webnovel

KEJUJURAN

Calista memasuki kamar Dominic, ia melihat kakaknya sedang membuat design perumahan dengan serius.

"Kak."

"Ya?"

"Sibuk?"

"Sedang membuat design gambar untuk perumahan yang baru. Kenapa?"

"Aku mau bicara."

"Ya bicara saja."

"Kau mencintai Laela?"

Dominic langsung menghentikan pekerjaannya dan menatap adiknya dengan serius.

"Ngawur, tau dari mana?"

"Bahasa tubuhmu dan ekspresi wajah Laela."

"Bahasa tubuh yang mana?"

"Kak, saat kau mengatakan pernah menciumnya, wajah Laela memerah. Aku yakin sekali kalau gadis yang kau maksud pasti Laela. Iya, kan?"

Dominic menghela napas panjang. Bicara dengan Calista memang tidak akan bisa mengelak. Gadis itu terlalu pintar untuk dibodohi.

"Iya, aku mencintainya."

"Cari masalah, kau ini. Dia itu gadis polos, kak. Apa kau yakin benar-benar mencintainya? Bukan hanya sekedar pelarian dari mantan kekasihmu yang tidak tau diri itu? Ingat kak, jika sampai kau mempermainkan perasaannya kau hanya akan membuat Papi dan Mami marah padamu, kak. Kau tau kan, kalau Mbak Sutinah itu sejak kita kecil sudah bekerja di sini. Kau jangan coba-coba jika hanya untuk mainan, kak!"

"Apa keliatannya aku sedang bermain-main? Aku lelah, Cal. Aku ingin mencari gadis yang benar-benar bisa mencintaiku apa adanya. Gadis yang mengenalku dengan baik, dan mau aku ajak untuk serius."

"Kenapa kau yakin Laela bisa menjadi istri yang baik? Kau jangan coba- coba menyentuhnya apalagi sampai menodainya!"

"Aku masih waras, Cal. Apa kau pikir kakakmu itu sejahat itu mau menodai anak gadis orang tanpa menikahinya terlebih dahulu?"

"Kau yakin siap melamarnya?"

"Aku merasa sudah cukup mapan. Rumah aku sudah ada meskipun itu warisan. Tapi, yang penting ada. Untuk biaya pernikahan masih ada tabungan dan masalah kuliah Laela, aku mampu untuk membiayainya dengan gaji yang aku miliki. Tapi, masalahnya dia mau atau tidak. Tadi, dia membalas pelukanku tapi, setelah itu berlari keluar sambil menangis. Aku kan bingung harus bagaimana."

"Kau ini, kak. Jelas saja dia menangis, kau beraninya memeluk dan mencuri first kiss darinya. Dia itu belum pernah berpacaran. Belum kenal dengan yang namanya pria. Dan, kau dengan enaknya. Tidak tau diri! Tidak ingat kau kau ini punya dua adik perempuan?"

Dominic tertawa geli.

"Elena sebentar lagi menikah, sementara kau? Siapa yang berani padamu, Cal? Baru menyapa hai saja sudah kau pelototi dan kau hardik. Hanya lelaki berani seperti Papi Arjuna yang bisa mendapatkan dirimu. Kau ini mirip Mami , galak dan jutek."

"Biar saja, lelaki memang terkadang menyebalkan, perlu diberi pelajaran. Dan juga supaya bisa lebih menghargai wanita. Wanita itu tidak boleh lemah, karena terkadang kelemahan wanita itu seringkali dimanfaatkan oleh lelaki. Kau juga mas, main nyosor-nyosor sama anak gadis orang sembarangan."

"Aku kan hanya ingin tau apa Laela itu mencintaiku juga atau tidak."

"Ingin tau kan tidak harus main sosor kaya bebek, Kak."

"Ya habis, dia itu lugu dan polos, aku jadi gemas."

"Nggak ada akhlak!" maki Calista yang disambut tawa Dominic. Gadis itu hanya mengembuskan napas dengan kasar dan langsung berlaku keluar dari kamar Dominic.

Calista pun melangkah menuju kamar Laela, ia ingin tau dengan pasti bagaimana perasaan Laela kepada kakaknya.

"La, sedang apa?" tanya Calista saat melihat pintu kamar Laela dan Sutinah sedikit terbuka.

"Eh, Non Calista. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Laela dengan sigap langsung menutup laptopnya. Sutinah yang baru saja selesai solat Isya pun langsung bergegas bangkit.

"Nggak apa-apa Mbak. Aku hanya mau ngobrol sebentar sama Laela, boleh?".

"Ya boleh, Non," jawab Sutinah.

"Nggak lagi buat tugas, kan?"

