Lagi-lagi di paksa untuk mengingat kebrengsekannya saat menggenggam ponsel milik Arka. Terlalu lancang untuk mengotak-atik perpesanan pria mungil itu dengan Brian.
Obrolan yang terlalu frontal, membuat senyumnya tanpa sadar terulas saat membaca ungkapan gairah Arka kepadanya.
Arka yang terus merindu, terlalu berbesar hati saat tanggapannya selalu buruk.
"Gue yakin bisa buat abang lo bertekuk lutut. Pesona alami gue udah ugal-ugalan banget, loh!"
Dan benar saja, Arka memang seistimewa itu hingga Nino yang sudah terlalu usaha membuat benteng pertahanan malah dengan mudah diruntuhkan.
Semakin menggulir layar ke atas, menunjukkan jeda waktu terlewat lama, berbeda tahun. Sampai di mana perasaan lebur, mentalnya di cabik-cabik dengan tuduhan tak berdasarnya sejak awal.
"Gue udah bilang, Bimo nggak ada sedikit pun sentuh gue, bangsat! Lo pikir gue semurah itu?"
"Nyatanya gue liat dengan mata kepala gue sendiri, Ar."
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください