabku tanpa menoleh.

"Oh, oke." Ia kembali ke mejanya.

Aku menyalakan komputer dan langsung mengerjakan laporan kasus kemarin, penangkapan Mr. Mark.

US Holdings adalah salah satu perusahaan keamanan palng bergengsi di US. Kami mempekerjakan body guard – bodyguard terbaik, profiler, hacker, agen dan detektif untuk membantu kepolisian dan siapapun.

Sekitar pukul 10.00 aku ditarik ke emergency center

Para agen dan detektif hanya bekerja pada kasus – kasus tertentu, jika tidak ada kasus yg sedang ditangani kami bisa didistribusikan ke berbagai divisi seperti sekarang. Di emergency center, menerima telepon dan laporan – laporan darurat.

Aku duduk di salah satu kursi dan meletakkan gelas americanoku lalu menggunakan headphone. Menunggu telepon sambil mengawasi CCTV.

11.45, ada telepon masuk

"111, US Holding emergency call, what can i help ?," Tanyaku.

"Tolong !, ah help. Fire fire."

Oh tidak, aku segera membuka situt google translate, pengadu mengalami gangguan komunikasi denganku. Bahasanya asing.

"Yeah, fire ?, what's goin on fire ?," Tanyaku.

"Kebakaran !!,"Jeritnya.

"English please !," Ujarku bingung.

"I'm Indonesian !."

Indonesia, oh Bahasa Indonesia !.

Aku mengetikkan apa yg ingin kukatakan dan membacanya tebata – bata.

"Apa yang terjadi ?," Tanyaku.

"Kebakaran !!."

Kebakaran berarti, Fire !.

"Adress, eh alamat, dimana anda berada ?," Tanyaku terbata – bata.

"Pineapple St. 13. New York !."

"Okay. Thank you."

"PINEAPPLE ST. 13, NEW YORK, KEBAKARAN !," Ujarku dengan kencang menggunakan microphone. Pemadam kebakaran pun diarahkan dengan cepat ke alamat yg telah kusebutkan.

Aku menyeruput kopiku, oh jadi tadi itu bahasa indonesia. Semoga saja aku tidak terlambat. Aku kembali mengawasi CCTV sampai telponku berdering kembali pukul 14.45 melaporkan pencopetan.

Lalu seorang officer bilang kalau aku sudah boleh meniggalkan tempat. Ternyata Justin sudah menungguku diluar dengan mela box di tangannya.

"Hey."

"Hey, yg lain menunggumu," Ujar Justin.

"Let's go," Ujarku.

Aku dan Justin melangkah beriringan ke salah saut meja kantin. Louis dan Steve sudah menunggu disana.

"Heyyo, guys. Kalian seharusnya tidak perlu menungguku. Syukurlah aku selesai dengan cepat," Ujarku.

"Sudah, ayo makan," Ujar Steve yg terlihat lapar berat. Aku membuka meal box ku yg berisi doublecheese burger dan segera melahapnya.

"Kau yakin sudah baikan ?," Tanya Louis tiba – tiba. Aku menatanya dan mengangguk, sambil mengunyah.

"Anyway hari ini sebenarnya tanggal merah," Ujar Steve.

"Oh, Benarkah ?!."

"Kita sudah bisa pulang, karena kasus kita baru saja selesai," Ujar Steve.

"Okay, okay. Ayo bersenang – senang, kali ini aku traktir," Sahut Justin.

"Yeay !."

Kami mengendarai mobil Land Rover hitam Justin. Justin menyetir, aku disampingnya, sementara Louis dan Steve di belakang.

"Kemana kita ?," Tanyaku.

"Mall, asyik sekali bukan ?," Sahut Justin. Aku tergelak dan membalas, "Dompetmu terancam."

"Just for my friend," Ujarnya.

"You're the best Jus," Ujar Steve.

"Thank's, Steve."

Sesampainya di mall, aku menggandeng Louis dan Justin menggandengku. Kami terlihat seperti 4 bersauara.

"Bagaimana kalau kita adakan challenge," Usulku tiba – tiba.

"Challenge apa ?," Tanya Louis.

"24 Hours say yes to me," Jawabku riang.

"Apa apaan itu," Sahut Steve.

"Kalian hanya boleh berkata "yes" padaku dalam 24 jam," Jelasku.

"Okay, kita rayakan ditemukannya seorang Ixcel dan sembuhnya dia. Apa yg kau mau, honey ?," Tanya Justin.

"Ayo ke salon !," Ajakku.

Justin menarik napas dalam dan Louis mengerutkan dahinya, "Geez..," Gumamnya.

Aku menggeret mereka bertiga ke salah satu salon langgananku.Aku melihat – melihat beberapa gaya rambut dan memilih untuk mereka. Justin yg berambut pirang akan kuubah jadi hitam, karena itu salah satu warna rambut yg paling ia inginkan.

Lalu Louis yg rambutnya coklat kelihatan sangat segar dengan rambut marun. Dan Steve merapikan rambut pirang gelapnya yg gondrong. Sedangkan aku masih tetap dg rambut hitamku dan merapikannya sedikit.

Butuh waktu sekitar 5 jam untuk mempermak mereka semua. Dan aku benar – benar terpana sampai menggeleng - nggelengkan kepalaku.

"Istrimu harus berterima kasih padaku, dan tentu saja Justin," Ujarku pada Steve.

"Yeah, well. Ternyata aku bisa setampan ini ya," Gumam Steve.

"Aku ?," Tanya Louis.

"Kalian terlihat lebih muda dan segar, apa ini karena kita terlalu lama di kantor," Ujarku.

"Well, aku sangat berterimakasih. Kau mau kemana lagi ?," Tanya Justin.

"Dep. Store."

Kami membeli beberapa pasang kaos, sweater dan beberapa celana. Dan satu kaus abu – abu kembar berempat bertuliskan "Carlsberg."

Pukul 19.50, setelah makan malam, kami ke bioskop dan memilih salah satu film action. Aku sedang bersama tiga pria dewasa, tidak mungkin aku memilih "fifty shades of freed," right ?."

Kami memasuki studio dan tiba – tiba petugas menahan kami, bicara dengan Steve.

"Maaf tuan, apa keponakan anda sudah memiliki ID Card ?."

Keponakan ?. Louis dan Justin menahan tawa, begitupun dengan aku.

"Maaf, kami rekan kerja dan mereka semua sudah 20 tahun lebih," Jawab steve datar.

Kami pun masuk.

"Thank's, uncle," Godaku.

"You're welcome, niece," Jawab Steve.

Di tengah – tengah film, ponsel Louis berdering.

"Ah, yeah. Okay sir," Ujarnya.

"Ada apa, Lou ?," Tanya Justin.

"Sir Theodore baru saja meminta maaf karena mengganggu waktu kita katanya. Pelaku pembataian di Canada tertangkap di New York dan Ixchel harus menemani profiler Leo," Ujar Louis.

"Okay, aku duluan," Ujarku seraya beranjak, namun Steve menahanku.

"No, ayo. Aku akan mengantarmu "keponakanku"," Ujarnya.

Mereka bertiga serempak beranjak dan menggandengku keluar.

"Ini hampir tengah malam dan kami tidak akan membiarkan seorang gadis pergi sendirian tanpa kendaraan," Ujar Louis.

"Kan ada taksi," Gumamku.

Sampailah kami di kantor polisi. Lagi – lagi.

Aku sudah beberapa kali dipanggil untuk menemani profiler, tapi kali ini adalah profiler nomer satu di US, aku agak gugup.

DR. Leonardo Fisher Ph.d

"Welcome, agent Rose. Maaf membuatmu harus datang selarut ini, nice to meet u," Ujar si profesor.

"My pleasure and an honor for me, dok," Jawabku canggung.

Aku duduk di sampingnya dan, ia menyodorkan beberapa berkas.

"Usianya baru 25 tahun, masih sangat muda. Dan karir pembunuhan serta kekejiannya bisa dijadikan novel. Dia memilki aset lebih dari 20 juta USD dari bisnis kasinonya dan yg perlu kita cari tahu adalah motifnya," Jelas DR. Leo.

"Yes, prof," Ujarku sambl terus membaca lembaran – lembaran itu.

DR. Leo memencet sebuah tombol di sampingnya dan lempengan besi didepanku terangkat. Menampilkan seorang tahanan dg baju oranye. Mata kami saling bertemu dan senyumku memudar.

"Apa yg kau lakukan disini ?," Tanyaku dingin.

"Kudengar kau mencariku."

次の章へ