Kuil suci dan Kekaisaran sebenarnya memiliki hubungan yang buruk, tapi sebenarnya keduanya sama-sama memiliki peran penting dalam pembangunan Kekaisaran. Padahal keduanya dulunya bekerja sama dengan baik dan membuat Kekaisaran ini ada seperti sekarang. Tapi entah apa yang terjadi semakin berlalunya waktu hubungan keduanya menjadi sangat buruk.
Keduanya yang saling bekerja sama demi kedamaian waktu itu harus saling menjaga jarak dan tak peduli satu sama lain. Bahkan kuil suci menutup diri dari Kekaisaran dan hal itulah yang membuat Kekaisaran menjadi asing dengan kuil suci. Jika di hitung mungkin sudah sekitar dua belas tahun sejak hubungan mereka menjadi buruk.
Dan selama itu juga banyak hal di luar logika yang terjadi di Kekaisaran secara bertahap. Hal itu terus terjadi sejak sepuluh tahun yang lalu, setelah kelahiran si kembar banyak hal yang terjadi. Tak hanya si kembar yang tidak memiliki sihir bahkan berbagai bencana alam dan situasi yang aneh terus terjadi tanpa henti.
Kali ini masalah yang paling parah adalah kekeringan yang terjadi di perbatasan Kekaisaran. Desa paling barat dari ibu kota harus merasakan kekeringan dan hal itu semakin parah dengan berbagai tanaman yang mati. Banyak pencurian yang terjadi dan sudah ada yang mati karena kelaparan dan kehausan.
Semua kejadian itu tak berhenti di situ saja jika di perhatikan masih banyak kejadian yang masih belum terpecahkan masalahnya. Bahkan penyihir tidak bisa melakukan hal untuk menghentikan semua itu. Membuat Kaisar harus berpikir lebih keras lagi untuk menyelesaikan semua malasah ini.
"Bagaimana mungkin semua ini terus terjadi" gumamnya dengan manik hijau menatap lembaran kertas yang bertuliskan surat permohonan bantuan
Apa tak ada cara yang bisa dia lakukan sekarang, bahkan rapat sudah selesai sejak dua jam lalu dan tidak ada pencerahan sama sekali. Dia yang berniat meminta bantuan kuil suci harus di tolak dari semua pihak. Dan dia tak bisa melakukan apa pun sekarang, mereka para bangsawan merasa biasa saja karena bukan dia yang merasakannya.
Tapi dia sebagai Kaisar harus bisa melakukan sesuatu, walau dia tak merasakan semua itu. Tapi dia jelas tau bagaimana situasi di tempat itu sekarang "di mana Yang Mulia Ratu sekarang" ucap Sang Kaisar menatap pengawalnya yang berdiri di sebelahnya sejak tadi
"Ada di ruangannya Yang Mulia" jawab pria itu membungkuk tanpa berani menatap Sang Kaisar
"Suruh dia ke sini" kepalanya terasa sakit setelah memikirkan semua masalah ini
Jika terus begini bisa-bisa akan sakit dan malah membuat masalah baru lagi "dan Putra Mahkota juga" lanjutnya dengan raut wajah yang terlihat lelah
Sudah sejak dua hari yang lalu dia tak bisa tidur dengan baik dan hari ini dia harus bisa menyelesaikan masalah yang ada. Jika tidak semuanya akan semakin buruk dan membuat Kekaisaran hancur, tak lama pintu terbuka menampilkan Sang Ratu dan Putra Mahkota yang berjalan beriringan masuk ke ruangannya.
Keduanya mendekat dan membungkuk sopan, tapi Sang Kaisar malah mengabaikan hal itu. Dia langsung berdiri dan menyuruh keduanya duduk di sofa yang ada. Tak lama dua pelayan datang dengan teh yang di siapkan untuk mereka. Tatapan Sang Ratu terlihat tak paham akan situasi tapi Putra Mahkota tau akan masalah yang terjadi si Kekaisaran ini.
"Apa kalian tau kenapa aku memanggil kalian ke sini" ucap Sang Kaisar dengan manik melirik kedua orang di hadapannya
"Yang Mulia jika ini soal kekeringan yang terjadi bukanlah akan mudah dengan bantuan penyihir, atau jika tidak saya yang akan menyelesaikan masalah ini" sahut Putra Mahkota dengan tatapan mengarah pada Sang Kaisar
"Ternyata kau sudah tau, tapi semua itu tidak bekerja dengan baik" ucap Sang Kaisar dengan manik menatap tajam anak pertamanya itu
"Bagaimana mungkin itu terjadi, Kekaisaran memiliki penyihir hebat kenapa tidak ada yang berhasil" sekarang gantian Sang Ratu yang bertanya akan hal yang Sang kaisar tak tau jawabannya
Sang Kaisar mengambil cangkir tehnya dan meminum dengan tenang, tak ada suara sejak pertanyaan dari Ratu terlontarkan. Dan Putra Mahkota mulai sadar akan hal yang dia tak yakin benar atau tidak "sepertinya kau sadar" sahut Sang Kaisar dengan tatapan yang melirik Putra Mahkota
Suara cangkir teh yang di taruh perlahan itu tak mempengaruhi pemikiran mereka sekarang. Tapi Putra Mahkota hanya bisa diam, karena dia sendiri tak yakin akan yang baru saja terlintas di pikirannya. Jika memang hal itu benar maka hanya ada satu jalan yang bisa mereka lakukan sekarang ini.
"Semua ini adalah kekuasan Dewa" benar saja setelah ucapan Putra Mahkota tak ada yang bisa menjawab atau membantah ucapan itu
Karena nyatanya semua hal menunjuk pada hal itu, bahkan ada penyakit yang menyebar secara perlahan di bagian perbatasan desa utara. Dan tidak ada obat yang bisa membantu untuk menyembuhkan penyakit itu. Dan sekarang sudah sekitar seratus orang yang mati akibat penyakit itu. Apalagi penyakit itu baru terjadi sekitar dua bulan yang lalu tapi korban jiwa sudah termasuk banyak.
"Ini bukan lagi sebuah kebetulan atau hal yang tidak terduga tapi ini adalah kemarahan Dewa pada kita" sahut Sang Kaisar dengan senyuman miring yang tercetak di bibirnya
"Itu tak mungkin terjadi, Kekaisaran ini memiliki perlindungan Dewa lalu kenapa semua ini bisa terjadi pada kita" ucap Sang Ratu merasa bahwa hal itu tak mungkin terjadi
"Tapi itulah yang terjadi apa Yang Mulia masih merasa bahwa ini hanyalah kesialan saja" Putra Mahkota mengatakan hal itu dengan manik menatap Sang Ratu yang masih tak bisa mempercayai hal ini
"Sejak dulu tidak ada hal yang terjadi pada kita tapi kenapa bisa menjadi seperti ini" ucap Sang Ratu dengan tatapan kesal
Sang Kaisar hanya bisa menghela nafas bahkan Putra Mahkota juga tak bisa memikirkan kemungkinan lain yang terjadi saat ini. Bisa saja jika ini ulah pihak luar Kekaisaran, tapi kekuatan apa yang bisa membuat semua hal ini terjadi jika bukan kekuatan Dewa "jangan terlalu berpikir jika ini adalah ulah Dewa, bagaimana jika ini ulah musuh" Sang Ratu masih saja tak mau percaya bahkan dia terus mengatakan hal yang tidak masuk akal
"Hanya Kekaisaran ini yang memiliki penyihir terhebat dan tidak ada tempat lain seperti ini tapi Yang Mulia menyatakan bahwa ini adalah sebuah ulah musuh, bukankah itu menjadikan bahwa Kekaisaran tak memiliki kekuatan yang bisa melawan mereka" sahut Putra Mahkota dengan harapan ibunya paham akan situasi
"Putra Mahkota, kau harus bisa menyelesaikan masalah ini jika ingin mendapatkan tahtaku"