webnovel

Harapan

L berjalan lesuh tak tentu arah, dia hanya mengikuti arah jalur tembok yang hanya lurus saja tanpa perbelokan. Otaknya tak henti berpikir setelah kejadian debat bersama Sem. Sejujurnya dia juga merasa aneh dengan dirinya, kenapa bisa mengetahui hal-hal seperti itu sedangkan yang sederhana saja dia tidak bisa. Dia tidak tau apa mungkin saja seseorang telah mencuci otaknya agar dia tidak mengetahui apapun hingga berujung ke distrik 25.

Angin mulai berhembus kencang, kilatan di langit mulai mengeluarkan suaranya. L terdiam, dia ketakutan tapi dengan kaki gemetar yang masih terpijakan.

Seseorang dengan sigap langsung menarik pergelangan tanganya dan menyuruhnya untuk berbaring di lantai.

"A ... ada apa?" tanya L bingung melihat kelakuan Sem padanya.

"Turuti saja!" titahnya. L pun tiduran di samping dengan kedua tangan menyembunyikan wajahnya.

Setelah suara gemuruh itu menghilang mereka akhirnya terduduk sambil memandang kaku.

"Itu tadi apa?" tanya L mulai mengeluarkan suaranya.

"Itu adalah undangan untuk semesta," jelas Sem membuat kerutan bingung di dahi L.

"Setiap bulan mereka akan mengundang hujan untuk kemakmuran distrik 24, kau kan tau di sana tidak ada tumbuhan kecuali di area pembatas."

"Kenapa tumbuhan tidak bisa tumbuh di daerah itu? Sedangkan kemah pohonmu bisa." L jadi bingung sendiri.

"Kemah pohon itu adalah hasil dari fotosintesis buatan dari paman Sem, aku dan Esta. Jadi tidak heran kalau pohon itu bisa tumbuh."

"Kenapa mereka tidak mengikuti cara kalian?" L semakin penasaran dan melupakan masalahnya tadi bersama lelaki itu.

"Entah, lagian paman Sem menyuruh merahasiakan dari mereka."

"Apa paman Sem berkhianat?" Pertanyaan polos L membuat kepalan tangan Sem menguat.

"Jangan bercanda," ucapnya penuh penekanan.

"A ... aku hanya bertanya," balas L dengan suara yang perlahan mengecil.

"Tidak apa-apa, aku hanya sensitif hari ini." Sem beranjak dari pijakanya meninggalkan L yang semakin menciut.

"Maaf. Aku ... aku terlalu bodoh," cicit L merasa bersalah. Sem sempat berhenti sejenak. "Manusia memiliki bakat tersendiri, tetapi tak semua orang melihatnya dan aku yakin kau pintar di bidang lain," ucapnya dan kembali melanjutkan langkahnya.

Ada rasa lega di hati L dia tersnyum tipis dan mulai menyusul lelaki itu.

"Aku ingin bertanya, kenapa bahasa kita sama sedangkan mereka berbeda? Apa mungkin aku juga berasal dari tempat kalian?" Pertanyaan tiba-tiba L lagi-lagi menghentikan jalan Sem.

"Aku baru sadar," cicitnya. Lalu menoleh kepada L. "Apa mungkin kau tidak bodoh? Apa mungkin kau juga sama di beri neuralink di kepalamu? Apa mungkin seseorang sedang mengawasimu yang di jadikan bahan penelitian? Apa mungkin kau mata-mata dari Alpha untuk mengubah dunia?" Pertanyaan bertubi Sem membuat L meneguk ludahnya dengan susuh payah.

"Pikiranmu terlalu jauh," sambung L tidak terima.

"Kalau seandainya iya? Kau mau bilang apa?"

"Menuruku itu bodoh, lagian aku lebih senang mengetahui diriku tidak punya siapa-siapa daripada tau bahwa aku adalah bahan penelitian, aku bisa mengubah dunia tanpa harus melakukan hal gila seperti itu," banta L.

"Cara terbaik untuk memprediksi masa depan anda adalah dengan menciptakannya. Karya Abraham lincoln," sambung Sem.

"Mulai deh ngawurnya." L menggeleng-gelengkan kepalanya frustrasi, sudah cukup opini pikiranya yang hampir membuat dia gila di tambah dengan omongan tidak jelas Sem membuat L ingin menyuruh para Zolu memakan isi otaknya saja.

Dia kesal mengetahui dia bodoh tapi dia juga benci mengetahui kalau dia hanya uji coba, walau pun itu hanya perkiraan Sem.

"Tunggu! Kita harus menyelesaikan teka teki ini dulu!" seru Sem semangat membuat langkah L terhenti sebentar.

"Entah mengapa aku merasa itu sebagai titik lemahku," guman L sambil menunduk kesal.

Kalau di pikir semuanya terasa benar tapi L harap semua itu hanya lah bohong.

"Sampai kapan kau akan menghindar?" Sem mulai kesal sendiri dengan kecuekan L.

"Aku hanya tidak suka! Apapun yang bersangkutan dengan distrik 1  atau pun 25!"

"Sebenarnya kau hanya perlu menggunakan otakkmu, Kalau kau punya masalah soal tempat tinggal, itu bukan masalah besar. Semua orang punya masalah, dengan berpikir seperti itu kau berusaha mencari perhatian dan itu bukan hal yang benar. Jangan pura-pura bodoh, itu tidak membuatmu keren kamu malah terlihat menjijikkan. Lakukan hal yang lebih bermanfaat, buat otakmu bekerja untuk hal-hal yang berguna. Karna sesungguhnya orang yang cukup gila untuk berpikir bahwa mereka dapat mengubah dunia adalah orang yang melakukannya, karya dari Steve jobs," ucap Sem penuh penekanan. Dia mengembumbuskan napasnya pelan kemudian menatap L.

"Aku tahu, tidak ada guna mengatakan hal ini, tapi jangan lakukan hal bodoh lagi yang membuat kau kehilangan segalanya," sambungnya dan pergi begitu saja.

"Kau tidak tau rasanya menjadi aku yang serba tidak tau dan di paksa untuk tau," guman L memandang punggung Sem yang sudah lebih dulu turun menggunakan paralayang yang telah mereka siapkan sebelum naik.

_o0o_

L

"Ada apa dengan kalian berdua? Selalu saja pulang terpisah!" cerocos Esta saat melihat kedatangan L yang terlihat lesuh.

"Tidak apa-apa, hanya debat kecil," ucap L berusaha meyakinkan Esta kalau itu bukan lah suatu hal yang besar.

"Semua kata-kataku tadi kau hapus dari kepalamu dengan kata 'hanya'?

Ucapanku tadi kau dengar enggak sih?" banta Sem saat keluar dari kamarnya begitu saja memotong ucapan Esta yang hendak berbicara. Sedangkan L terkejut dan terdiam sesaat.

"Aku kasih nasehat, simak baik-baik!

Perhatikan ketika orang marah! Apa yang menyebabkan orang marah! Jadikan pelajaran! Apa hal yang telah kau perbuat hingga orang bisa marah! Terus, jangan dilakukan lagi! Apa artinya kau enggak mau berusaha? Kau mau berlindung di balik kebodohanmu? Kau enggak pernah sama sekali ingat sesuatu yang udah kau lakuin tadi? Meskipun kau ingat sudah berbuat salah, kau 'enggak mau' minta maaf! Dari tadi aku nunggu kau minta maaf ! Kau enggak minta maaf artinya kau enggak sadar diri kalau kaulah yang bikin aku marah!" teriak Sem kesal dan kembali masuk kedalam kamarnya.

"Oh... kayaknya neuralink yang di tanamkan di otaknya mulai berkeja," sindir Esta masa bodoh dan pergi begitu saja.

L menggigit bibir bawahnya berusaha menahan amarah. Lalu berjalan mendekati pintu kamar Sem yang tertutup rapat. "Kau pikir hanya kau saja yang marah? Aku juga marah! Kau pikir ucapanmu tadi tidak menyinggungku?!" teriak L dengan napas yang memburu, sedangakan Sem yang berada di dalam sempat terkejut dan beranjak mendekati pintu, setelah membukanya dia sudah tidak melihat batang hidung L lagi.

Sem memgembuskan napas kasar dan kembali menutupnya.

Tidak dengan L dia malah terdampar ketempat lain akibat serangan panik yang dia alami. Yang dia lihat hanya lah kelap kelip cahaya yang tidak teratur dan membuatnya muntah karna merasakan pusing yang dia derita.

Dia tersadar di sebuah ranjang besi dengan di kelilingi alat canggih yang berada di kedua sisinya, dia sempat memegang kepalanya yang terus ngilu dan tanpa sadar dia mengambil sesuatu yang janggal di sana, dia menariknya hinggga keluar dan betapa terkejutnya sebuah alat berukuran panjang seperti file tertanam di otaknya bersamaan dengan daranya yang bercucuran keluar.

"Sepertinya kita tidak perlu menanamkan emosi dalam dirinya," sahut sebuah suara membuat perhatian L teralihkan. Dia melihat dua orang lelaki sedang memperhatikannya diluar ruangan dengan memakai jas putih sambil melihat perkembangannya lewat hologram.

Napas L kembali memburu,  kesadaranya belum benar-banar pulih dia malah di kejutkan dengan kehadiran mereka, tiba-tiba alaram berbunyi seisi ruangan bising dengan cahaya merah sebagai tanda bahaya. Kedua lelaki itu mengutak aktik tombol yang berada di depan hologram dengan begitu cepat. L menyadari sesuatu dia turun dari ranjangnya disertai badanya yang seperti kesentrum listrik dan tiba-tiba  saja gelap. Dan beberapa saat kemudian lampu kembali menyala, kedua lelaki itu melihat L pingsan di lantai bersaman dengan berhentinya alaram tadi

Kedua lelaki itu bernapas lega."Rencana B," sahut sebuah suara yang baru memasuki rungan kontrol itu.

Keduanya menoleh sambil menunduk, salah satu lelaki mengangkat kepalanya dan mulai mengemukakan pendapatnya,"Kupikir itu akan beresiko," pikirnya.

"Aku tau, tapi ... sampai kapan kita terus terjebak di circle?" ucapnya pelan sambil memandang L penuh harap.

_o0o_

L

次の章へ