"Nggak kok, Non. Saya hanya mengulang saja, besok kebetulan ada kuis."

"Kita ngobrol di dekat kolam renang,yuk. Sekalian tolong buatkan juice mangga sama panaskan schotel,ya."

"Iya Non."

"Saya duluan ya ke kolam."

Calista pun berjalan menuju ke kolam renang. Kebetulan gadis itu hanya mengenakan hot pants dan tank top, tanpa berpikir panjang, ia pun langsung menceburkan diri ke kolam renang. Calista memang suka berenang di malam hari sekalipun.

Melihat Calista berenang Laela pun segera meletakkan juice Mangga dan macaroni schotel di atas meja dan ia naik ke atas untuk mengambil handuk bersih. Tak lupa Laela pun kembali ke dapur dan membuatkan teh hijau panas. Biasanya Calista selalu minum teh hijau setelah ia berenang.

"Non, dingin malam-malam begini," ujar Laela.

"Enak, La.Segar, tau."

Laela pun hanya menggelengkan kepalanya dan menunggu selama beberapa menit. Tak lama kemudian, Calista pun naik dan langsung membungkus tubuhnya dengan handuk yang dibawa oleh Laela. Setelah itu ia langsung menyeruput teh hijaunya.

"Segar."

"Kalau saya dingin, Non."

"Biar hangat itu enaknya kalau ada yang memeluk, La. Kekasih, misalnya," goda Calista.

"Walah, Non ini. Kayak punya pacar, bilang enak dipeluk segala."

"Ya, aku kan nonton film, Laela. Makanya nonton itu drama Korea jangan India terus."

"Nah, ini. Non coba deh sekali- sekali nonton sinema India. Nggak kalah baper kok, sama drama Korea."

"Iya, nanti aku coba nonton. La, kau betah tinggal di sini?" tanya Calista.

Deg...

Laela menatap Calista panik.

"Kok, Non tanya seperti itu?"

"Ya nggak, aku hanya tanya aja. Betah kan, di sini?"

"Be-betah, Non. Papi dan Mami Non baik sekali sama saya."

"La, menurutmu Kakakku itu orangnya bagaimana?" tanya Calista.

Laela menarik napas panjang, ia menjadi sedikit gugup. Dan, Calista bisa melihat hal itu dengan jelas.

"Mas Dom itu baik, ramah."

"Kak Dom kecelakaan tempo hari karena kekasihnya selingkuh di depan matanya. Namanya Kezia, mungkin kau pernah melihat wajahnya di televisi. Dia seorang artis sinetron pendatang baru. Karirnya sedang melejit memang. Tapi, mereka sering kali bertengkar. Kak Dom tidak suka terlalu di ekspos ke media infotainment. Sementara Kezia itu sedikit lebay. Apa-apa di posting. Saat ingin memberikan kejutan ke lokasi syuting, Kak Dom malah mendapat kejutan. Dia melihat Kezia sedang bermesraan dengan artis lain. Lawan main Kezia di serial sinetron. Emosi, Kak Dom tidak memperhatikan lagi jalanan, dan terjadilah kecelakaan itu. Untung saja tidak parah."

"Oh, jadi gara-gara putus cinta ya, Non?"

"Iya. Tapi, dia bilang saat ini sedang menunggu jawaban seorang gadis. Bukan untuk menjadi kekasih. Tapi, untuk menjadi istri. Kak Dom sudah mapan secara materi. Dia juga sudah memiliki rumah sendiri. Yang kurang itu hanya seorang istri."

"Mas Dom itu ganteng, Non. Pasti gadis itu mau menerima lamaran Mas Dom. Apalagi pekerjaan Mas Dom juga bagus. Beruntung sekali gadis yang mendapatkan cinta dari Mas Dom."

"Jelas beruntung. Gadis itu pasti berasal dari keluarga yang baik dan juga sederajat dengan Mas Dom,ya. Pasti cantik."

Calista tertawa kecil, pancingannya mengena.

"Gadis itu tidak terlalu cantik, tapi wajahnya manis. Dia pintar dan sedikit lugu. Sepertinya saat Papi dan Mami juga akan setuju jika Kak Dom meminta Papi dan Mami melamar gadis itu."

"Mas Dom sudah mengatakan pada Mami dan Papi Non?"

"Belum sih, tapi jika Kak Dom mengatakannya aku yakin mereka akan setuju. Karena aku juga setuju jika Kak Dom menikahi gadis itu."

"Non mengenal gadis itu?" tanya Laela. Ia merasa jantungnya berhenti berdetak, ia takut jika Calista tiba-tiba menyebutkan nama gadis lain.

"Iya, tentu saja aku kenal. Gadis itu dirimu."

次の章へ