Udara malam itu begitu dingin menusuk. Angin berhembus lembut, menyapa tubuh Belva yang saat itu duduk di ayunan dengan tatapan kosong. Malam itu dia menikmati udara luar di balkon kamarnya. Sebelumnya, dia tidak pernah duduk di balkon itu di malam hari. Dingin katanya. Namun malam itu, dia ingin menikmati indahnya malam yang selalu ia lewatkan.
Belva ingin memandang bintang di atas sana. Berharap Tania melakukan hal yang sama. Meskipun mereka tidak bisa saling menyapa, paling tidak mereka bisa menatap bintang yang sama, bukan?
Ah, entah sejak kapan Belva menjelma menjadi makhluk yang mellow begini. Rasanya, dia seperti orang yang sedang patah hatinya.
Saat itu, Belva rindu suara Tania. Belva Rindu teriakan-teriakan menggelar bak Toa. Diai sudah sangat rindu saat Tania terlihat tidak jelas sambil merentangkan tangan di atas motornya. Rindu yang tak terbalas membuat dia hampir gila.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください